AIR itu di antara makhluk yang mulia. Air bersama Arsy Allah subhanahu wata’ala. Zat air pula yang bertolak belakang dengan zat setan dan neraka.
Ada orang tua bijak yang menasihati seorang anak muda. “Belajarlah seperti air, anak muda!” ucapnya begitu berwibawa.
Anak muda pun mencermati apa yang diucapkan gurunya itu. Ia masih belum memahami maksud nasihat itu.
“Maksud guru seperti apa?” ucap sang anak muda.
Sang guru menjelaskan….
Air itu lembut. Meski lembut, tapi ia bisa menghanyutkan. Air bisa menggotong bangunan megah dengan kekuatannya. Air pula bisa menjebol dinding tebal bendungan.
Air itu menyejukkan. Dalam diri manusia ada dua unsur buruk yang saling menguatkan. Satu adalah nafsu amarah. Dan satunya lagi, pendatang yang tak diundang. Ia datang melalui aliran darah dan akhirnya menempel di hampir semua dinding qalbu atau hati. Pendatang itu bernama setan.
Baik nafsu amarah maupun setan, dua-duanya saling membantu dan saling mendalilkan keabsahan sebuah tindakan. Jika dituruti, maka amal manusia akan melampaui fitrah insaniyahnya yang tundak dan patuh kepada Allah.
Air setidaknya mampu menyejukkan panas amarah dan meredupkan kekuatan setan yang berbahan zat api.
Air itu menyembuhkan. Air terdiri dari molekul-molekul yang menyembuhkan. Seperti itulah yang pernah diungkapkan oleh seorang pakar dari Jepang: Masaru Emoto pada tahun 2007.
Tapi jauh sebelum itu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam juga sudah mengajarkan tentang mukjizat air yang bisa menyembuhkan. Menyembuhkan hati dari gangguan setan dan seterusnya.
Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya marah itu dari setan, dan setan diciptakan dari api. Api bisa dipadamkan dengan air. Jika kalian marah, hendaknya dia berwudhu.” (HR. Ahmad dan Abu Daud)
Dan tanpa perlu menunggu datangnya gangguan hati oleh perangkap api setan, umat Islam sudah tertangkal melalui wudhu rutin lima kali sehari.
Air itu membersihkan dan mensucikan. Inilah sifat air yang begitu unggul. Air mampu membersihkan dari kotoran. Dan air pula yang mampu mensucikan diri dari hadas kecil dan besar.
Air memiliki sifat selalu mengalir ke yang lebih rendah. Meskipun jika dipanaskan, air bisa ‘terbang’ ke tempat tinggi untuk memilih di tempat mana ia akan turun.
**
Belajar dari air adalah belajar untuk memaknai sifat-sifat air yang baik: lembut tapi kuat, menyejukkan, menenangkan, menyembuhkan, membersihkan dan mensucikan. Juga selalu menuju ke pihak yang lebih rendah.
Satu lagi, melalui air pula, Allah subhanahu wata’ala menghidupkan lahan yang tadinya mati menjadi hidup dan produktif.
Dan itulah tugas seorang dai yang menghidupkan hati-hati yang sekarat, beku, dan mati. Tentunya dengan siraman ‘air’ ruhani. [Mh]