TANPA sadar, ada sikap orang tua yang menyebabkan anak sulit diatur. Pernahkah kamu merasa frustasi menghadapi tingkah anak yang tidak bisa diam, berteriak-teriak, menangis atau tantrum?
Alih-alih menyalahkan anak dan mencapnya sebagai anak yang nakal, sebaiknya orangtua mulai mengevaluasi dirinya sendiri. Terkadang perilaku orangtua sendirilah yang menyebabkan anak berperilaku “nakal”.
Baca Juga: Tips agar Hubungan Anak dan Orang Tua Menjadi Mesra
10 Sikap Orang Tua yang Menyebabkan Anak Sulit Diatur
Ada beberapa sikap orangtua yang bisa membuat anak jadi sulit diatur dan cenderung “nakal”, yaitu:
1. Tidak tegas
Ada orangtua yang sering mengalah pada anaknya. Segala aturan di rumah sering dilanggar karena orangtua terlalu takut anaknya menangis atau marah. Setiap kali orangtua bersikap lemah, anak menjadi punya senjata untuk membuat orangtua mengikuti keinginannya.
Jangan menuruti semua yang diinginkan anak. Orangtua harus bisa mendidik anak untuk bertanggung jawab atas segala semua tindakan dan pilihannya. Tetapkan batas apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan dan biarkan anak bertanggung jawab atas segala tindakan dan pilihannya. Bersikap tegas tetapi lembut jika dia membuat ulah, kemudian katakan padanya bahwa dia tidak akan mendapatkan apa yang dia inginkan dengan perilaku seperti itu. Orangtua harus mampu mengelola emosinya dalam mendidik anak.
2. Bersikap tidak konsisten
Jangan perlakukan anak-anak dengan cara yang berbeda setiap hari. Suatu hari kita bersikap tegas dengan tidak membiarkan dia menonton TV terlalu lama tapi pada hari berikutnya kita membiarkannya menonton semua yang dia inginkan hanya karena kita sedang sibuk dan ingin dia tetap diam. Sikap tidak konsisten ini seperti mengirimkan pesan yang sangat tidak jelas kepada anak. Pada akhirnya, anak akan meragukan orangtuanya. Konsistenlah dalam menetapkan dan menjalankan aturan.
3. Terlalu mendikte
Jangan mendikte setiap hal dan apa yang harus dilakukan oleh anak. Berilah sedikit kebebasan kepada anak dalam hal memilih pakaiannya sendiri atau memutuskan bagaimana dia ingin minum susu. Kegiatan ini sangat penting untuk mengasah jiwa kemandirian dan kepemimpinannya.
4. Menyerahkan pengasuhan kepada layar TV dan gadget
Menonton kartun terus-menerus tanpa batasan akan meningkatkan kegelisahan pada anak setelahnya, membuatnya terlalu bersemangat dan cenderung berperilaku nakal. Jadi tentukan batas berapa lama anak bisa menonton TV atau bermain game di komputer.
5. Permisif
Menegakkan peraturan di rumah juga menjadi penting agar anak memahami tentang konsekuensi dari perilaku nakalnya. Dia perlu tahu bahwa dia akan mendapat teguran atau hukuman jika dia bertingkah “nakal’. Katakanlah padanya bahwa perilaku seperti ini tidak dapat diterima oleh siapapun dan di manapun.
6. Lemah saat menghadapi anak yang tantrum
Jika anak menangis terus-menerus dalam waktu lama, kita mungkin tergoda untuk menyerah pada permintaannya dan merasa kasihan padanya. Padahal dengan memenuhi tuntutannya hanya akan merusak perilakunya. Dia akan berpikir bahwa dengan menangis atau berteriak dia bisa mendapatkan apa saja. Jadi belajarlah untuk mengabaikan tangisannya. Anak akan berhenti menangis dengan sendirinya.
7. Kurang Perhatian
Terkadang anak-anak menunjukkan perilaku nakal karena mereka menginginkan perhatian orangtuanya. Mereka merasa bahwa orangtuanya tidak cukup memperhatikan mereka. Belajarlah untuk mendengarkan anak dengan tenang, tanyakan kepadanya mengapa ia bertindak seperti itu dan apa yang dapat kita lakukan untuk menghentikannya. Anak akan merespon dengan baik segala perhatian orangtuanya. Jangan mengabaikan mereka saat mereka ingin berbicara.
8. Terlalu sering marah-marah
Jangan kehilangan kesabaran dan berteriak pada anak. Sikap seperti ini kontraproduktif, kita berteriak dan marah-marah untuk menghentikan perilaku “nakal’nya. Tanpa sadar, kita sedang mengajarkannya untuk bersikap tidak sabaran dan marah-marah setiap kali terbentur masalah.
9. Melampiaskan kemarahan kepada anak
Ketika kita sedang dalam suasana hati yang buruk dan anak juga sedang berperilaku tidak seperti yang kita inginkan, jangan mengambil meluapkan emosi kita padanya. Jika kita meneriaki anak kita ketika dia sedang tidak melakukan kesalahan, dia akan marah kepada kita dan mungkin berkelakuan buruk atau lebih buruk. Tetaplah tenang dan tangani situasi dengan sabar. Perilaku seperti itu akan diperhatikan oleh anak dan dia akan belajar untuk tetap tenang di saat kondisi sedang tidak mendukung. Anak-anak adalah pengamat yang handal.
10. Bersikap longgar saat liburan tiba
Ketika anak libur sekolah, buatlah jadwal rutinitas untuknya. Sebelum anak-anak bermain dengan temannya berilah tanggung jawab pekerjaan rumahan seperti menyapu atau mencuci piring. Jadwal rutinitas ini akan mengontrol perilakunya misalnya untuk tetap bangun pagi, pulang untuk makan siang, shalat dan tidur tepat waktu.
Itulah sikap orang tua yang menyebabkan anak menjadi sulit diatur. Perilaku orangtua akan menjadi cermin bagi perilaku anak. Jadi mari pastikan perilaku kita ideal bagi anak-anak untuk diikuti. Jangan terlalu keras padanya karena hanya akan membuatnya nakal dan gugup karena mereka tidak memahami perasaan dan harapan orangtua terhadapnya. Tegaslah ketika mengatakan bahwa perilaku “nakal” tidak diterima oleh siapapun dan di manapun. Hargai, cintai dan hormati anak-anak dan mereka akan menanggapi dengan baik. [Maya/sumber:firstCryparenting.com]