Khadafi Janjalani (sebelah kanan) bersama Abu Subaya.
Chanelmuslim.com- Kasus penculikan 14 ABK Indonesia oleh kelompok Abu Sayyaf, memunculkan pertanyaan tentang sosok Abu Sayyaf. Siapa sebenarnya Abu Sayyaf? Kenapa ada simbol-simbol Arab dan Islam?
Abu Sayyaf berasal dari bahasa Arab berarti bapak berbagai pedang. Nama itu merupakan julukan seorang warga muslim Mindanao, Pilipina, yang bernama Abdurrazaq Janjalani.
Pada tahun delapanpuluhan, Abdurrazaq merupakan salah seorang anggota gerakan Moro National Liberation Front atau MNLF pimpinan Nur Misuari. Selain MNLF, di Pilipina Selatan juga ada gerakan Islam lain yang bernama Moro Islamic Liberation Front atau MILF.
Baik MNLF maupun MILF, keduanya mempunyai tujuan gerakan yang sama: mendirikan negara Islam di Pilipina Selatan. Kedua gerakan ini muncul sebagai reaksi dari ketidakadilan dan kezaliman yang dilakukan pemerintah Pipilina yang mayoritas beragama Kristen.
Sejak merdeka pada tahun 1946, pembangunan Pilipina di wilayah selatan nyaris tak berbekas. Seperti ada sekat kuat yang membatasi antara Pilipina secara nasional dengan wilayah selatan yang disebut sebagai bangsa Moro.
Pada awal tahun delapan puluhan, Abdurrazaq Janjalani pernah belajar di Universitas Ummul Quro Arab Saudi. Kemudian di sekitar tahun 1984, MNLF menugaskan Abdurrazaq untuk belajar di Libia.
Bersamaan dengan agresi militer Uni Sovyet ke Afghanistan di sekitar tahun 1989, Abdurrazaq bersama beberapa anggota pergerakan Moro, ikut menjadi mujahidin bergabung dengan berbagai mujahidin di Afghanistan.
Sekembali dari Afghanistan, Abdurrazaq aktif dalam kegiatan dakwah di tanah kelahirannya, propinsi Sulu, PilipinaSelatan. Beliau begitu kharismatik dan menjadi sosok baru dalam gerakan dakwah di MNLF.
Pada awal tahun sembilan puluhan, Abdurrazaq keluar dari MNLF. Ia begitu kecewa dengan pimpinan MNLF, Nur Misuari yang melakukan perdamaian dengan pemerintah Pilipina. Sejak itulah, Abdurrazaq mendirikan kelompok baru selain MNLF dan MILF yang mereka sebut dengan harakah Islamiyah. Pemerintah Pilipinan menyebut mereka dengan ASG atau Abu Sayyaf Group.
Awalnya, gerakan ASG bertujuan memberikan penegasan dari tujuan utama MNLF dan MILF, yaitu mendirikan negara Islam di Pilipina Selatan. Karena kharisma dan ketegasan perjuangan Abu Sayyaf, sekitar 500 pemuda MNLF ikut bergabung dengan ASG.
Melihat kemunculan gerakan baru yang sangat radikal, pemerintah Pilipina gencar melakukan operasi militer yang ditujukan menumpas gerakan Abu Sayyaf. Pada bulan Desember 1998, Abu Sayyaf tewas dalam pertempuran antara kelompoknya dengan militer Pilipina.
Para pengikut Abu Sayyaf tidak berhenti dengan terbunuhnya sang pemimpin. Kendali kepemimpinan pun diambil alih oleh adik Abu Sayyaf yang bernama Khadafi. Di era Khadafilah, hingga sekarang, kelompok ASG lebih banyak melakukan tindakan teror dan penculikan, daripada perjuangan politik.
Sejak tahun 2000, kelompok ASG pimpinan Khadafi sudah melakukan lebih dari 50 korban penculikan. Dan aksi itu diawali dengan penculikan terhadap 23 wisatawan asing di kawasan wisata kepulauan Sipadan Ligitan, yang berlokasi di daerah selatan Propinsi Sulu, Pilipina Selatan.
Tidak tanggung-tanggung, kelompok ASG meminta tebusan untuk setiap sandera yang berasal dari Malaysia, Amerika, dan lainnya sebesar satu juta dolar Amerika.
Sejak itulah, kelompok Abu Sayyaf menjadi momok di daerah perairan selatan Pilipina yang berbatasan dengan Malaysia, dan Indonesia. (mh/berbagai sumber/foto: theguardian)