ChanelMuslim.com – Saat Ibu Kembali ke Titik Nol
Ditulis oleh : MommyIca
Annisa Nurul Arifah
Tulisan ini saya persembahkan untuk ibu yang sedang berada dititik jenuh dan penat dengan tingkah anaknya.
Sudah lama tidak menulis. Bukan karena kesibukan cuma karena sedang merenung, gaya banget pake merenung.
Jadi akhir-akhir ini Aqilah mulai out of the box. Mulai cranky, tidak bisa dinasehatin dan mulai teriak-teriak dan lain-lain.
Dan saya mulai bereksperimen lagi, mempraktikkan beberapa artikel parenting demi “meluruskan” kembali Aqilah.
Dan alhamdulillah terbantu walaupun cuma sedikit yang kepake. Sampai akhirnya saya berpikir, dimana letak salahnya?
Kenapa dia berubah, seperti bukan Aqilah. Oh Allah, ingin rasanya teriak “Aqilah, mami capeeee nak”.
Tapi tentu saja saya urungkan berteriak begitu. Sampai akhirnya saya memasrahkan diri, sepasrah-pasrahnya sama Allah. Benar-benar pasrah hanya berharap pertolongan Allah aja.
Ya Allah si Aqilah mulai menjauh dari visi-misi keluarga kami. Dititik inilah Allah seperti memberikan cahaya yang menerangi pikiran saya yang gelap.
Disaat yang tepat pas ada materi TN. Seperti menemukan mata air di tengah dahaga. Alhamdulillah
Pertama saya menyadari bahwa Allah menitipkan Aqilah pada saya karena Allah tahu kalau saya bisa merawat dan mendidiknya dengan baik.
Allah menganggap saya mampu dan sanggup membersamai harinya. Kalau pun saya berputus asa karena saya belum memasrahkan hasilnya dan terlalu menuntut pd aqilah yang bisa jadi malah mencederai fitrahnya.
Karena saya lupa melibatkan Allah dalam mendidik Aqilah. Saya lupa bahwa ia hanya titipan dan saya lupa meminta pendapat pencipta aqilah.
Karena saya terlalu angkuh, meninggalkan Allah dalam mendidik aqilah sehingga cahaya pun tak masuk kedalam pengasuhan dan pendidikan Aqilah. Karena saya merasa mampu hingga akhirnya saya tersadarkan bahwa ada yang Maha Membolak-balikan hati hingga ke titik terendah dalam pengasuhan dan pendidikan aqilah. Hingga membuat saya lelah, stres dan mencapai titik terburuk dalam parenting.
Lalu saya menyadari bahwa Aqilah hadir di dunia ini karena saya dan suami menginginkannya dan Allah mengabulkannya.
Saya menginginkan Aqlah tapi mungkin bisa saja kelak dia tidak menginginkan ibu seperti saya. Mungkin kalau anak bisa memilih kepada siapa ia dititipkan mungkin ia akan memilih untuk dilahirkan ditengah keluarga yang taat kepada Allah, punya ibu yang tak pernah marah, punya ayah yang tak pernah membentak, keluarga yang kaya, keluarga yang tidak sibuk, dan sebagainya.
Tapi sayang ia tidak bisa memilih karena ia terlahir sebagai anak. Inginkah kelak kita melihat bahwa anak kita merasa menyesal karena ia dititipkan kepada kita?
Ia hanya titipan dari Maha Pencipta untuk dididik menjadi hamba-Nya oleh orangtuanya. Lalu, bagaimana kita menjaga titipannya? Membentak, memukul, mencubit?
Apa yang kita rasakan ketika kita menitipkan barang lalu barang itu dirusak oleh yg dititipi. Marah, kecewa tentu saja. Bagaimana dengan anak?
Oh Allah, jangan Engkau murkai aku. Ini titik balik saya, menyadari penuh bahwa anak hadir karena kita yang meminta kepada Allah.
Mendidik anak itu senilai surga, dan jalannya tentu saja penuh rintangan, kalau lancar saja gak bakal ada orangtua yang galau bahkan stres like me.
Tapi justru ini membuka mata saya. Bukankah setiap anak lahir dalam keadaan fitrah lagi suci?
Dulu bayi ini lahir begitu lucu, mempesona setiap orang yang melihatnya. Tapi kenapa setelah beberapa tahun ia hidup didunia, ia menjadi seperti “monster” kecil?
Lalu saya sadar, dengan siapakah dia hidup selama beberapa tahun didunia ini? Ya jelas dengan orangtuanya. Berarti siapa yang bikin anak jadi “monster”? Mesti ada yang salah dgn orangtuanya dan orang disekitarnya. Bukankah ia dulu bayi kecil yang imut dan lucu?
Ini baru hampir 3 tahun membersamainya bagaimana 5, 7, 10 tahun kemudian? Oh, ya Rabb maafkan hamba yang belum bisa menjaga amanah-Mu sebaik Engkau menjaganya. Lagi-lagi kembali ke kesalahan diri sendiri. Emang kayaknya emaknya kudu di restart nih.
Mendidik dan mengasuh anak itu sungguh butuh hati yang lapang bahkan memang pekerjaan hati. Butuh usaha besar untuk menjaga hati agar tetap sehat. Membasuh luka-luka besar hingga luka kecil sisa pengasuhan terdahulu hingga perihnya hilang meskipun akan tetap membekas.
Meskipun menyisakan trauma yang mendalam hingga penyakit kejiwaan. Meskipun memaafkan tak selalu menghapuskan pahitnya kenangan kecil.
Semoga Allah menyembuhkan luka-luka masa kecil dulu. Meskipun ini bukan hal yang mudah tapi ikhlas akan melegakan himpitan trauma.
Lalu menyelesaikan semua emosi diri sendiri dan pasangan hingga tuntas. Sering kali saya bersikap tidak profesional menjalankan peran sebagai ibu. Mencampur adukkan masalah pribadi ke dalam pengasuhan anak. Anak kecil yang lemah ini kerap kali menjadi sasaran empuk emosi ibunya. Memang tidak mudah untuk memisahkan emosi si ibu dgn pengasuhan apalagi buat orang yang mengalami mood swing.
Tapi ketika kita segera sadar bahwa anak adalah amanah yang akan dimintai pertanggung jawabannya diakhirat, insya Allah perlahan emosi si ibu mulai tertata. Sampai diri ini siap menebar cinta kasih kepada anak.
Memulai pagi dengan senyuman dan sapaan yang hangat. Kalo Aqilah moodnya dia hari itu yah tergantung mood bangun tidur paginya. Kalau bangun tidur dia happy biasanya moodnya dia bagus sepanjang hari. Insya Allah.
Dan terakhir saya sadar bahwa saya mulai jarang mendoakannya. Padahal dulu saya sering berdoa dengan suara yang terdengar aqilah.
Sering sekali mendoakannya, ketika dia makan, bermain bahkan ketika dia lagi cranky biasanya saya tetap berdoa, “Ya Allah lembutkan hatinya Aqilah”.
Kalau Aqilah susah dinasehati saya suka berdoa, “Ya Allah jadikanlah perkataan mami, perkataan yang didengar anaknya”. Saya suka mengulang-ulang doa sampai Aqilah mulai bisa dikendalikan. Selesai solat pun saya mendoakan aqilah dengan doa yang cukup terdengar olehnya. Entah kenapa belakangan ini memang saya sedang berada dititik terbawah, kebiasaan-kebiasaan yang dulu saya lakukan entah raib kemana
Mungkin saya terlalu lelah, mengcover dan menambal sulam semua sisi pengasuhan dan pendidikan Aqilah.
Ada saat dimana kita harus membersihkan dosa-dosa kecil yang jika dibiarkan menempel, akan menutup kebeningan hati.
Sementara cahaya Illahi hanya bisa terpancar dalam tempat yang bening. Jika kita dapati cahaya, maka petunjuk, bimbingan Nya lebih mudah kita ikuti. Selanjutnya agar bersiaga penuh, konsentrasi, fokus, maka kondisikan terlebih dahulu hati dan kendalikan emosi. Sebab jika hatinya lurus, maka lurus pula cara berpikir dan bertindak nya -materi TN, matrik Hebat-
Selamat mengasuh dan mendidik dengan kebugaran jiwa yang terus menyala dan tak kenal putus asa.
Semoga bermanfaat.
MommyIca
Annisa Nurul Arifah
Ditulis MommyIca di akun Facebooknya Annisa Nurul Arifah