ChanelMuslim.com- Celaan itu menghinakan. Dan pujian itu membanggakan. Seperti apakah ketika orang-orang soleh mendapatkan pujian?
Semua orang pasti ingin dipuji. Karena itu menandakan bahwa dirinya baik, bagus, tanpa cela. Ada kebanggaan saat pujian diterima.
Namun, tak banyak yang menyadari bahwa pujian juga melenakan. Orang lupa bahwa manusia selalu memiliki cela. Pujian tak ubahnya seperti satu tirai yang tertutup dari sekian tirai yang terbuka. Dan orang hanya melihat yang tertutup itu.
Kalau saja yang terlihat itu tirai yang terbuka, maka jelaslan seperti apa aib-aib yang ada. Karena aib yang ada jauh lebih banyak dari yang baiknya.
Orang soleh juga menyadari bahwa hal yang terlihat baik tentang dirinya hanyalah anugerah Allah subhanahu wata’ala. Bukan karena prestasinya. Bukan karena kemampuannya. Bukan juga karena kelebihannya.
Nabi Sulaiman alaihissalam ketika memperoleh pujian karena kemampuannya yang luar biasa itu, ia mengatakan, hadza min fadhli robbi. Ini merupakan keutamaan dari Allah. Bukan kelebihan saya.
“Allah anugerahkan itu sebagai ujian, apakah aku bersyukur atau kufur,” lanjut Nabi yang mampu berbicara dengan hewan dan menguasai jin dan angin.
Hati yang diterangi dengan cahaya keimanan akan memantulkan cahaya itu ke penampilan luar. Terpancar melalui kerendahan hatinya, tutur bicara yang tenang, dan tidak bangga dengan pujian. Karena yang terpuji hanya Allah subhanahu wata’ala.
Yang ada dalam benak dan hati orang soleh adalah kesibukan merenungi aib-aibnya yang begitu banyak. Ia takut kalau aib-aib itu akan Allah buka di hari kiamat nanti. Sehingga ia tidak lagi memperdulikan pujian dari orang lain.
Siapa pun yang dalam merenungi tentang dirinya, akan menyadari semua kelemahannya, keburukannya, kebodohannya, dan kekikirannya. Ketika ada orang di luar sana memujinya dengan tulus, sebenarnya yang memuji itu sedang Allah tutupi matanya dari aib-aib orang yang dipujinya. [Mh]