KAMI di satu masa dahulu. Travelling bonding. Sekitar 55 persen staffku perempuan, sisanya lelaki. Dan yang menjadi leaders 40 orang dengan sebagian besar lelaki.
Aku nggak punya cara lain kecuali memperlakukan mereka kayak adik sendiri. Aku malas menjadi bos. Ada barier dan harus jaim-jaiman.
Yang aku tahu adalah hati dan loyalitas mereka harus dijaga. Itulah kenapa aku kerap melakukan bonding dalam bentuk apa pun. Entah makan bersama, training bersama, ngelmu bersama, atau travelling bersama. Yang penting terjaga adab-adab Islam.
Dan nggak bisa dipungkiri, situasi dimarahi bersama pun adalah part of training bagi mereka. Tiba-tiba dikagetin, diingatkan dengan suara pedas, dijudesin, dilirik dengan sinis, disuruh berpikir cepat, dan decide cepat-cepat. Tahu sendiri boss cewek kayak apa. Jadi nggak cuma yang lembut dan indah-indah saja. Nggak seperti yang ada di foto-foto.
Setiap hari siap-siap deg-degan. Hal itu menempa jiwa juga dan dengan banyak masalah membuat kita jadi cerdas dan bijak dalam bersikap.
Kalau bahasaku; Kita jadi berpikir! Bukankah pelaut handal terlahir dari ombak yang besar?
Ini aku namakan travelling bonding, khusus untuk staff JISc dan JIBBS saja. Jadi ketika ada yamg mau ikut ya ngak bisa karena aku bukan travel. Hehe.
Sebab goalnya, aura yang tercipta juga susunan acara, semua berhubungan dengan bonding dan visi misi company yang akan diaplikasikan di lapangan. Kesannya eksklusif tapi kupikir setiap owner punya kebijakan manajemen masing-masing.
Ibarat tukang masak, dia paling tahu resep asik untuk nasi goreng kampungnya, nggak bisa dikasih saran atau nasehat ketika dia lagi masak, orang hanya tahu hasilnya saja.
Haruskah jalan-jalan? Itu kan jalan-jalan menurut banyak orang tapi buatku ini adalah training kehidupan. Di sini mereka ditraining menata waktu, pikiran, dan jiwa. Wajib menurutku, dengan safar kita jadi lebih mengenal karakter dengan tepat, juga ada team work dalam keseharian, ada nasehat dan hikmah. Ada canda yang melekatkan hati dan tentu saja ada foto-foto yang menggembirakan dan manis untuk dikenang.
Jadi jangan dikira mendidik karyawan itu harus duduk manis dalam kursi-kursi di ruangan training atau ruang office saja.
Pelajaran itu sepanjang perjalanan, hampir 18 hours. Apalagi bila mereka leaders. Wah… nggak ada cerita kalau nggak ‘take inisiatif’ atau diam saja. Setiap pagi dan malam ada briefing, evaluasi, dan buat puluhan list. Apa yang kamu lihat, kamu rasakan, dan kamu pikirkan serta apa yang bisa kamu terapkan dalam diri kamu dan hidup kamu dan utamanya pekerjaan kamu.
Hal yang mungkin nggak dimengerti oleh banyak orang. Namun demikianlah style management aku. Sebaiknya lihat hasilnya. Jangan hanya lihat luarnya saja.
Alhamdulillah, dengan kehendak Allah utamanya gedung bertambah terus. Tadinya sewa jadi milik, turn over pegawai sangat kecil hampir tak ada, gaji naik terus setiap tahun bahkan hampir mencapai 20 persen, bonus-bonus juga bertambah sampai menginap di hotel sekeluarga pun ada, tunjangan sembako bulanan, spp anak sekolah, skim rumah, haji dan umrah.
Selain yang utama adalah prestasi anak-anak didik juga meningkat di semua wilayah. Alhamdulillah kami nomor satu. Bahkan di Kodam dan Bogor, sekolah kami adalah sekolah contoh.
Diknas setempat pun mengakui keunggulan anak-anak didik kami. Hasilnya sangat baik. Lulusannya, tahun lalu, 70% diterima di PTN seluruh Indonesia (UI, ITB, Unibraw, IPB, Unpad, ITS, dan lain-lain). Sebagiannya tersebar merata di dunia. Sebutlah USA, Australia, Deutch, UK, Germany, Perancis, Turkye, bahkan ada yang dapat beasiswa ke Polandia dan Belanda.
Syukur pada Allah tak terhingga. Tentu saja atas kerja sama semua pihak. Ya hasil itu yang aku namakan ‘bonding effect’.
Jadi jangan melihat dari apa yang biasa kita lihat. Jangan berpikir dari skala pikir kita. Setiap orang berbeda. Jangan juga memberitahu dari apa yang kita tahu. Terkadang banyak hal yang kita pikir biasa tapi ternyata luar biasa.
Sekali lagi saya katakan setiap pimpinan punya cara sendiri untuk mendidik staffnya. Bukan dengan cara yang biasa kita ketahui. Hasil yang luar biasa, biasanya didapat dengan cara yang tidak biasa.
Juga, efeknya panjang. Kami mampu melalui gelombang suka dan duka bersama. Pandemik pun dilalui dengan asik.
Mungkin aku sombong tapi aku tak berbohong.
Aku kurang banyak menerima saran orang luar. Aku lebih banyak mengandalkan munajat pada Allah dan membaca histori orang-orang yang sudah pengalaman secara action. Lalu menanamkan semangat dengan banyak mengetahui kisah sahabat.
Juga yang terakhir mengandalkan ‘syuro’ atau musyawarah. Tentu saja dengan orang-orang yang terjun di lapangan bukan para komentator. Bisnis itu tidak perlu komentator, tidak juga komen-komen sinis. Bisnis itu hanya perlu Allah, akal, rasa, dan cinta.
Turkye; 4 years ago.
Allah berfirman, “Ingatlah ketika Tuhanmu telah berfirman kepada para malaikat-malaikatnya: Sesungguhnya Aku hendak menjadikannya seorang khalifah di muka bumi”. Dan mereka menjawab: “Mengapa Engkau hendak menjadikannya sebagai khalifah di muka bumi, padahal di bumi itu tempatnya orang membuat kerusakan dan menumpahkan darah. Dan kamilah yang senantiasa bertasbih, memuji dan mensucikan Engkau?” Tuhan berkata: “Sesungguhnya Aku telah mengetagui apa yang tidak engkau (malaikat) ketahui.” (QS. Al-Baqarah: 30)
Website:
https://ChanelMuslim.com/jendelahati
https://www.jakartaislamicschool.com/category/principal-article/
Facebook Fanpage:
https://www.facebook.com/jakartaislamicschoolcom
https://www.facebook.com/Jakarta.Islamic.Boys.Boarding.School
Instagram:
www.instagram.com/fifi.jubilea
Twitter: