ChanelMuslim.com – Adam dan Nuh mewakili dua individu secara personal. Dan Keluarga Ibrahim serta keluarga Imran menjadi sebuah prototipe keluarga teladan dan ideal.
Orang-Orang Pilihan, Oleh: Dr. Saiful Bahri, M.A.
Menjadi orang-orang pilihan yang dihargai karena prestasi adalah merupakan sebuah kebahagiaan. Sebuah kepuasan psikis. Manusiawi. Lantas, bagaimana jika orang-orang pilihan tersebut dipilih dan dinobatkan oleh Allah.
“Sesungguhnya Allah telah memilih Adam, Nuh, keluarga Ibrahim dan keluarga Imran melebihi segala umat (di masa mereka masing-masing)” (QS. 3:33)
Rahasia apakah yang membuat mereka terangkat dalam lembaran sejarah sebagai orang-orang pilihan.
Baca Juga: Nabi Nuh: Simbol Keteguhan (Seri Kisah Orang Pilihan)
Nabi Ibrahim: Prototipe Keluarga Ideal (Seri Kisah Orang Pilihan)
Ketiga; Bila sebelum ini dua individu dipilih Allah sebagai contoh dan teladan manusia. Berikutnya Allah menyertakan Ibrahim dan keluarganya sebagai prototipe keluarga ideal, yang sukses mengorganisir potensi internal anggota keluarga yang kemudian digunakan untuk berdakwah dan bersosial di tengah-tengah masyarakat.
Lihatlah Ibrahim muda yang cerdas ketika berdebat dengan rezim yang zhalim. Lihatlah keberanian Ibrahim muda meluluhlantakkan khurafat dan simbol kejahiliahan kaumnya. Lihat pula kegigihan dan keteguhan beliau berpegang pada prinsip meski dipanggang di tengah api yang juga sebagai makhluk Allah.
Dengan titah-Nya pula hal ini menjadi pintu mukjizat bagi beliau. “Kami berfirman: Hai api menjadi dinginlah, dan menjadi keselamatanlah bagi Ibrahim.” (QS. 21:69).
Pun pada saat beliau berkeluarga. Kesabaran menanti keturunan juga patut dijadikan contoh.
Demikian halnya pengajaran dan pendidikan akidah yang mantap dan matang pada keluarganya.
Lihatlah kisah mengharukan yang diabadikan al-Quran ketika beliau meninggalkan anak dan istrinya di sebuah lembah yang tak ada kehidupan sedikitpun di sana (lihat QS. 14:37)
Demikian halnya pendidikan kepasarahan dan ketundukan pada Allah ditanamkan pada anak-anaknya. Sebagai contoh kedewasaan Ismail pada usia yang belia saat turun perintah penyembelihan. Sebagai balasan ujian ini Allah menggantinya dengan kemuliaan di atas kemuliaan.
Beliau yang dijuluki sebagaiabul anbiyâ’ (bapaknya para nabi) ini adalah khalîlurrahmân, kekasih Allah. Anak dan bapak ini lah dengan titah Allah membangun ka’bah yang kelak menjadi kiblat seluruh kaum muslimin. Yang juga menjadi salah satu poros dalam ibadah haji.
Bahkan kisah-kisah heroik Ibunda Hajar diabadikan menjadi salah satu manasik haji. Sa’i(berlari-lari kecil) akan mengingatkan kita bagaimana beliau panik mencari air untuk anak semata wayangnya yang kehausan.
Dan dari hentakan kaki Ismail kecil Allah memancarkan zamzam, sebuah mata air yang hingga kini terus memancar. Bahkan sarat dengan berbagai kelebihan melebihi air manapun di permukaan bumi.
Ketika melempar jamarat pun kita mengingat bagaimana Nabi Ibrahim menyambit syetan yang terus mengganggunya dan menggodanya.
Sebenarnya ini sekedar simbol. Karena permusuhan abadi syetan ada pada diri manusia. Karena syetan mengalir dalam darah manusia.
Keluarga sukses seperti yang dibina Nabi Ibrahim as layak dicontoh untuk membentuk keluarga ideal. Penanaman akidah sejak dini pada anak, mendidik istri sehingga matang dan mantap dengan jalan dakwah suaminya.
Pada akhirnya semua bermuara menjadi pendukung bahkan penopang dakwah yang diembannya. Dan akan terasa semakin ringan.
Meski terror kezhaliman tak pernah sepi. Tapi Ibrahim semakin kokoh dan kuat. Bahkan sampai keturunannya pun menjadi penerus estafet dakwahnya. Ismail, Ishaq, Ya’qub, Yusuf dan berakhir pada Nabi Muhammad yang menjadi pamungkasnya. [Ln]