APA alasan Khalifah Umar bin Khattab memberikan uang dua kali lipat kepada Usamah bin Zaid daripada kepada anaknya sendiri? Saat itu, Khalifah Umar bin Khaththab sedang membagikan uang kas negara kepada rakyatnya.
Ketika tiba giliran Abdullah bin Umar, Khalifah memberikan bagiannya dan ketika tiba giliran Usamah bin Zaid, Khalifah Umar memberinya bagian dua kali lipat dari bagian putranya, Abdullah.
Baca Juga: Cara Khalifah Umar bin Khattab Menghadapi Resesi Ekonomi
Alasan Umar bin Khattab Memberikan Uang Dua Kali Lipat kepada Usamah bin Zaid daripada kepada Anaknya
Khalifah Umar menyesuaikan besarnya bagian seseorang dengan keutamaan dan jasanya untuk Islam. Karena itu, Abdullah khawatir kalau-kalau kedudukannya dalam Islam berada pada urutan terakhir, padahal ia sangat mengharapkan agar dengan ketaatan, perjuangan, sifat zuhud, dan keshalihannya ia bisa berada di posisi terdepan di Sisi Allah.
Maka, ia menanyakan perbedaan bagian yang diterimanya, “Mengapa bagian Usamah lebih besar daripada aku, padahal aku ikut dalam peristiwa- peristiwa penting, sementara Usamah tidak.”
Khalifah menjawab, “Usamah lebih disayangi Rasulullah daripada kamu dan ayahnya lebih disayangi Rasulullah daripada ayahmu.”
Nah, siapakah orang yang dirinya dan ayahnya lebih disayangi Rasulullah daripada Ibnu Umar dan Umar? Dialah Usamah bin Zaid. Para sahabat menjulukinya sebagai, “Orang kesayangan dan putra dari orang kesayangan.
Ayahnya adalah Zaid bin Haritsah, pelayan Rasulullah yang lebih diutamakan daripada ayah, ibu dan keluarga Rasul sendiri.
Dialah Usamah yang pernah dihadapkan oleh Rasulullah di depan kaum muslimin, lalu beliau bersabda, “Aku persaksikan kepada kalian bahwa Zaid ini adalah nakku, menjadi ahli warisku dan aku menjadi ahli warisnya.
Sejak itu, ia dikenal oleh kaum muslimin sebagai Zaib bin Muhammad, hingga akhirnya Allah mengubah tradisi pengambilan anak angkat seperti yang berlaku pada zaman jahiliah.
Usamah yang kita bicarakan sekarang adalah putra Zaid. Ibunya adalah Ummu Aiman, budak yang dimerdekakan oleh Rasululiah, juga wanita pengasuh beliau.
Wajah dan perawakannya sama sekali tidak meyakinkan; tidak memberinya peluang untuk meraih satu pun prestasi duniawi, seperti yang ditulis oleh para ahli sejarah, “Hitam dan pesek Dua kata yang melukiskan seluruh bentuk lahiriah Usamah.
Akan tetapi, sejak kapan Islam mementingkan bentuk lahiriah seseorang? Sungguh tidak pernah. Bahkan, Rasulullah pernah berkata, “Ketahuilah, betapa banyak orang yang berambut kusut, penuh debu dan berpakaian usang hingga tak diacuhkan orang, tetapi bila ia memohon kepada Allah, pasti dikabulkan.”
Kalau begitu, kita tidak perlu membicarakan bentuk lahiriah Usamah. Kita tidak perlu membicarakan kulitnya yang hitam atau hidungnya yang pesek, karena semua itu sama sekali tidak berarti dalam penilaian Islam.
Marilah kita lihat sampai di mana tingkat loyalitasnya; bagaimana perjuangannya; bagaimana jiwanya yang besar; dan bagaimana hidupnya yang penuh perjuangan.
Di semua bidang itu, ia telah mencapai tingkatan yang menjadikan Rasulullah sayang dan hormat kepadanya. Beliau pernah bersabda, “Usamah bin Zaid adalah orang yang paling kusayangi.
Aku berharap ia termasuk orang-orang terbaik di amara kalian. Karena itu, perlakukan dia dengan baik ”
Usamah memiliki ‘semua sifat utama yang menyebabkan dirinya disayangi dan dihormati Rasulullah. la adalah putra dari sepasang suami-istri yang sudah masuk Islam di masa-masa awal dan memiliki kesetiaan tinggi kepada Rasulullah.
la lahir dalam pangkuan Islam dan menyusu dari susu murni yang tidak tercampur debu-debu jahiliah.
Meskipun usianya masih muda, ia seorang muslim yang tangguh dan memiliki keimanan kuat yang siap memikul tanggung jawab keimanan.
la memiliki kesetiaan yang tinggi dan tekad yang kuat. la juga sangat cerdas, tawadhu’ dan pengorbanannya untuk Allah dan Rasul-Nya tidak terbatas.
Selain itu, ia mewakili orang-orang yang menjadi korban rasisme yang ingin dihapus oleh Islam. Laki-laki hitam pesek ini mempunyai kedudukan tersendiri di hati Nabi dan kaum muslimin, karena Islam yang merupakan agama yang dipilih Allah bagi hamba-Nya telah membuat standar yang benar terhadap penyebab keutamaan manusia.
Allah berfirman, “Hai manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kalian dari seorang laki-laki dan seorang Perempuan dan menjadikan kalian berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kalian saling mengenal. Sesungguhnya, orang yang paling mulia di antara kalian di Sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa.” (al-Hujurat: 13)
Begitulah, bahkan pada peristiwa Fathu Makkah, Rasulullah memasuki Makkah dengan membonceng pemuda hitam pesek ini, Usamah bin Zaid.
Kemudian, kita lihat beliau memasuki Ka’bah di saat-saat yang paling mengharukan dan penuh kemenangan itu—diapit oleh Bilal dan Usamah, di kanan dan kiri beliau.
Dua lelaki yang tubuh mereka dibungkus oleh kulit yang hitam pekat, tetapi Islam yang memenuhi rongga dada mereka yang luas dan suci telah mengubah mereka menjadi manusia agung dan mulia.
Inilah Islam yang menghapuskan segala perbedaan kulit, suku dan ras. Islam yang hanya memandang seseorang dari keimanan dan ketaqwaannya. Bahkan Umar pun sebagai pemimpin mampu bertindak adil. [Cms]
Sumber : Biografi 60 Sahabat Nabi, Penerbit Al Itihsom