ChanelMuslim.com – Inilah yang menjadi salah satu penyebab terjadinya pernikahan Muhammad dan Khadijah. Kemuliaan Akhlak Muhammad membuat Khadijah tertarik, sehingga mau menikah dengan Muhammad.
Baca Juga: Kisah Awal Perkenalan Muhammad dan Khadijah (1)
Tentang Khadijah binti Khuwalid
Khadijah binti Khuwailid merupakan wanita janda dengan dua kali pernikahan. Suami pertamanya adalah ‘Aitiq bin Aidh dan memiliki anak perempuan bernama jariyah.
Kemudian, suami kedua Khadijah adalah Abu Halah yang wafat dan meninggalkan seorang putra bernama Halah.
Tidak banyak yang diketahui mengenai Halah kecuali ia kemudian meninggal dalam Perang Shiffin membela Khalifah Ali bin Abu Thalib.
Khadijah memiliki seorang teman wanita bangsawan bernama Nafisah binti Munyah. Nafisah tahu bahwa setelah suami kedua Khadijah meninggal, banyak bangsawan Quraisy yang melamarnya, tetapi Khadijah menolak semua itu.
Khadijah takut semua lamaran itu hanya bertujuan mengincar hartanya. Lebih dari itu, Nafisah juga tahu bahwa yang diinginkan Khadijah adalah seorang laki-laki berakhlak agung.
Oleh sebab Khadijah mulai membuka diri untuk lebih mengenal Muhammad karena memiliki kriteria sifat yang diinginkan Khadijah.
Khadihah pun meminta Nafisah mencari jalan untuk mengetahui bagaimana pandangan Muhammad tentang diri Khadijah.
Oleh sebab itu, ketika Muhammad dalam perjalanan pulang dari Ka’bah, Nafisah menghentikannya. Nafisah pun bertanya, “Wahai Muhammad, Anda telah menjadi seorang pemuda. Banyak lelaki yang lebih muda daripada Anda telah menikah dan beberapa di antaranya bahkan telah mempunyai anak. Mengapa Anda tidak menikah?”
“Aku belum mampu menikah, ya Nafisah. Aku belum mempunyai kekayaan yang cukup untuk menikah.”
“Apa jawaban Anda jika ada seorang wanita yang cantik, kaya, dan terhormat mau menikah dengan Anda walaupun Anda belum berkecukupan?”
Baca Juga: Kisah Maisarah Menceritakan Akhlak Nabi Muhammad (2)
Suasana Pernikahan Muhammad dan Khadijah
Muhammad kembali bertanya, “Siapakah wanita yang seperti itu?”
Nafisah tersenyum, “Wanita itu adalah Khadijah putri Khuwailid.”
“Khadijah? Bagaimana mungkin Khadijah mau menikah denganku? Bukankah Anda tahu bahwa banyak bangsawan kaya raya dan kepala kepala suku di Arab ini yang telah melamarnya dan ia telah menolak mereka semua?”
“Jika Anda mau menikahinya, katakan saja dan serahkan semuanya kepadaku. Aku akan mengurus semuanya.”
Ketika Abu Thalib menyetujuinya, Muhammad pun mengiyakan Nafisah. Maka, pernikahan pun dilangsungkan. Sebagai pengantin, Muhammad datang didampingi paman-pamannya yang ikut berbahagia.
Dalam acara itu, semua pemimpin Quraisy dan pembesar Makkah diundang. Mempelai laki-laki menunggang kuda yang gagah diiringi para pemuda Bani Hasyim yang menghunus pedang.
Sementara itu, kaum wanita Bani Hasyim berjalan lebih dulu dan telah diterima di rumah mempelai wanita.
Rumah Khadijah yang megah saat itu telah diterangi cahaya lilin dalam lampion-lampion yang digantung dengan rantai-rantai yg cantik.
Setiap lampion terdiri atas 7 batang lilin. Semua pembantu Khadijah diberi seragam khusus untuk menyambut para tamu yang datang menjelang sore hari.
Kamar pengantin benar-benar istimewa. Kain sutera dan brokat digantung begitu serasi. Lantainya tertutup karpet putih dan diharumi dupa dari guci perak.
Khadijah sendiri begitu anggun hingga tampak bercahaya seperti matahari terbit. Ia mengenakan pakaian pengantin yang sangat indah.
Seluruh penduduk Makkah memandang pernikahan ini dengan gembira dan penuh rasa hormat. Semua undangan yang hadir berharap bahwa dari pasangan yang sangat ideal ini kelak lahir keturunan yang akan mengharumkan nama Quraisy.
Para sesepuh dari kedua keluarga tahu bahwa Khadijah akan mendukung suaminya dengan kasih sayang dan harta berlimpah. Sebaliknya, mereka juga berharap bahwa Muhammad yang bijak dan cerdas akan membimbing istrinya menuju kebahagiaan hidup. [Cms]