Oleh: Sapto Waluyo
Depok (29/4) — Bonus demografi yang akan dihadapi Indonesia dasawarsa mendatang merupakan kabar gembira sekaligus tantangan besar. Indonesia akan menjadi negara besar, jika potensi demografi dikelola dengan baik dan bijak. Pekerjaan rumah itu bukan hanya tanggung-jawab pemerintah, melainkan harus dibangun kesadaran kolektif dari berbagai pihak untuk bersama-samamembina generasi muda.
Tantangan itu diungkap Bachtiar Firdaus, Direktur Eksekutif Rumah Kepemimpinan, saat membuka acara Indonesia Youth Contribution Summit (IYCS) di kampus Universitas Indonesia. Acara itu diikuti 300 mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Indonesia. "Belajarlah dari perjuangan seekor ulat yang ingin berubah diri menjadi kupu-kupu. Berjuang untuk keluar dari kepompong dengan usahanya sendiri, agar bisa terbang menjadi kupu-kupu cantik," ujar Bachtiar yang juga dikenal sebagai aktivis Gerakan Anti Korupsi Lintas Perguruan Tinggi.
Kaum muda yang menggembleng diri dengan integritas dan kompetensi memadai akan berperan dalam kemajuan bangsa. Pemuda merupakan target sekaligus subyek dalam agenda pengelolaan bonus demografi. “Pemuda harus ambil bagian dalam kerja besar ini. Walau masih sedikit kontribusi yang bisa dilakukan di sektor pengabdian masing-masing. Energi besar dan determinasi kuat yang dimiliki pemuda, ditambah dengan rasa ingin tahu yang menggebu dan mobilitas tinggi menjadikan pemuda sebagai aktor utama untuk memastikan bonus demografi anugerah zaman,” jelas Bachtiar.
Rumah Kepemimpinan adalah lembaga independen yang berfokus pada program beasiswa kepemimpinan untuk para mahasiswa berprestasidari 9 perguruan tinggi negeri di 7 kota besar di Indonesia. Berdiri sejak 2002, RK saat inimengelola asrama mahasiswa sebagai pusat pembinaan di Jakarta, Bogor, Bandung, Yogyakarta, Surabaya, Medan dan Makassar. Sebentar lagi akan dibuka asrama di Surakarta dan Samarinda.
IYCS hadir sebagai agenda tahunan karena para peserta RK terlibat dalam beragam leadership projects. Sejumlah tokoh nasional yang hadir: Prof. Din Syamsuddin (Utusan Khusus Presiden RI untuk Dialog dan Kerjasama Antaragama dan Peradaban), Dr. Warsito Purwo Taruno (Penemu Electrical Capacitance Volume Tomography dan Electro Capacitive Cancer Treatment), dan Drs. Musholli (Ketua Dewan Pembina Yayasan Bina Nurul Fikri).
Musholi sebagai Pembina RK berpesan, "Mari jaga religiusitas kita dengan shalat dan doa malam. Teladani cara pandang dunia 'kesufian' untuk memberikan kebaikan kepada semua manusia. Jaga pula kesehatan dan kebugaran fisik dengan olahrga, dan miliki kepercayaan diri untuk menghadapi tantangan besar." Musholi pernah mendapat penghargaan sebagai tokoh inspirasi dari Dompet Dhuafa Award tahun 2012.
Dalam forum dialog bertema “Kontribusi Pemuda dalam Menyongsong Era Baru Indonesia” tampil tokoh muda: Najelaa Shihab (Pendiri Sekolah Cikal), Refi Kunaefi (Project Development Director Akuo Energy), Gesa Falugon (Owner Ramesia), Habibi Yusuf (Birokrat muda di Kementerian Perindustrian), dan Heni Sri Sundani (Founder Agro Edu Jampang).
Rangkaian acara IYCS berlangsung 27 April – 1 Mei 2018. Di samping dialog dan presentasi proyek, juga dilakukan outbond untuk membina kekompakan. (Mh)