Ternyata, rezeki itu berbanding lurus dengan seberapa banyak perut orang lain yang kita urusin. Dulu, ketika hanya berpikir untuk diri sendiri. Maka rezeki yang didapat ya hanya cukup untuk lambung sendiri.
Ketika mulai memutuskan untuk menanggung kebutuhan keluarga. Rupanya di saat itulah rezeki pun mulai bertambah. Tidak hanya untuk 1 lambung, tapi mulai bisa cukup untuk makan beberapa orang.
Ketika mulai memutuskan membangun usaha, dan rekrut karyawan dengan niat membantu keperluan hidup orang lain. Di saat itulah rezeki pun juga meningkat, seiring jumlah lambung yang kita tanggung.
Baca juga: Meminta Langit
Saat itu masih belum juga nyadar. Sampai saat akhirnya beramal berbagi makanan melalui gerakan SiJum (Yayasan Nasi Jumat Indonesia), seolah-olah rezeki pun deras mengalir seiring semakin banyaknya orang yang kami beri makan.
Ternyata, untuk mengundang datangnya rezeki itu, dimulai dari seberapa besar tanggung jawab yang berani kita ambil untuk menanggung kehidupan orang lain.
Coba dipikir-pikir. Bukannya dulu pernah waktu bujang kita ngerasa harta nggak banyak, tapi begitu nikah dan punya anak, cukup juga tuh.
Sebab Allah menumbuhkan rezeki kita seiring tanggung jawab yang kita ambil. Maka jangan sekali-kali takut menanggung urusan hidup orang lain.
Wahai para anak, jangan takut menanggung kebutuhan orangtuamu. Rawat mereka.
Wahai para bujang, jangan takut menikah dan menanggung kebutuhan istrimu.
Juga wahai para ayah dan ibu, jangan takut punya anak dan menanggung kebutuhan anak-anakmu.
Wahai para pengusaha, jangan anggap karyawanmu semata-mata sebagai beban, tapi lihat mereka sebagai orang yang antum tanggung kehidupannya.
Dan berikanlah hak para dhuafa karena mereka jadi sebab bertumbuhnya rezekinya.
Jangan dibalik.
“Ntar saja mikirin orang lain kalau sudah kaya.”
Baca selengkapnya di oase ChanelMuslim.com