MENGHABISKAN waktu Idul Fitri di Makkah mungkin menjadi impian bagi beberapa umat Islam.
Merasakan suasana Idul Fitri di kota suci dan kiblat utama umat Islam sangatlah istimewa untuk dapat dilakukan.
Dilansir dari about islam, Asma Ali seorang pembaca sekaligus penulis, menceritakan pengalamannya ber hari raya di kota Makkah.
Bulan telah terlihat, pengumuman resmi Idul Fitri telah diumumkan, dan suasana seketika dipenuhi kegembiraan.
Follow Official WhatsApp Channel chanelmuslim.com untuk mendapatkan berita-berita terkini dengan mengklik tautan ini.
Anda mungkin mengira berada jauh dari keluarga pada acara seperti itu akan melemahkan semangat, namun saya tinggal di kota yang tiada duanya.
Saya tinggal di Makkah, tempat lahirnya Islam!
Fakta ini saja membuat segalanya menjadi istimewa dan memberi saya cukup alasan untuk sekadar menikmati berada di tanah yang diberkati pada waktu yang diberkati.
Selain itu, karena kami sudah lama berada di sini, kami telah bertemu dengan orang-orang dari seluruh dunia yang menjadi ‘keluarga jauh dari rumah’ kami dan dengan siapa kami dapat merayakannya bersama.
Jadi, apa sebenarnya perbedaan Idul Fitri di Makkah dengan Idul Fitri di Inggris?
Baca juga: 7 Cara Berbagi Kebahagiaan Idul Fitri dengan Saudara Muslim Baru
Begini Rasanya Idul Fitri di Makkah
Selama sebulan terakhir, kehidupan menyenangkan berkisar pada Ramadan dan bukan sebaliknya.
Sekolah-sekolah diliburkan dan jam kerja dipersingkat, sehingga rutinitas keluarga menjadi kacau-balau dengan tetap terjaga sepanjang malam (apalagi selama sepuluh malam terakhir) dan terus tidur di siang hari. Saya suka menyebutnya “gaya Saudi.”
Seperti di banyak negara Muslim, Idul Fitri adalah hari libur nasional.
Sehingga pada malam sebelumnya toko-toko dan pasar-pasar di kota tersebut dipenuhi oleh keluarga-keluarga yang sedang mempersiapkan hari raya dan suguhan.
Makkah adalah kota yang benar-benar multikultural, dan hal ini menjadi lebih jelas pada acara-acara khusus ketika para pedagang menjual berbagai makanan dan pakaian, melayani ekspatriat yang ingin menjaga tradisi mereka sendiri.
Saya juga tidak dikecualikan dari belanja larut malam, dan anak-anak saya senang keluar memilih hadiah mereka sendiri.
Berkendara menyusuri jalanan dengan dekorasi dan kemegahan adalah pemandangan yang indah dan mengingatkan betapa indahnya merayakannya di antara ratusan umat Islam.
Bukan hal yang mudah ketika tubuh Anda suka sekali ambruk saat Anda harus keluar rumah untuk beribadah.
Jika shalat Idul Adha di masjid kami di kampung halaman kami di Inggris dimulai pada jam 8 pagi, maka salat Id di Makkah akan dimulai segera setelah salat Subuh.
Dari pengalaman sebelumnya, kami tahu Masjidil Haram akan penuh dengan jamaah yang telah memesan tempat ibadah mereka beberapa jam sebelumnya.
Dan setiap tahun, saya dan suami membuat pilihan yang masuk akal dengan mengajak anak-anak kami salat di luar ruangan bersama penduduk setempat.
Setelah menikmati susu dan kurma, kami berjalan menuju musholla Idul Fitri, area terbuka dan luas yang didedikasikan untuk shalat di lingkungan yang lebih besar.
Jalanan bergema dengan irama takbir Idul Fitri yang merdu.
Bergema di antara pegunungan, saat saya bergabung dengan para wanita dalam semilir angin pagi, menunggu salat dan khutbah dimulai.
Aku menyaksikan anak bungsuku berlarian bersama kerumunan anak-anak terdekat kami dan diam-diam bersyukur kepada Allah yang telah menganugerahiku tiga anak laki-laki, alhamdulillah!
Mendandani mereka dengan thobes itu mudah, dan saya tidak pernah bisa membayangkan bagaimana para ibu berhasil membuat putri mereka tampil rapi dengan rok cantik, pakaian tradisional warna-warni, dan rambut kering di salon di pagi hari!
Taqabbal Allahu minna wa minkum!
Setelah ibadah pagi kami selesai, para suster saling menyapa, dan anak-anak kecil dengan penuh semangat menerima bingkisan berisi permen dan uang.
Saatnya pulang dan bersantai sampai kita berkumpul dengan teman-teman untuk pesta kecil kita sendiri.[Sdz]