ChanelMuslim.com – Haiwah bin Syarih adalah seorang ulama besar yang sangat berbakti kepada ibunya. Hal ini dibuktikan ketika sang ibu menyuruhnya memberi makan kepada ayam, maka ia langsung melakukannya, padahal saat itu dirinya sedang mengajarkan sebuah ilmu di majelis.
Baca Juga: Menjadi Orangtua yang Selalu Dirindukan
Memberi Makan Ayam di tengah Pengajian
Kisah ini tercatat dalam Dalam kitab Shalah al-Ummah fi Uluww al-Himmah, Sayyid Husain al-‘Affani.
Suatu ketika, Haiwah bin Syarih, salah seorang Imam kaum Muslim sedang mengadakan halaqoh menyampaikan ilmu di depan banyak orang.
Tiba-tiba sang ibu berseru dan memerintahnya, “Berdirilah Haiwah, sebarkan gandum untuk ayam jantan itu!”
Haiwah pun berdiri dan meninggalkan pengajiannya. (Sayyid Husain al-‘Affani, Shalah al-Ummah fi Uluww al-Himmah, Beirut: Muassasah al-Risalah, t.t., juz 5, hal. 653)
Dilansir Islam.nu.or.id, kisah Haiwah sangat penting untuk kita renungi dijadikan menjadi teladan dalam berbakti kepada orang tua.
Sebagai ulama yang sangat terpandang dan memiliki kedudukan jabatan tinggi sebagai seorang ulama agung dari Mesir, rasa hormat kepada orang tuanya tidak berkurang sedikit pun.
Beliau tidak gengsi saat memberi makan ayam dengan tangannya sendiri di tengah-tengah pengajian akbar yang dipimpinnya.
Baca Juga: Komunikasi Pernikahan dengan Orang Tua
Ulama Besar yang Tawadhu
Dalam Siyar A’lam al-Nubala’ (juz 6, hal. 405), Imam al-Dzahabi mencatat beberapa riwayat tentang Haiwah bin Syarih. Di antaranya adalah Haiwah merupakan sosok yang low profile (tawadhu), ia tidak suka memperlihatkan ilmunya.
Dalam sebuah riwayat disebutkan, Ibnu Wahab berkata, “Belum pernah aku melihat orang yang paling merahasiakan kecakapan ilmunya kecuali pada diri Haiwah. Doanya diijabah (mudah dikabulkan).”
Ahmad bin Sahl al-Ardani dari Khalid bin al-Fazr juga berkata, “Haiwah bin Syarih adalah orang yang banyak berdoa, mudah menangis (saking lembut hatinya) dan orang yang fakir.
Pada suatu hari saya sedang duduk. Aku melihat Haiwah seorang diri sedang berdoa.
Aku berkata padanya, ‘Semoga Allah merahmatimu, berdoalah kepada Allah agar kondisi ekonomimu membaik?!’ Ia pun menoleh ke kanan dan ke kiri, memastikan tidak ada orang.
Lalu ia mengambil sebuah kerikil dan berdoa, ‘Ya Allah, jadikanlah emas’. Seketika kerikil itu berubah menjadi emas murni.
Belum pernah aku melihat yang lebih indah darinya. Haiwah pun melemparkan emas itu ke arahku. “Aku tidak butuh ini!” tegas Haiwah. (Jamaluddin Abil Hajjaj Yusuf al-Mizzi, Tadzhib al-Kamal, juz, 7, hal. 481)
Sahabat Muslim, semoga kita bisa meneladani Haiwah dalam berbakti kepada orang tua. Jangan sampai kesuksesan yang kita dapat membuat kita gengsi atau enggan menaati perintah ibu kita. [Cms]