Chanelmuslim.com-Fenomena “suara dari langit” yang diberitakan media baru-baru ini terkesan menyeramkan. Apa yang bisa kita pahami dari peristiwa ini?
Melalui akun Facebook pribadinya, Dr. Warsito Purwo Taruno, Ketua Umum MITI (Masyarakat Ilmuwan dan Teknologi Indonesia) memberi pemaparan ilmiah. Kebetulan disertasi beliau di Dept. of Applied Electronic Science and Technology, Shizuoka University (1997) membahas propagasi (rambatan) gelombang suara/ultrasonik dan interaksinya dengan medium, partikel dan gas.
Pertama, secara teoritis gelombang suara hanya muncul -dari kondisi yang tadinya tidak ada- karena adanya perubahan kerapatan medium (udara) yang terjadi secara cepat. Contohnya, pada saat kita menepuk meja dengan tangan, tekanan keras dan cepat dari tangan menyebabkan udara mengalami desakan secara cepat hingga menimbulkan suara hentakan. Hal yang sama terjadi pada mesin pesawat atau benda berputar (baling-baling). Panas juga bisa menimbulkan gelombang suara apabila terjadi perubahan suhu dan kerapatan medium secara cepat.
Kedua, gelombang suara berbeda dengan gelombang elektromagnetik (cahaya, microwave, radio). Gelombang suara hanya bisa merambat apabila ada medium (udara, tanah, zat cair atau padat). Jadi tidak mungkin ada gelombang suara yang merambat berasal dari angkasa luar/langit sampai pada atmosfer bumi. Karena di luar atmosfer tak ada medium (ruang hampa) yang membuat gelombang suara tak mungkin bisa merambat. Sehingga tak mungkin kemungkinan suara berasal dari meteor di angkasa.
Ketiga, gelombang suara mengalami pemantulan/pembelokan saat melewati medium dengan kerapatan berbeda. Lebih dari 99% gelombang suara (dari dalam tanah ke udara atau dari dalam air ke udara) memantul kembali ke tanah atau air. Jadi, sangat kecil sekali kemungkinan suara berasal dari dalam perut bumi karena aktivitas geologi.
Kesimpulannya, suara yang terdengar luas di langit Eropa hingga Amerika Utara berasal dari atmosfer bumi sendiri. Bukan dari angkasa luar atau perut bumi. Penyebabnya tidak lain adalah perubahan kerapatan lapisan udara pada atmosfer bumi sendiri. Kemungkinan penyebabnya adalah perubahan suhu mendadak karena perubahan musim, atau perubahan kerapatan lapisan udara karena proses rusaknya lapisan ozon yang cepat akibat reaksi kimia dengan zat pencemar udara.
Kalau penyebabnya adalah karena rusaknya lapisan ozon yang cepat, hal ini akan menjadi WARNING bagi populasi di bumi.
Ya, lagi-lagi kerusakan di bumi ini tak lepas dari perilaku buruk umat manusia.(ind/fb)