KEBERANIAN itu menular. Sehingga, orang-orang yang sebelumnya takut, karena ada sosok yang berani, akan ikut menjadi pemberani melawan kezaliman.
Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan sebuah kisah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kisah itu tentang ashabul ukhdud atau orang-orang yang membuat parit. Berikut ini ringkasannya.
Ada seorang pemuda yang mendapatkan hidayah melalui seorang rahib yang mengajarkannya tentang akidah. Padahal sebelumnya, ia sudah disiapkan untuk menjadi pengawal sihir raja.
Sang pemuda belajar tentang akidah dari sang rahib secara diam-diam. Dan ia jauh lebih tertarik dengan bimbingan sang rahib daripada bimbingan guru sihir raja yang di tempat lain juga membimbingnya.
Sang pemuda merasakan kedekatannya yang begitu spesial kepada Allah subhanahu wata’ala. Ia mampu membunuh hewan besar yang menakuti penduduk melalui doa kepada Allah.
Bukan itu saja. Ia pun diberikan Allah kemampuan menyembuhkan penyakit kulit dan buta. Hanya dengan berdoa kepada Allah.
Suatu kali, raja terkejut ketika ada orang dekatnya yang tiba-tiba beriman kepada Allah disebabkan oleh bimbingan sang pemuda itu.
Raja zalim itu sangat marah. Ia pun bermaksud menyiksa dan membunuh pemuda itu dengan cara yang sangat menyakitkan. Yaitu dengan dilemparkan dari atas gunung ke dasar jurang yang dalam.
Ketika pasukan dan pemuda ini tiba di atas gunung, ia memohon pertolongan dari Allah dengan cara pertolongan terserah Allah. Gunung itu pun berguncang dan menewaskan seluruh pasukan itu. Pemuda itu kembali menghadap raja.
Raja memerintahkan pasukan laut untuk membawa pemuda ke tengah lautan untuk ditenggelamkan. Tapi setibanya di tengah laut, sang pemuda kembali meminta pertolongan Allah dengan cara pertolongan terserah Allah. Dan seluruh pasukan tenggelam di lautan.
Pemuda itu kembali menghadap raja. Raja seperti bingung dengan cara apa lagi bisa menyiksa dan membunuh sang pemuda.
Sang pemuda memberikan saran ke raja. “Kumpulkan seluruh warga di atas bukit untuk menyaksikan Anda memanah saya di bawah bukit. Tapi, sebelum melepaskan busur panah, ucapkanlah, ‘Bismillah rabbil ghulam. (Dengan nama Allah tuhannya pemuda ini).”
Raja mengikuti semua yang disarankan sang pemuda. Termasuk menyebut asma Allah, tuhannya pemuda itu.
Ketika sang pemuda itu mati oleh panah raja, sontak, seluruh warga menyatakan keimanannya kepada Allah. Mereka begitu teguh dan tidak lagi sembunyi-sembunyi menunjukkan keimanannya meskipun dengan ancaman siksa dan bunuh oleh raja.
Raja menyuruh pasukannya membuat parit di sepanjang jalan. Parit itu diisi bahan bakar untuk dinyalakan api. Ia mengancam, “Siapa yang tetap beriman dengan tuhannya pemuda itu, akan masuk atau dilemparkan ke api.”
Di luar dugaan raja, seluruh orang lebih memilih masuk ke api. Ada seorang ibu yang menggendong anak berada di tepian parit. Ia tampak ragu untuk bagaimana.
Tiba-tiba, anak yang digendongnya mengatakan, “Wahai ibu, bersabarlah. Sesungguhnya engkau berada dalam kebenaran.”
Peristiwa ini Allah abadikan dalam Al-Qur’an. Yaitu, dalam Surah Al-Buruj sebagai pembelajaran dan bimbingan untuk umat Islam dan umat manusia.
**
Tak ada yang rela diasuh dan dipimpin kezaliman. Karena kezaliman selalu menyengsarakan.
Tapi masalahnya, rakyat tak berani melawan kezaliman. Mereka hanya mampu melawan dalam diam.
Hingga, ada sosok pemberani yang berhasil menunjukkan keberanian untuk melawan kezaliman. Keberanian ini akan menular. Semakin terus ditunjukkan, akan semakin cepat penularan menyebar.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah mewasiatkan Abu Dzar radhiyallahu ‘anhu: qulil haqqa walau kaana murran. Katakanlah yang haq meskipun pahit akibatnya. (HR. Ahmad) [Mh]