ChanelMuslim.com – Wajah kaum muda Muslim saat ini dipenuhi dengan beragam tanda tanya bagaimana mereka menjalani hidup di dunia yang teknologinya semakin canggih dan serba digital.
Jika kita membuat daftar tantangan yang akan dihadapi oleh kaum dapat mencakup, tekanan teman sebaya baik Muslim dan non-Muslim, informasi dari media; reaksi yang dirasakan terhadap Muslim yang berasal dari kebijakan yang diakriminasi terhadap hak-hak seorang Muslim yang tampaknya menargetkan Muslim pada khususnya; persaingan tidak adil di tempat kerja di mana non-Muslim dapat dipilih dibandingkan seorang Muslim, misalnya seorang non-Hijabi lebih dipilih dari pada yang berhijab, atau seorang Muslim yang membutuhkan tempat untuk sholat di tempat kerja.
Baca Juga: Sekelompok Pemuda Muslim Menolong Satu Keluarga dari Kebakaran di Prancis
Wajah Kaum Muda Muslim dan Tantangan Zaman
Banyak anak muda Muslim yang belum mendapatkan penjelasan tentang Islam dengan bahasa yang dapat mereka mengerti khususnya tentang Alquran, dan akibatnya, mereka tidak dapat menjelaskan agama mereka.
Banyak ulama yang tidak dapat berkomunikasi dengan anak muda, atau menyediakan waktu untuk membahas masalah yang mungkin dihadapi anak muda; kecuali ulama yang aktif dalam komunitas anak mud. Akibatnya anak muda tidak dapat mengidentifikasi dirinya sendiri atau menggunakan para alama sebagai panutan.
Gadis-gadis sejak masa balighnya datang tidak mendapat informasi yang jelas tentang diri mereka dari kacamata Islam. Mereka juga tidak mendapat dukungan untuk menggali ilmu agama di masyarakat pengetahuan tentang Islam didapat secara turun temurun tanpa mengkajinya lebih dalam.
Baca Juga: Forbes 30 Under 30: Pemuda Muslim Ini Ada di dalam Daftar
Masalah di Media
Memang, penghinaan terhadap Muslim di media telah mencapai titik di mana Muslim distereotipkan dan tidak ada yang menghormati Muslim, ini bukan untuk mengatakan Muslim secara individu tidak dihormati. Secara umum dunia masih mendiskriminasi umat Islam.
Media sosial berdampak besar pada beberapa anak muda Muslim. Terkadang berdampak negatif dan menjadi populer terutama di Instagram dan Facebook.
Jadi, secara ringkas, anak muda Muslim merasakan stres yang semakin meningkat. Mereka juga merasa dikucilkan. Mereka menjadi frustasi. Mereka tidak memahami agama mereka sejauh Allah adalah satu-satunya Penolong mereka.
Mereka melihat rekan-rekan mereka, non-Muslim, dan tampaknya jika mereka ingin maju di dunia ini, lebih mudah untuk melepaskan agama mereka. Ini adalah tragedi bagi mereka dan Islam.
Masa depan apa pun ada di tangan kaum muda. Langkah-langkah perlu diambil untuk memastikan para pemuda tidak meninggalkan Islam.
Peran Masjid
Mari kita lihat masjid. Apakah ada perubahan? Mengapa Muslim pergi ke Masjid dan apa yang berubah? Masjid adalah tempat dimana adzan, sholat lima waktu dan sholat Jumat berlangsung.
Meski Adzan berkumandang lima kali dalam sehari, hanya sedikit anak muda yang datang ke masjid untuk shalat berjama’ah. Bahkan ketika waktu shalat jumat datang, mereka cenderung datang terlambat.
Jadwal sholat sekarang tersedia di smartphone. Acara Ramadan dan Idul Fitri tersedia di saluran TV. Pembicara dan ceramah dapat disaksikan pada waktu luang di YouTube daripada hadir di majelis ilmu.
Masjid haruslah menarik orang ke dalamnya. Tapi itu juga harus menjangkau komunitas untuk menarik orang ke sana. Tidak hanya itu, tetapi harus melibatkan dan itu berarti interaksi. Interaksi ini juga harus dilihat berlangsung di masyarakat, yakni di luar masjid. Masjid menjadi pusat kegiatan spiritual masyarakat.
Begitulah cara pemuda melihat panutan lokal, dan ini adalah cara untuk menginspirasi pemuda. Bagi penulis ini setidaknya, tampaknya masjid menawarkan program interaktif untuk kaum muda.
Apa yang bisa dilakukan.
Yang dibutuhkan adalah para ulama yang bisa menjembatani antara iman dan modernitas agar kaum muda menemukan jalan mereka di tengah gempita dan hingar bingarnya dunia.[MY]