BAGAIMANA cara menjadi suami romantis seperti Rasulullah? Siapa yang tidak suka berbicara tentang cinta? Cinta adalah salah satu topik paling favorit di kalangan anak muda.
Kita suka membaca kisah cinta dan menonton film romantis. Kita kagum dengan bagaimana kekasih memperlakukan kekasihnya dan betapa dalam pasangan saling mencintai.
Baca Juga: Nasihat Buya Hamka kepada Seorang Suami untuk Bersikap Baik Kepada Istri
Cara Menjadi Suami Romantis seperti Rasulullah
Terkadang kisah-kisah ini tidak realistis, kadang berlebihan tapi menyaksikan dua orang yang saling mencintai dengan tulus itu begitu indah.
Jika kita belajar dari kehidupan Rasulullah, pasti kita akan menemukan banyak hal romantis yang dilakukan oleh Rasulullah kepada istri-istrinya. Sayangnya kita terlalu malu untuk membahas bahkan mempraktikan hal ini padahal semuanya juga merupakan sunnahnya.
Kita tahu seberapa besar dia menghormati wanita dan dia biasanya memerintahkan para sahabat untuk memperlakukan wanita dengan hormat dan kebaikan. Dia memimpin dengan memberi contoh ketika dia berkata:
“Yang terbaik dari kamu adalah yang terbaik kepada istrinya, dan aku yang terbaik dari kamu untuk istri saya.” (Ibnu Majah)
Jadi, mari kita lihat bagaimana Rasulullah menunjukkan kasih, perhatian dan kelembutan kepada istrinya?
Berikut adalah beberapa Sunnah Nabi:
1- Ekspresikan Cinta dalam Berbagai Cara
Cintanya untuk Aisyah sangat besar. Dalam satu narasi, Aisyah berkata:
Dari Aisyah RA, sesungguhnya Nabi menggilir para istrinya dengan adil, dan berkata :“Ya Allah, inilah pembagianku pada perkara yang aku bisa, maka janganlah Engkau mencelaku pada perkara yang Engkau miliki, namun tidak aku miliki.” (HR. Abu Daud dan An-Nasa’i)
Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh ‘Amr Bin al-‘Ash saat ia bertanya pada Rasulullah :
“Siapakah manusia yang paling Engkau cintai?” Beliau menjawab: ‘Aisyah’. Lalu aku bertanya lagi: “Siapakah yang Engkau cintai dari kalangan laki-laki?” Beliau menjawab: ‘ayahnya Aisyah (Abu Bakar)’. Kemudian aku bertanya lagi : “Setelah itu siapa?” Beliau menjawab ‘Umar Bin al-Khattab’. Kemudian Beliau menyebutkan beberapa orang. (HR. Bukhari)
Aisha berkata, “Rasulullah biasanya meletakkan mulutnya di tempat saya minum, dan dia akan minum dari apa yang tersisa oleh saya, ketika saya sedang menstruasi.” (HR. An-Nasa’i)
2- Menyuapi
Betapa mudahnya bagi seorang suami untuk mendapatkan pahala. Hanya dengan tersenyum pada istri atau meletakkan sepotong makanan di mulutnya.
Dari Saad bin Abi Waqosh radhiyallahu ‘anhu berkata, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda : “Dan sesungguhnya jika engkau memberikan nafkah, maka hal itu adalah sedekah, hingga suapan nasi yang engkau suapkan ke dalam mulut istrimu.“ (Mutafaqun ‘Alaih).
Apabila seorang istri makan bersama suaminya dan suami menyuapi makanan tersebut ke mulut istrinya, niscaya ia akan mendapatkan pahala dan hal itu akan memperkokoh kecintaan istrinya.
3. Bermain bersama
Berapa kali kamu mengajak pasangan untuk jalan-jalan atau bermain game? Bayangkan, pemimpin memiliki banyak tanggung jawab seperti Rasulullah, tetapi dia masih bisa menemukan waktu untuk berbagi permainan dengan istrinya.
Istri Rasulullah, Aisyah RA, pernah bercerita, “Aku ikut bersama Rasulullah ketika suatu kali beliau bepergian. Saat itu aku masih muda belia dan badanku masih langsing. Rasulullah memerintahkan orang-orang untuk berjalan lebih dahulu. Setelah mereka berada di depan, beliau berkata kepadaku, “Kemarilah, ayo kita berlomba lari.”
Kemudian, Aisyah dan Nabi berlomba dan dimenangkan oleh Aisyah. Setelah itu, beliau tidak pernah lagi menyinggung perlombaan kami itu hingga ketika Aisyah bertambah gemuk dan telah lupa akan perlombaan kami itu. Aku pergi lagi bersama beliau pada suatu perjalanan.
Di tengah perjalanan, Nabi memerintahkan orang-orang untuk berjalan di depan. Selanjutnya, Nabi mengatakan kepada Aisyah.
“Ayo, kita lomba lari!”
Saat itu, Aisyah dan Nabi berlomba dan yang menjadi pemenang adalah Nabi Muhammad. Nabi kemudian berkata kepada Aisyah, “Ini balasan yang dulu.”
Salah seorang sahabat berkata, “Rasulullah, Anda bergurau dengan kami.”
“Aku hanya manusia seperti kalian. Wajar jika aku bergurau dengan kalian,” jawab Nabi (Hadits Mursal).
4. Membersihkan Diri untuknya
Apa hal pertama yang kamu lakukan saat rapat penting? Merapikan diri dan menggunakan parfum favorit. Mengapa kamu tidak mencoba ini ketika memasuki rumah ketika hendak bertemu istri?
Shuraih bin Hani ra berkata, “Saya bertanya, ‘Aisyah (ra). Apa hal pertama yang akan dilakukan Nabi ketika dia memasuki rumahnya?”
Dia menjawab, “Dia akan menggunakan siwaknya.” (HR. Muslim)
5. Bersandar di Pangkuannya
Dalam film-film romantis, selalu ada adegan bersandar di bahu atau pangkuan satu sama lain. Melakukan hal ini membawa ketenangan dan kepuasan. Nabi Muhammad biasa meletakkan kepalanya di pangkuan Aisyah dan membaca Al-Qur’an.
Diceritakan Aisyah, “Nabi (saw) biasa bersandar di pangkuanku dan membaca Al-Quran ketika aku sedang haid.” (HR. Bukhari)
6. Mandi bersama
Rasulullah saw mandi bersama istri-istri beliau. Beliau mandi bersama Ummu Salamah (HR Al-Bukhari).
Beliau juga mandi bersama Aisyah sebagaimana tuturan Aisyah, “Aku dan Nabi saw mandi bersama dari satu tempayan.” (HR Al-Bukhari)
Aisyah juga berkata, “Aku mandi bersama Rasulullah saw dari satu tempayan (yang diletakkan) antara kami berdua, maka Rasulullah saw mendahuluiku (dalam mengambil air dari tempayan) hingga aku berkata, “Sisakan air buatku, sisakan air buatku.” Dan mereka berdua dalam keadaan junub. (HR Muslim)
7. Dukung Minatnya
Perhatikan kisah romantisme Rasulullah bersama istrinya Aisyah. Aisyah mengatakan, “Orang-orang Habasyah masuk ke dalam masjid untuk bermain (latihan berpedang), maka Nabi saw bertanya kepadaku, “wahai Humaira (panggilan sayang untuk Aisyah), apakah engkau ingin melihat mereka?”
Aku menjawab, “iya’. Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam lalu berdiri di pintu, lalu aku mendatanginya dan aku letakkan daguku di atas pundaknya kemudian aku sandarkan wajahku di pipinya.
(setelah agak lama) Rasulullah saw pun bertanya, “Sudah cukup (engkau melihat mereka bermain)”
Aku menjawab, “Wahai Rasulullah, jangan terburu-buru.”
Lalu beliau (tetap) berdiri untukku agar aku bisa terus melihat mereka. Kemudian ia bertanya lagi, “Sudah cukup?”
Aku pun menjawab, “Wahai Rasulullah, jangan terburu-buru.”
Aisyah berkata, “Sebenarnya aku tidak ingin terus melihat mereka bermain, akan tetapi aku ingin para wanita tahu bagaimana kedudukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam di sisiku dan kedudukanku di sisi Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam.”
8. Cintai Temannya
Aisyah berkata, “Saya tidak merasa iri pada istri-istri Nabi seperti halnya saya iri pada Khadijah meskipun saya tidak melihatnya, tetapi Nabi sering menyebut dia, dan ketika dia menyembelih seekor domba, dia akan memotong-motongnya dan mengirimnya ke teman-teman Khadijah.” (HR. Bukhari)
9- Membantu Pekerjaan Rumahnya
Mengapa sulit bagi banyak pria untuk membantu istri mereka melakukan pekerjaan rumah seperti membersihkan, mencuci piring, atau memperbaiki wastafel?
Luangkan waktu untuk membantu memperbaiki sesuatu di rumah, atau membantu membersihkan. Nabi biasa melakukannya.
Aisyah mengatakan, “Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sibuk membantu istrinya dan jika tiba waktu salat maka ia pun pergi menunaikannya.”
Imam Al-Bukhari mencantumkan perkataan Aisyah ini dalam dua bab di dalam sahihnya, yaitu Bab Muamalah Seorang (suami) dengan Istrinya dan Bab Seorang Suami Membantu Istrinya.
Urwah bertanya kepada Aisyah, “Wahai Ummul Mukminin, apa yang diperbuat Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam jika ia bersamamu di rumah?”
Aisyah menjawab, “Ia melakukan seperti yang dilakukan salah seorang dari kalian jika sedang membantu istrinya, ia memperbaiki sandalnya, menjahit bajunya, dan mengangkat air di ember.”
Dalam Syama’il karya At-Tirmidzi terdapat tambahan, “Dan memerah susu kambingnya…”
10. Panggil Dia dengan Nama Cantiknya
Nabi biasa memanggil Aisyah dengan nama cantiknya. Suatu hari dia bertanya kepada Nabi:
“Wahai Rasulullah, hal-hal apa saja yang tidak boleh ditahan?”
Dia berkata, “Air, garam dan api.”
“Saya berkata, “Wahai Rasulullah, kita tahu apa air itu, tetapi bagaimana dengan garam dan api?”
Dia berkata: “Wahai Humaira, siapa pun yang memberi api (kepada orang lain), seolah-olah dia telah memberi dalam amal semua makanan yang dimasak di atas api itu.
Siapa pun yang memberi garam, seolah-olah ia telah memberikan dalam amal semua garam itu menjadi baik. Dan siapa pun yang memberi air kepada seorang Muslim untuk diminum ketika air tersedia, seolah-olah ia membebaskan seorang budak; dan siapa pun yang memberi air kepada seorang Muslim untuk diminum ketika tidak ada air yang tersedia, seolah-olah ia menghidupkannya kembali.” (Ibn Majah)
[My/Cms]