ChanelMuslim.com- Kasus penganiayaan yang dialami Syekh Ali Jaber memunculkan hikmah tersendiri. Jutaan publik akhirnya tergiring untuk menyorot sosok ulama kelahiran Madinah 44 tahun lalu ini. Hasilnya, publik pun belajar sesuatu yang inti dari Islam: akhlak.
Dilansir dari chanel Youtube Deddy Corbuzier, Syekh Ali Jaber mengungkapkan sikapnya di kasus penganiayaan itu. Menurutnya, “Qadarullah!” Semua karena takdir Allah.
Syekh pun menjelaskan bahwa dirinya sama sekali tidak ada rasa ingin tahu tentang sosok pelaku. Tidak juga rasa penasaran kenapa hal itu dilakukan terhadapnya. Apalagi, adanya rasa dendam. “Alhamdulillah, justru Allah berikan saya ketenangan. Saya sudah melupakan kasus itu,” ungkapnya tenang.
Ayah satu putera ini pun mengaku sejumlah media massa memancingnya untuk memberikan pernyataan keras. Tapi, hal itu tidak membuatnya terjebak. Ia justru mengatakan, “Dua belas tahun saya berdakwah di Indonesia, selalu memperoleh kedamaian. Jangan sampai kasus ini merusak kedamaian itu,” jelas Syekh dalam video yang merekamnya.
Ali Jaber mengungkapkan bahwa kali itu ia baru mengenakan lagi jubah gamis warna hitam. Ia sudah lupa kapan terakhir jubah warna itu ia kenakan. Karena kebiasaannya, ia selalu mengenakan yang warna putih. “Entah kenapa, hari itu saya ingin mengenakan jubah warna hitam,” ucap Syekh sambil senyum santai.
Di wawancara lebih dari satu jam itu juga terungkap kenapa Syekh Ali Jaber meminta kepada jamaah untuk memfoto dirinya bersama wisudawan penghafal Quran cilik di panggung acara. Hal itu karena sudah lebih dari dua tahun ia tidak memegang hape.
“Awalnya saya meminta ibu dari hafizhah cilik itu untuk memfoto kami. Tapi terkendala karena hape milik ibu itu tidak memadai. Saat itulah saya meminta jamaah untuk memfoto kami sebagai kenang-kenangan untuk keluarga hafizhah ini,” ungkapnya.
Ketika ditanya kenapa Syekh tidak memegang hape sampai dua tahun, ulama hafizh Quran sejak usia 10 tahun itu pun menjelaskan. Bahwa, istrinya pernah memprotes dirinya karena ada sesuatu yang membuat sang istri cemburu. Meski sudah dijelaskan, tapi kesalahpahaman itu masih ada.
Untuk menenangkan hati sang istri, Syekh Ali Jaber pun menyerahkan hapenya kepada sang istri. Dan sejak itu, ia tidak lagi bersama hapenya. Dan itu sudah berlangsung selama kurang lebih dua tahun.
Di sela-sela itu, Syekh juga menceritakan bagaimana akhlak Rasulullah saw. terhadap istrinya, terhadap para sahabatnya, dan lingkungannya.
“Apa yang saya alami di Lampung belum seberapa. Rasulullah saw. saat sedang sujud pernah diletakkan kotoran hewan di atas tubuhnya. Tapi, beliau tidak marah, apalagi dendam,” ungkapnya.
Karena menurutnya, marah dan dendam itu tidak bermanfaat sama sekali. “Kalau kita melampiaskan marah, terus apa manfaatnya? Tidak ada,” ucap Syekh.
Syekh Ali Jaber juga menceritakan pengalamannya saat berada di Mekah. Waktu itu, sedang dilakukan pembukaan perdana fasilitas kereta yang menuju Arafah. Masyarakat pun berbondong-bondog antri untuk mencoba fasilitas baru itu, termasuk dirinya.
Karena antrian begitu panjang, tanpa sengaja seseorang yang di belakangnya mendorong dirinya. Karena dorongan spontan itu, Ali Jaber pun ikut spontan mendorong orang di depannya. Ternyata, orang di depannya tak terima. Ia menoleh ke arah Ali Jaber dengan marah.
“Anjing!” teriak orang itu kepada Ali Jaber. “…tentu dengan bahasa Arab,” tambahnya dengan santai.
Apa yang dilakukan Ali Jaber dengan bentakan itu? Ia mengaku menoleh ke kiri dan ke kanan sambil mengucap, “Mana anjing, mana anjing?”
Artinya, sama sekali ia tidak berburuk sangka kalau orang di depannya itu mengucapkan anjing sebagai penghinaan terhadap dirinya. Ia berbaik sangka kalau orang itu benar-benar mengucapkan anjing yang sebenarnya, sehingga membuat Syekh menoleh ke kiri dan kanan untuk memastikan bahwa di sekitar situ tidak ada anjing berkeliaran.
Bagaimana reaksi orang yang menghinanya itu? Melihat ketulusan Syekh Jaber yang tetap tenang dan berbaik sangka itu, orang itu pun luluh. Orang itu pun tersenyum, dan memohon maaf atas kekhilafannya itu.
“Sejak itu hingga sekarang, orang yang mengucapkan itu menjadi sahabat dekat saya,” ungkap Syekh.
Ketika ditanya apakah dari kasus di Lampung itu membuat Syekh trauma. Spontan ia menggeleng. “Sama sekali tidak,” ucapnya.
“Insya Allah Kamis ini saya akan berdakwah di Malang. Mohon doa semoga tidak ada halangan,” ucap Syekh Ali Jaber.
Ditanya lagi apakah pengalamannya itu tidak membuatnya takut. Ali Jaber menjelaskan kalau sekadar takut itu alami. Tapi, ia yakin semua atas kehendak Allah. Kalau Allah tidak kehendaki, tidak akan pernah terjadi. Tapi kalau Allah kehendaki, seperti apa pun pengamanannya, pasti akan terjadi.
Apa rahasianya sehingga Syekh bisa setenang itu? Syekh Ali Jaber menjelaskan, niatkan segala sesuatu yang kita lakukan semata-mata karena ingin mendapat ridha Allah. “Ridha Allah. Itu saja. Apakah nantinya orang suka atau tidak suka dengan dakwah saya, itu urusan lain. Yang penting, saya sudah menyampaikan dengan sebaik-baiknya dan saya serahkan semua hasilnya kepada Allah,” jelas Syekh.
Dengan begitu, masih menurut Syekh, ia tidak akan merasa bangga dengan pujian dan tidak akan marah dengan celaan. Semua hasilnya sudah ia serahkan kepada Allah swt.
Kedua, menurut Syekh Jaber, ikuti Rasulullah. “Kalau kita ingin ada hubungan khusus antara diri kita dengan diri Nabi saw., ikuti semua teladan beliau saw. Dalam hal apa pun: cara makan, berpakaian, berbicara, bersikap, dan sebagainya,” jelas Syekh.
Syekh menyampaikan, jangan pernah merasa diri kita lebih baik dari orang lain. Terhadap siapa pun. Kita tidak tahu, boleh jadi, orang yang kita nilai rendah itu, memiliki amal istimewa yang sangat dicintai Allah.
Hal itulah yang membuat Syekh Ali merespon lebih baik ucapan atau sekadar chat yang masuk ke ponselnya. Ia mengaku, kalau ada chat yang masuk, ia akan menjawabnya dengan mode suara. Hal itu agar orang yang mengajaknya berkomunikasi merasa dimuliakan karena yakin bahwa yang menjawab itu memang Syekh Ali Jaber, bukan asisten atau orang yang dipercayakan.
Menurutnya, inti dari ajaran Islam ini adalah akhlak. “Ikutilah bagaimana Rasulullah saw. berperilaku, dan itulah akhlak Islam yang harus kita teladani,” pungkasnya. (Mh)