Chanelmuslim.com – Tri Rismaharini adalah walikota perempuan pertama di Surabaya. Kepemimpinan Risma, begitu ia biasa disapa, telah terkenal ke seantero negeri. Prestasi yang dicapainya tidak hanya dalam skala nasional tetapi juga internasional. Bu Risma menjadi kebanggaan warga Surabaya dan menunjukkan bahwa ia pemimpin yang perduli pada rakyatnya.
Sebagai pemimpin Risma tidak serta merta mengikuti kebijakan yang sudah ada. Justru ia kerap kali membuat kebijakan yang mengundang pro dan kontra. Seperti langkahnya menutup lokalisasi Dolly, yang terbesar se-Asia Tenggara. Bukan hal mudah baginya untuk menutup Dolly, ia justru menerima banyak teror dan ancaman, baik pada dirinya maupun keluarganya.
Tetapi, demi pertanggung-jawabannya sebagai pemimpin dan juga sebagai muslim, ia tetap menutup lokalisasi Dolly sesuai waktu yang direncanakan. Bahkan ia telah berpesan pada keluarganya kala itu. “Saya sudah pamit pada keluarga untuk menutup Gang Dolly tanggal 18/6/2014 besok kalau saya mati, ikhlaskan,” seperti di kutip dari laman Liputan6.com.
Bulan lalu, Risma kembali menjadi sorotan ketika ia dinyatakan sebagai trasangka terkait kasus penyalahgunaan wewenang pemindahan kios pembangunan Pasar Turi. Namun, ternyata kasus tersebut tidak terbukti sehingga Polda Jatim menerbitkan Surat Perintah Penghentian Penyidikan (SP3) Nomor SPPP/515.A/X/2015/Ditreskrimum tertanggal 26 Oktober 2015. Kasus ini bermula dari laporan PT Gala Bumi Perkara terkait TPS Pasar Turi.
Risma nampak tidak terganggu dengan adanya kasus tersebut. Dan ia pun tidak berniat untuk menggugat balik pihak yang melaporkan atas pencemaran nama baik. “Aku ‘kan nggak lapo-lapo. Ya, nggak-lah, koyok kurang gawean ae (Saya ‘kan tidak apa-apa. Ya, tidak-lah, kayak orang yang kurang pekerjaan saja),” katanya, Selasa (27/10) seperti dilansir Republika.co.id.
Ketika perempuan menjadi pemimpin, tentu orang akan bertanya bagaimana dengan keluarganya? Risma boleh jadi pemimpin bagi warga kota Surabaya, namun ia juga adalah seorang istri dan ibu bagi anak-anaknya di rumah.
Djoko Saptoadji adalah suami dari Bu Risma. Beliau adalah pegawai perusahaan swasta di daerah Mojokerto. Sebagai suami seorang pejabat, Djoko cukup memposisikan dirinya sebagai supporter terbaik. Dia juga berjanji tidak akan cawe-cawe atas pekerjaan istrinya. Djoko sadar dengan menjadi wali kota, Risma bukan sekadar istri atau ibu dari anak-anaknya, tapi ibu dan panutan dari warga Surabaya. Karena itu konsekuensi apapun siap diterimanya, termasuk rela untuk tidak bertemu setiap hari.
Saat masih menjadi kepala Bappeko Surabaya Djoko menceritakan intensitas pertemuannya sudah terbatas dan hanya bisa dilakukan leluasa setiap malam minggu atau hari minggu. Biasanya pertemuan itu diisi dengan jalan-jalan bersama kedua anaknya. “Saya lebih banyak tidur duluan, dia baru datang. Itu terjadi mulai di Bina Program awal 2005. Jadi ibu sering pulang jam satu sampai jam dua dini hari dan saya yang membukakan pintu,” ujar Djoko seperti dikutip dari Surabaya.Tribunnews.com.
Tri Rismaharini dan Djoko Saptoadji memiliki dua orang anak, Fuad Benardi dan Tantri Gunarni Sapto Ajeng. Saat Bu Risma dilantik sebagai walikota Surabaya tahun 2010 lalu, Putra Sulungnya telah memasuki semester V Teknik Informatika ITS Surabaya. Sementara putri bungsunya adalah siswi SMAN 6 Surabaya.
Kedua anak Bu Risma mendukung ibunya menjadi walikota dan menaruh harapan pada ibunya untuk dapat menjalankan tugasnya dengan baik. Satu pesan yang dititipkan Fuad untuk sang mama, “Tetap bekerja untuk rakyat.” Hal yang senada juga disampaikan Tantri Gunarni, adiknya. “Semoga mama bisa menolong orang lain yang susah,” ujar si bungsu.
Ibu Risma dapat menjalankan tugasnya sebagai walikota tidak lepas dari dukungan keluarga. Kedua anaknya telah memasuki usia remaja dan cukup besar untuk dapat memahami tugas dan kewajiban ibunya sebagai walikota.
Selain itu, Risma memahami benar perannya sebagai perempuan. Menurut dia, wanita masa kini sudah memperoleh persamaan hak. Tapi, di sisi lain, juga tidak boleh berperilaku seenaknya. “Jangan gara-gara punya jabatan, punya prestasi dan gaji lebih besar, perempuan bisa sewenang-wenang di rumah,” ujar ibu walikota ini seperti dikutip dari lensaindonesia.com.
Pesan tersebut dikumandangkan Risma karena, menurut dia, seorang ibu memegang peran penting dalam sebuah keluarga. Seorang ibu bisa menjadikan rumah sebagai tempat yang nyaman bagi suami dan anak-anaknya.
“Ingat, wanita itu tetap ibu rumah tangga. Jangan hanya sibuk berkarir keluarga dilupakan,” katanya. Untuk itu, Risma berkeyakinan, perempuan yang berhasil dalam karirnya juga seharusnya bisa berhasil pula dalam membina keluarganya.
Wanita kelahiran 20 November 1961, ini menuturkan bahwa kunci kesuksesannya adalah fokus. Seorang wanita karir tidak boleh membawa urusan rumah ke kantor maupun sebaliknya.Hal yang terpenting lainnya dalam hidup adalah komunikasi. Menyesuaikan komunikasi dengan orang-orang yang dijumpai saat bekerja, ia bisa saja dengan tegas menegur atau memecat stafnya yang tidak disiplin. Tetapi ketika di rumah suaminyalah yang menjadi pemimpin. []