KANKER kolorektal umumnya terjadi pada orang lanjut usia, dengan sebagian besar kasus dialami oleh mereka yang berusia di atas 65 tahun.
Namun, dalam beberapa dekade terakhir, terjadi peningkatan signifikan pada kasus kanker ini di kalangan orang dewasa muda dan paruh baya.
Para peneliti terus berupaya mencari tahu penyebab pergeseran usia tersebut. Studi terbaru mengungkap bahwa salah satu pemicu potensialnya adalah keberadaan jenis bakteri tertentu dari Escherichia coli (E. coli) di usus sejak masa kanak-kanak.
Bakteri E. coli sebenarnya termasuk bakteri yang secara alami sudah ada di dalam usus manusia dan hewan. Keberadaan bakteri ini pun umumnya tidak berbahaya.
Namun, beberapa di antaranya memproduksi racun sehingga bisa menyebabkan diare dan infeksi. Bahkan ada yang menyebabkan racun bernama kolibaktin yang mampu merusak DNA manusia.
Baca juga: Cara Mengurangi Risiko Riwayat Kanker dalam Keluarga
Kanker Kolorektal Umumnya Terjadi pada Orang Lanjut Usia
Penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Nature baru-baru ini menunjukkan bahwa kerusakan DNA akibat kolibaktin menjadi ciri khas pada pasien kanker kolorektal yang didiagnosis di bawah usia 40 tahun.
Hal ini berbeda dibandingkan dengan pasien yang terdiagnosis setelah usia 70 tahun. Lebih dari setengah kasus kanker kolorektal yang terjadi di usia muda memiliki mutasi yang dipicu oleh kolibaktin.
Temuan ini mengindikasikan bahwa paparan terhadap bakteri penghasil kolibaktin kemungkinan besar terjadi dalam 10 tahun pertama kehidupan.
Artinya, anak-anak yang terinfeksi jenis E. coli tertentu dan mengalami mutasi di usus besar mereka, berisiko lebih tinggi mengembangkan kanker kolorektal di usia muda.
Berdasarkan hasil tersebut, Prof. Alexandrov dan timnya kini tengah mengembangkan tes deteksi dini berbasis sampel tinja untuk mengidentifikasi mutasi akibat kolibaktin.
Deteksi dini ini diharapkan dapat membuka peluang baru dalam pencegahan, pemantauan, dan penanganan kanker kolorektal sejak usia muda.
Perubahan mikrobioma usus Meski temuan tersebut menjanjikan, sebagian ahli masih meragukan hubungan langsung antara infeksi E. coli dan perkembangan kanker kolorektal.
Mariana Byndloss, PhD, asisten profesor patologi, mikrobiologi, dan imunologi di Vanderbilt University Medical Center, yang meneliti jenis E. coli berbahaya, menduga bahwa penggunaan antibiotik seperti untuk infeksi telinga atau radang tenggorokan, juga bisa menjadi faktor pemicu.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Beberapa bakteri bisa resistan terhadap antibiotik, sementara antibiotik justru membunuh mikroba baik yang melindungi tubuh dari kolonisasi E. coli.
Ia juga mencatat bahwa pola makan tinggi lemak, rendah serat, serta konsumsi makanan olahan dapat memperburuk kondisi.
Pasalnya, pola makan semacam itu tidak cukup mendukung pertumbuhan mikroba baik yang penting untuk kesehatan usus.
Meski kolibaktin diyakini berperan dalam perkembangan kanker kolorektal, para ahli menekankan bahwa penyebab penyakit ini bersifat multifaktorial. Penelitian lanjutan tetap dibutuhkan untuk mengonfirmasi temuan saat ini. [Din]