PADA 29 Mei, 571 tahun yang lalu. Ada seorang anak muda berusia 21 tahun yang mengajarkan pada kita arti sungguh-sungguh.
Beliau menggelar langsung di kenyataan bahwa untuk meraih kemenangan, ikhtiar itu harus dipeluk dengan ilmu dan persiapan, dihias dengan doa dan membaranya harapan.
Muhammad bin Murad, kemudian menjadi Al Fatih.
Di usia mudanya ia hamparkan sejarah baru, diiring arahan seorang guru, dikuatkan dengan hadits Baginda Rasul Shallallahu alaihi wa sallam yang membuat setiap kesatria menggebu…
“Akan dibebaskan Konstantinopel”, sabda suci beliau Shallallahu alaihi wa sallam, “dan sebaik-baik pemimpin adalah pemimpin pembebasannya, sebaik-baik pasukan adalah pasukan yang membebaskannya…”
Konstantinopel adalah legenda panjang yang menggambarkan tak mudah patahnya semangat Kaum Muslimin menebar kebaikan pada dunia.
Sebelum Muhammad Al Fatih, telah berlalu 6 kali usaha pendahulu untuk membebaskannya.
Bahkan di dekat dindingnya, bersemayam jasad sahabat Abu Ayyub Al Anshari, kesatria Anshar yang menyambut Nabi ﷺ ketika baru datang ke Kota Madinah yang penuh inspirasi.
baca juga: Masuk Gelombang Kedua, Jemaah Haji Aceh Mulai Diberangkatkan pada 29 Mei 2024
29 Mei, 571 tahun yang lalu
8 abad perjuangan lintas generasi, tak padam, tak hilang dan tak pudar. Kau tahu siapa yang paling hebat yang membuat Umat Islam tak menyerah untuk membebaskan ibukota Romawi itu?
Siapa lagi kalau bukan Baginda Rasulullah ﷺ. Lelaki yang kata-katanya membangunkan singa gagah perkasa selama 1400 tahun.
Seorang Nabi mulia yang semangatnya menggetarkan dunia, mengalir pada jiwa Thariq yang membebaskan Andalusia, Shalahuddin yang membuka gerbang Palestina hingga Al Fatih kemudian yang mengislamkan Aya Sofya.
Kali ini aku tidak akan bicara panjang lebar tentang proses bebasnya Konstantinopel.
Aku hanya ingin teman-teman tahu satu hal kecil ini: setiap kita memiliki Konstantinopel masing-masing, dan akan datang suatu hari kelak ketika engkau kan membebaskannya.
Dan hari pembebasan itu tak hanya ditunggu, ia dipersiapkan. Bukan hanya dinanti, tapi diikhtiarkan.
Jika Al Fatih menyiapkan meriam terbaik, pasukan tergesit, ilmu termutakhir, nyali terbaja dan bara semangat yang menyala; itulah pula jalan kita menuju Konstantinopel kita.
Tidak ada berleha-leha bagi orang-orang yang ingin mencatat sejarah.[ind]
Sumber: Hikmah Agung