JANGAN jadi recehan. Memang jumlahnya banyak. Tapi banyaknya tidak punya kekuatan.
Ketika Lebaran tiba, perhatian anak-anak lebih tertuju pada ‘hadiah tahunan’ dari orang-orang dewasa. Dan mereka mulai terlatih mana yang disebut recehan, dan mana yang bukan.
Meski hanya satu lembar, mereka lebih memilih yang warnanya ‘anggun’, seperti merah dan biru. Karena itu sudah mereka pahami sebagai yang bukan recehan.
Recehan tidak hanya di dunia uang. Dalam tingkat status sosial juga ada yang disebut sebagai ‘masyarakat receh’. Yaitu, masyarakat kelas bawah.
Jumlahnya banyak, tapi nilainya kurang. Orang yang begitu banyak ini diatur dan dikendalikan oleh hanya beberapa orang. Si pengatur bisa bernama bos di dunia usaha, bisa juga pengendali di pemerintahan. Mereka biasa disebut oligarki.
Begitu pun tentang keadaan dunia global saat ini. Dari data terlihat bahwa agama terbesar di dunia adalah Islam. Hal ini karena jumlah umat Islamnya sudah di atas dua milyar orang.
Pertanyaan yang mendasar juga bisa diajukan: apakah nilai umat Islam bukan recehan? Karena kalau recehan, banyaknya tidak akan menunjukkan powernya.
Kita bisa telisik di hal yang mencakup kehidupan orang banyak. Dalam hal keuangan, siapa yang menguasai dunia saat ini? Dalam hal militer, siapa yang menguasai? Dalam hal pendidikan, siapa yang menguasai? Dalam hal trend informasi dan budaya, siapa yang menguasai?
Rasanya, semuanya bukan umat Islam. Bahkan bisa dijawab bahwa semuanya dikuasai Yahudi internasional.
Berapa sih jumlah mereka? Banyakkah? Dari data yang tersebar, jumlah Yahudi di seluruh dunia hanya sekitar 15 juta orang saja, atau kurang lebih 0,2 persen dari total penduduk dunia.
Menariknya, dari total 15 juta itu, lebih dari separuhnya atau sekitar 8 juta orang, tinggal di Amerika. Dan jumlah yang juga kecil dari total warga Amerika itu justru yang menguasai Amerika, dan akhirnya juga dunia.
Bayangkan, dunia kesehatan, pendidikan, energi, dan lainnya dikuasai dan dikendalikan oleh hanya sebuah yayasan milik orang Yahudi bernama Rockefeller Foundation.
Yayasan inilah yang menentukan kurikulum pendidikan dunia. Yang menentukan kesehatan dunia. Termasuk tentang pandemi yang berlaku dan obatnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam pernah menyebut tentang gutsaa atau buih. Kata Nabi, kita akan seperti buih. Banyak tapi hanya mengikuti irama yang dimainkan segelintir orang. Sebuah gambaran yang mungkin sulit dimengerti para sahabat saat itu.
Inilah zaman kita saat ini. Sebuah zaman yang boleh jadi telah disebut oleh Nabi lebih dari 1400 tahun lalu. Dan buih tak ubahnya seperti istilah recehan saat ini.
Tak enak memang jadi recehan. Keadaan buruk ini bukan nasib. Tapi kelemahan yang harus diperbaiki.
Dan Allah subhanahu wata’ala tak akan mengubah keadaan suatu kaum sehingga nilai dari kaum itu sendiri yang berubah.
Yuk lakukan perubahan. Dan perubahan itu dimulai dari diri masing-masing, supaya kita tak lagi pantas disebut ‘orang recehan’. [Mh]