GREGETAN rasanya ingin menulis lagi tema tentang peran ayah terhadap istri dan anaknya. Tulisan ini untuk para ayah, melanjutkan tulisan sebelumnya.
Motivator Parenting dari Rumah Pintar Aisha Randy Ariyanto W. menjelaskan mengenai peran ayah.
Wahai Ayah perhatikan baik-baik, dalam kitab Al Quran, ayahlah yang menjadi tokoh sentral dalam pengasuhan anak.
Engkau pasti mengenal sosok Lukman, Ibrahim, Yaqub dan Imron. Nama-nama itu diabadikan untuk memberi keteladanan bagi ayah dalam mendidik anak.
Ayah coba jujurlah, apakah engkau merasa tugas pendidikan anak itu bukan di pundakmu tetapi tanggung jawab istrimu.
Apakah engkau malu menggendong anakmu yang masih bayi, menyuapinya, mengganti popoknya, memandikannya, bermain peta umpet bersamanya, menggandeng tangan saat berjalan bersamanya, bermain ular tangga bersamanya.
Apakah semuanya itu merendahkan martabatmu. Apakah semuanya itu akan membuatmu malu di hadapan teman-temanmu.
Jika engkau merasa martabatmu jatuh saat melakukannya dan merasa malu, maka apakah engkau pantas disebut sebagai seorang ayah?
Panggilan ayah itu adalah panggilan yang mulia. Ayah itu yang bertanggungjawab atas pengasuhan anak, yang hadir baik secara fisik, spiritual dan psikologis pada diri anak.
Jangan merasa sudah cukup dengan memberi mereka nafkah. Ayah, jika engkau tidak terlibat dalam pengasuhan, jika engkau tidak hadir baik secara fisik, spiritual dan psikologis pada diri anak, jika engkau tidak bertanggung jawab akan kondisi anak di akhIrat maka engkau adalah ayah yang durhaka.
baca juga: 9 Cara Menjadi Ayah yang Baik
Peran Ayah terhadap Istri dan Anaknya
Seperti yang saya tulis pada tulisan sebelumnya, anakmu akan menuntutmu akibat diammu atas perbuatan mereka yang salah.
Anak bisa menjadi sahabat di akherat dengan saling menolong tetapi bisa menjadi musuh dengan saling menyalahkan maka didiklah anak agar menjadi sahabat di dunia dan akhIrat bukan sebaliknya.
Wahai Ayah, ambil peranmu, ambil tanggung jawabmu. Bersedihlah saat anakmu dengan seenaknya tanpa merasa berdosa meninggalkan sholat lima waktu.
Gandenglah tangannya, berjalanlah berdua menuju masjid saat adzan sholat tiba. Patutlah engkau bersedih saat anakmu tidak sholat subuh karena bangun jam 7 pagi bahkan jam 10 pagi akibat semalaman keluyuran tak tentu arah.
Saat adzan subuh berkumandang, bangunkan mereka dengan lembut lalu ajak pergi ke masjid.
Bersedihlah wahai Ayah, engkau patut bersedih saat engkau diam, tatkala anak perempuanmu keluar rumah tanpa berhijab bahkan memamerkan auratnya.
Kelak, anak perempuanmu akan menuntutmu, karena diammu. Anak perempuan yang engkau sayangi itu akan mengutukmu, karena sekian banyak dosa yang ia lakukan akibat menyingkap auratnya.
Setiap pasang mata lelaki memandang auratnya, maka setiap itu pula dosa mengalir menambah berat bahunya sebelah kirinya karena dosa.
Coba bayangkan, dalam sehari ada seribu pasang mata laki-laki yang memandang aurat anakmu maka dosa anakmu dikalikan seribu.
Bagaimana kalau dalam sebulan, setahun, 30 tahun sampai anakmu meninggal berapa banyak dosa yang membebani pundak kirinya.
Kasihan, apa engkau tidak kasihan wahai Ayah. Pantas saja, kelak anakmu akan menuntutmu atas dosa-dosa yang ia lakukan karena diammu. Kelak anak perempuanmu akan menyeret lehermu ke neraka.
Ayah, didiklah anakmu agar dekat dengan Tuhannya dan agar menjadi anak yang sholeh. Lalu buatlah mereka nyaman, tentram dan bahagia bersamamu.
Ajak anakmu bermain dan bahagiakan dia. Tidak masalah engkau bergaya seperti anak-anak untuk membuat mereka gembira karena anak-anak membutuhkan nutrisi psikologis dari ayahnya.
Ciptakan banyak aktivitas bersamanya. Untuk anak laki-laki dengan bermain bola bersama, lari, bermain mobil-mobilan dan segala aktivitas yang membuatnya bahagia dan juga untuk anak perempuan, bermainlah dengannya, mulai dari bermain masak-masakan.
Ia sebagai juru masak, ayah sebagai pembelinya. bermain dokter-dokteran, ia sebagai dokternya, ayah sebagai pasiennya, bermain sekolah-sekolahan, ayah menjadi gurunya, anak menjadi muridnya atau permainan lainnya.
Ajari mereka ilmu yang bermanfaat bagi kehidupannya baik di dunia dan akherat. Ajari mereka untuk menjadi anak yang mandiri dan memiliki karakter yang baik.
Dekatkan hatimu dengannya melalui dongeng yang engkau ceritakan di setiap malam. Wahai Ayah, usahamu untuk mendidik anak agar menjadi lebih baik itu akan dibalas dengan pahala yang besar termasuk juga anak perempuan.
Wahai Ayah perhatikan hadis ini. “Barangsiapa yang diuji dengan mendapatkan anak perempuan kemudian ia berbuat baik kepada mereka (dengan mendidiknya) maka anak perempuan itu akan menjadi penghalang baginya dari sentuhan api neraka.” (HR. Bukhari dan Muslim).
Dan hadis ini “Barangsiapa mengurus dan mendidik dua anak perempuan hingga mereka dewasa maka ia datang di hari kiamat bersamaku.” Beliau merapatkan jari-jemarinya. (HR. Muslim).
Wahai Ayah, peranmu dalam pengasuhan anak sangatlah vital. Masalah kenakalan anak yang saat ini kita hadapi bersama akan mudah selesai saat engkau hadir dalam pengasuhan.
Mulai sekarang jangan cuek, jangan acuh tak acuh, jangan berpikir tugasmu hanya mencari nafkah, titik, jangan merasa tugas pendidikan anak itu ada pada ibunya.
Ambil peran itu wahai Ayah dan jadilah solusi bagi permasalahan negeri ini. Surgamu ada pada keputusanmu, ambil tanggung jawab itu atau berdiamlah.[ind]