ChanelMuslim.com – Pernikahan dimaksudkan untuk berlangsung seumur hidup. Kita dan pasangan berjanji untuk menghabiskan sisa hidup bersama-sama tidak peduli apa pun situasinya. Berjalannya waktu kita akhirnya memahami bahwa ikatan perjanjian pernikahan tidak semudah mengucap kata atau membalikkan tangan. Pernikahan adalah perjalanan setengah dien yang harus kita perjuangan.
Setelah pernikahan berjalan empat hingga tujuh tahun, mungkin kita akan mengalami yang namanya kejemuan hubungan dengan pasangan. Kita mulai mengevaluasi, apakah pernikahan kita berjalan bahagia. Apakah kita dan pasangan sudah berhasil saling memahami dan menyesuaikan diri dengan segala kekurangan dan kelebihan pasangan? Pada titik ini banyak pasangan yang mulai mempertimbangankan apakah mereka akan melanjutkan bahtera pernikahan atau malah menghentikannya.
Dalam beberapa penelitian yang dilakukan, terlihat bahwa ketegangan antara pasangan meningkat ke titik puncak biasanya sekitar tahun ke-7 perkawinan, karena tingkat perceraian yang lebih tinggi. Faktanya, sampel data yang diambil dari tahun 1922 hingga 1990 sebenarnya menunjukkan bahwa durasi rata-rata pernikahan di Amerika Serikat berkisar sekitar 7 tahun, baik itu 6,6 pada tahun 1992, 7,5 pada tahun 1974, atau 7,2 pada tahun 1990. Namun dalam beberapa tahun terakhir rentang waktu tampaknya telah berkurang menjadi 4 tahun. Itu juga terlihat dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dr Lawrence A. Kurdek, seorang psikolog di Wright State University di Ohio, bahwa orang-orang dengan anak-anak lebih mungkin mengalami penurunan kebahagiaan dalam pernikahan mereka sekitar tahun ke-4 dan ke-7! Penurunan pertama terutama karena 'fase bulan madu' berkurang sementara yang kedua lebih berkaitan dengan kedatangan anak-anak, di mana memprioritaskan mereka dan kebutuhan mereka lebih diutamakan daripada mengelola hubungan pernikahan.
6 Alasan Mengapa Orang Mempertimbangkan Perceraian
1. Hari-hari yang membosankan.
Pada tahun ke-7 rumah tangga sudah mulai diramaikan dengan kehadiran satu atau dua anak. Peran sebagai 'pasangan' melebar menjadi 'orang tua'. Terutama ketika kehidupan Anda berpusat pada anak-anak Anda, menjadi sulit untuk berkonsentrasi pada hubungan perkawinan Anda, bukan? Kebutuhan anak-anak Anda diutamakan, jadwal Anda berputar di sekitar mereka, percakapan Anda tentang mereka. Setelah beberapa saat, rutinitas harian mulai membuat Anda bosan. Frustasi pun melanda Anda. Anda merasa kehidupan pernikahan menjadi tidak menarik dan membuat Anda tidak mejadi diri Anda sendiri.
2. Hubungan yang datar-datar saja
Pada awal pernikahan, kita akan berusaha membuat pasangan kita merasa dicintai. Kita mencari cara untuk membahagiakannya. Mulai dari membuatkan masakan kesukaannya hingga memberi hadiah kejutan. Setiap suami pulang mendapati istrinya yang berdandan cantik. Namun berjalannya waktu kita tidak lagi melakukan hal-hal kecil istimewa untuk pasangan kita. Kita tampil seadanya dan merasa itu adalah hal yang biasa. Coba ingat kembali kapan terakhir kita membuat pasangan kita terkesan dengan apa yang kita lakukan untuknya? Kapan terakhir kali Anda berusaha mengesankan pasangan Anda atau membuat mereka bahagia? Sepertinya sudah lama sekali, bukan? Meskipun saling menerima apa adanya dan merasa cukup nyaman dengan pasangan, Anda perlu melakukan hal-hal kecil istimewa yang membuat pasangan kita merasa dicintai.
3. Anda jarang membicarakan hal lain selain anak-anak
Ada satu hal untuk direnungkan, kapan terakhir Anda meluangkan waktu untuk duduk di sebelah pasangan Anda, berpegangan tangan, dan hanya berbicara tentang sesuatu selain anak-anak? Apakah Anda tahu apa yang terjadi dalam kehidupan pasangan, di tempat kerja atau dengan teman-temannya atau hal-hal serupa? Apakah mereka tahu apa yang tengah bergejolak di hati Anda? Apakah Anda dan pasangan menjalani dua kehidupan yang berbeda di bawah satu atap? Jika demikian, Anda merasa seperti melakukan semua sendiri, merasa kesepian dan bosan.
4. Tidak jujur bahkan pada hal-hal kecil
Pada awal pernikahan, Anda mungkin sedikit malu untuk mengemukakan beberapa hal pada diri pasangan yang Anda tidak sukai. Anda mungkin tidak menyukai caranya bicara dengan mulut penuh makanan. Bahkan pada saat berhubungan intim, ada hal yang Anda tidak sukai. Anda berusaha memakluminya tanpa membicarakannya pada pasangan. Anda terlalu khawatir apa yang Anda katakana memicu pertengkaran. Tetapi beberapa tahun bersama dapat membuat Anda mengerutkan kening tentang hal-hal ini. Ketidakpuasan dengan situasi ini menyebabkan frustrasi fisik atau mental. Menyimpan hal-hal kecil untuk diri sendiri selalu baik-baik saja, itu bisa menjadi rahasia kecil Anda. Tetapi jika Anda telah mencapai titik di mana Anda berbohong tentang hal-hal hanya untuk menjaga perdamaian atau menghindari konfrontasi, itu artinya ada masalah dalam pernikahan Anda.
5. Anda tidak memiliki kesamaan
Anda dan pasangan adalah dua orang yang berbeda jadi tentu saja tidak akan memiliki kepribadian dan minat yang sama persis. Jika Anda bahkan tidak berusaha untuk mencoba memahami atau setidaknya mencoba beberapa kebiasaan dan hobi pasangan, Anda hanya menciptakan kesenjangan yang lebih besar antara Anda dan pasangan. Meskipun memiliki waktu sendiri adalah hal yang luar biasa bagi kedua pasangan, tetapi memiliki satu hal yang bisa dinikmati bersama itu membuat pernikahan menjadi lebih nikmat dijalani oleh Anda dan pasangan.
6. Anda berdua menangani kehidupan dengan langkah yang berbeda
Anda dan pasangan mungkin melihat konsep waktu dari dua sudut yang berbeda. Anda merasa pasangan 'terlalu cepat' dan pasangan merasa Anda seperti 'terlalu lama'. Pada satu titik sampailah Anda atau pasangan merasa seperti terjebak dalam kebiasaan atau hal-hal yang tidak benar-benar berjalan seperti yang diharapkan. Anda selalu memilik sudut pandang berbeda. Ibarat sebuah minuman, Anda dan pasangan tidak tercampur dengan benar. Satu pihak mersa semua baik-baik saja sementara pihak lain merasa ada yang salah dengan hubungan ini.
Ada beragam alasan mengapa pernikahan tidak berjalan sesuai dengan apa yang kita harapkan. Untuk menyelesaikan segala konflik yang ada, kita perlu mencari sumber dari setiap permasalahan dan dengan kepala dingin dan itikad yang baik, masing-masing pihak harus berusaha bersama-sama mencari solusinya. [Maya]