TIDAK semua yang berkurang itu kerugian. Justru, berkurang itu harus agar bisa bertambah.
Seorang anak memperhatikan ayahnya saat berolah raga pagi. Ia melihat ayahnya berjalan kaki ke ujung gang yang lumayan jauh, kemudian balik lagi.
Anehnya, mondar-mandir itu tidak dua atau tiga kali. Tapi berkali-kali. Padahal, sang anak tahu kalau ayahnya punya sepeda motor.
“Kenapa ayah tidak naik motor saja? Kan lebih cepat dan tidak capek,” ucap sang anak.
Ayahnya tersenyum. “Bukan itu tujuan ayah berjalan seperti ini, Nak,” jawab sang ayah.
“Lalu?” sergah sang anak, kemudian.
“Perhatikan apa yang ada pada wajah dan lengan ayah?” tanya balik sang ayah.
Sang anak memperhatikan dengan teliti. Ia tidak menemukan hal baru pada wajah dan lengan ayahnya kecuali keringat.
“Keringat?” ucap sang anak.
“Ya. Inilah yang ayah ingin dapatkan. Dengan begini, tubuh ayah menjadi lebih sehat karena ‘kotorannya’ terbuang melalui keringat,” ungkap sang ayah yang diiringi anggukan anaknya.
**
Tidak semua yang berkurang itu merugikan. Begitu pun dengan ilmu dan harta kita. Semakin banyak ilmu yang diajarkan ke orang lain, semakin banyak bertambahnya.
Tentang harta, semakin konsisten dan banyak harta yang disedekahkan, juga akan semakin ‘menyehatkan’ harta dan diri pemiliknya.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka…” (QS. At-Taubah: 103)
Jangan pernah berpikir akan rugi dari harta yang disedekahkan. Sebaliknya, harta akan lebih sehat dan berkah. [Mh]