SAMPAH organik, terutama sisa makanan, seringkali dianggap sebagai masalah yang harus dibuang dan ditumpuk di Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Namun, anggapan ini tidak sepenuhnya benar. Sebenarnya, sampah organik memiliki potensi besar untuk diolah menjadi kompos, sebuah solusi yang dapat mengurangi penumpukan sampah di TPA.
Pada tanggal 22 November 2024, Tim komunitas Ayo Less Waste (ALW) bersama dengan guru-guru dari Sekolah Al-Fayyadh Indonesia mengajarkan siswa-siswi SD dan SMP tentang cara memanfaatkan sampah organik dalam pembelajaran Proyek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5).
Pembelajaran ini memiliki tema Belajar Memilah Sampah Anorganik & Mengompos Sampah Organik.
Baca juga: Ayo Less Waste Adakan Edukasi Lingkungan dalam Rangkaian P5 di Sekolah Islam Al Fayyadh Indonesia
Mengurangi Penumpukan Sampah di TPA dengan Membuat Kompos dari Sampah Organik
Dalam mengompos sampah organik, prosesnya cukup sederhana yaitu:
Siapkan sampah organik.
Buat galian lubang di tanah.
Tumpuk limbah organik dalam galian lubang.
Lakukan layering limbah dalam galian dengan limbah coklat (ranting) dan limbah hijau (limbah makanan & daun).
Tutup bagian atas dengan tanah hasil galian lubang.
Timbun selama kurang lebih 1-3 bulan.
Berdasarkan sumber waste4change.com, TPA Bantar Gebang, yang merupakan TPA khusus DKI Jakarta, menerima sekitar 8000 ton sampah setiap harinya.
60% dari sampah tersebut adalah sampah organik yang mudah terurai. Sementara itu, idealnya, TPA hanya seharusnya menampung 20% dari jumlah keseluruhan sampah yang masuk ke sana. Sisanya, sangat mungkin di daur ulang atau di upcycle menjadi barang yang lebih berguna lagi.
“Pemanfaatan Sampah Organik dalam Pembuatan Kompos: Solusi Penumpukan di TPA adalah konsep yang perlu kita tekankan,” ujar Mochammad Iqbal Ramadhani, Anggota Komunitas Ayo Less Waste (ALW) dan Mahasiswa Fakultas Teknik Program Studi Teknik Kimia Universitas Pamulang.
“Kita harus memikirkan kembali dari setiap sampah terutama sisa makanan yang kita hasilkan. Jika terbuang dan berakhir di TPA, dampaknya sangat buruk bagi lingkungan kita, seperti gas metana yang dihasilkan dan lainnya,” lanjutnya.
Dhiya Suci Auliyah, Anggota Komunitas Ayo Less Waste (ALW) dan Mahasiswa Fakultas Teknik Program Studi Teknik Kimia Universitas Pamulang, menambahkan, Sebagai perumpamaan, setiap 1 keluarga menghasilkan 1kg sisa makanan terbuang dalam 1 hari.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Bagaimana jika itu semua terkumpul dan berakhir di TPA? Itu semua sangat berbahaya baik bagi kesehatan warga sekitar TPA maupun lingkungan, udara dan lainnya.
Berdasarkan data yang dihimpun oleh KLHK tahun 2022, jumlah timbulan sampah di Indonesia sebesar 68,7 juta ton/tahun dengan komposisi sampah didominasi oleh sampah organik, khususnya sampah sisa makanan yang mencapai 41,27%.
Kurang lebih 38,28% dari sampah tersebut bersumber dari rumah tangga. Selain itu, sampah organik juga merupakan kontributor terbesar dalam menghasilkan emisi gas rumah kaca jika tidak terkelola dengan baik.
Dalam upaya mencapai target Zero Waste, sudah saatnya kita meninggalkan pendekatan kumpul-angkut-buang yang menitikberatkan pengelolaan sampah di TPA.
Mari kita mulai memanfaatkan sampah organik kita menjadi kompos, sebuah langkah kecil yang dapat memberikan dampak besar bagi lingkungan kita. [Din]