ChanelMuslim.com – ASA. “Engkau keluarkan yang hidup dari yang mati dan Engkau keluarkan yang mati dari yang hidup.” (QS. Ali Imran (3): 27)
Ya Rabb, di tengah semua sesak, Kaulah yang melegakan nafas harap kami dengan kisah tawakkal ibu yang melarung bayi tercinta. Engkau Maha Kuasa tuk menjaga, membesarkan, serta mendidik Musa justru di Istana Fir’aun durjana.
Penguasa lalim membunuh semua bocah yang dicurigai akan menumbangkan kesombongannya. Tapi anak yang tertakdir menenggelamkan keingkarannya justru tumbuh dalam timangan permaisurinya.
Ya Rabb, di tengah segala gelap, Kaulah yang menyalakan pelita hati kami dengan kisah lelaki yang paling jeli menista kitab suci. Walid ibn Al Mughirah namanya, yang menghimpun perundingan tuk menyepakati serangan, bahwa Muhammad ﷺ memang tidak gila, bukan dukun, bukan penyair, tapi yang diucapkannya jelas sihir.
Baca juga: Kecanduan Al-Qur’an
Buktinya, ia memisahkan suami dari istri, anak dari bapak, kerabat dari saudara. Meski muslimin harus mencicipi perihnya sabetan di Uhud, rupanya telah lama Dia titipkan Khalid ibn Al Walid ‘Pedang Allah yang Terhunus’ di sulbi Walid, memberinya rizqi, menumbuhkan, mendidik, bahkan melatihnya bertempur, di wisma sang musuh Quran.
Ya Rabb, di tengah setiap susah, Kaulah Yang menghibur hati dengan kisah anak yang amat berbakti. Dialah yang menangis tersedu di hadapan Sang Nabi ﷺ lalu berkata:
“Jika engkau hendak membunuh Ayahku, ‘Abdullah ibn Ubay, maka jangan engkau utus salah seorang sahabatmu Ya Rasulallah ﷺ . Sebab Madinah tahu bahwa aku ini anak berbakti, maka pasti aku akan dibakar dendam, lalu kubalas kematiannya dengan membunuh sahabatmu, hingga kafirlah aku karenanya.”
“Tetapi jika engkau benar-benar ingin membunuh Ayahku itu, perintahkan saja aku. Jangan orang lain. Sebab betapapun aku mencintainya, cintaku pada Allah dan RasulNya ﷺ lebih besar dari apapun juga.”
Baca selengkapnya di oase ChanelMuslim.com