TIDAK semua teman setia itu pemberi nasihat. Tapi semua pemberi nasihat adalah teman yang setia. (Imam Ibnu Hazm rahimahullah)
Islam adalah agama nasihat. Hal ini karena manusia tak pernah luput dari salah dan lupa. Dan nasihat menjadi pagar agar seorang muslim selalu mulia dan sukses: dunia dan akhirat.
Allah subhanahu wata’ala berfirman, “Demi masa. Sungguh manusia berada dalam kerugian. Kecuali, orang-orang yang beriman dan beramal saleh, serta saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran.” (QS. Al-‘Ashr: 1-3)
Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu mengatakan, “Tidak ada kebaikan dari kaum yang tidak melazimkan nasihat. Begitu pun tidak ada kebaikan dari mereka yang tidak mencintai nasihat.”
Abu Darda’ radhiyallahu ‘anhu mengajarkan agar tidak menjauhi saudara kita yang salah dan khilaf. “Berikanlah nasihat yang terbaik dan jangan pernah meninggalkannya. Bersabarlah dalam mengubah kebengkokan itu.” (Hilyatul Auliya)
Ruh utama dari nasihat, teguran, pengajaran adalah cinta. Yaitu cinta karena Allah subhanahu wata’ala. Bukan kebencian apalagi permusuhan.
Seburuk apa pun kebengkokan saudara kita, jangan pernah ‘meluruskannya’ dengan hinaan dan celaan. Karena nasihat tidak boleh menghalalkan celaan dan hinaan.
Salah seorang guru Imam Bukhari, Fudhail bin ‘Iyadh rahimahullah mengatakan, “Seorang mukmin itu menutupi aib saudaranya dan menasihatinya. Sementara orang pendosa itu biasa membuka aib saudaranya dan menghinanya.” (Jami’atul Uluum wal Hikam)
Jangan tegur saudara seiman di depan umum. Karena itu akan membuka aibnya, dan tentu saja menjatuhkan kemuliaannya. Seperti dokter terhadap pasiennya, ia menasihatinya, menyemangatinya, dan membimbingnya. Di saat bersamaan, sang dokter merahasiakan aibnya.
Bahkan Allah subhanahu wata’ala memerintahkan Nabi Musa dan Nabi Harun untuk menyampaikan nasihat kepada Firaun dengan lemah lembut. Padahal, Firaun jelas-jelas membangkang Allah subhanahu wata’ala.
“Hendaklah kalian mengucapkan perkataan yang lemah lembut, mudah-mudahan ia akan ingat dan takut kepada Allah.” (QS. Thaha: 44)
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Seorang mukmin bukanlah yang suka mencela, melaknat, dan mengungkapkan kata kotor.” (HR. Tirmidzi)
Sekali lagi, menasihati dan menegur sesama mukmin adalah ungkapan kasih dan sayang. Bukan mencela dan menjatuhkannya. [Mh]