MUHASABAH adalah kunci sukses yang merupakan bagian dari karakteristik keluarga muslim. Ustaz Dr. Ahmad Kusyairi Shuhail, M.A. menulis dalam tafsir tematik keluarga “Menghadirkan Surga di Rumah” tentang muhasabah.
Tafsir dari surat Al Hasyr ayat 18.
Artinya, “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat);
dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”
Muhasabah Sebagai Karakteristik Keluarga Muslim
Muhasabah adalah kunci sukses, kunci peningkatan kualitas diri dan keluarga dalam semua segi, baik ilmu, moral, sosial maupun ekonomi.
Maka apabila ingin diri dan keluarga meningkat kualitas kehidupannya tak boleh lepas dari muhasabah.
Ada 3 jenis muhasabah
1. Muhasabah atas ketaatan pada Allah yang dilalaikan.
Wahai ayah Ibu, bagaimana keluarga menjaga shalat? Wahai diri, apakah masih ringan mengulur-ulur waktu shalat? Masihkah menggerutu dalam melayani suami?
2. Muhasabah terhadap perbuatan yang lebih baik ditinggalkan?
3. Muhasabah terhadap hal mubah dan bersifat rutinitas? Apakah perbuatan ini untuk Allah atau hanya mengejar dunia semata?
Bahkan rutinitas perlu ditilik lagi untuk apa ia dilakukan.
Baca Juga: Muhasabah Keluarga di Akhir Tahun
Bila dibawa dalam keluarga muhasabah ini menjadi energi, karena ada musyawarah untuk membuat langkah perbaikan.
Home educator dan praktisi homeschooling Sirat Rizhqi menulis, dalam muhasabah ada keberkahan, dalam musyawarah ada keberkahan. Semua adalah perintah Allah.
Ramai orang bicara visi keluarga, visi pendidikan, tak ada yang keliru. Itu benar adanya.
Namun akan jadi berat, bila tak lihat situasi diri dan keluarga, tak lihat kemampuan dan daya jangkau.
Untuk melangkah pada visi keluarga, pendidikan, kemanfaatan sampai peningkatan kesejahteraan keluarga, mesti dimulai dari muhasabah.
Maka akan ketemu apa yang harus diperbaiki lebih dulu,
Shalatnya kah? Khusyuknya kah? Sabarnya kah? Syukurnya kah? Qanaahnyakah?
Ilmu yang mana dulu yang harus diambil, skill yang mana dulu yang harus diasah. Termasuk dalam memandang hubungan dengan anak.
Anak bukan melulu yang harus diperbaiki. Bagaimana jika masalah utamanya adalah orangtua? Mari muhasabah![ind]