TAUHID Uluhiyyah adalah mengesakan Allah subhanahu wa ta’ala dalam hal beribadah serta tidak menyekutukannya dengan apapun.
Ibadah di sini tidak terbatas pada ibadah mahdhah seperti saat shalat, puasa, dan haji namun ibadah lainnya seperti berbakti kepada orangtua, silaturrahim, menunaikan janji, berbuat baik kepada tentangga, berdoa, mengaji dan amal baik lainnya termasuk dalam kategori ibadah jika ditujukan hanya kepada Allah semata.
Perintah untuk beribadah, tunduk, dan mengabdi hanya kepada Allah semata ini telah menjadi tujuan dari penciptaan manusia, sebagaimana firmannya:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ
Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku. (Q.S. Adz-Dzariyat: 56)
Baca Juga: Pengertian Tauhid Rububiyyah dan Dalilnya
Tauhid Uluhiyyah, Mengesakan Allah dalam Beribadah
Dan siapapun yang menyekutukan Allah dalam peribadatan termasuk dalam kategori orang kafir atau musyrik, sebagaimana dalil:
وَمَنْ يَدْعُ مَعَ اللَّهِ إِلَٰهًا آخَرَ لَا بُرْهَانَ لَهُ بِهِ فَإِنَّمَا حِسَابُهُ عِنْدَ رَبِّهِ ۚ إِنَّهُ لَا يُفْلِحُ الْكَافِرُونَ
Artinya: Dan barangsiapa menyembah sesembahan yang lain di samping (menyembah) Allah, padahal tidak ada satu dalilpun baginya tentang itu, maka benar-benar balasannya ada pada Tuhannya. Sungguh tiada beruntung orang-orang kafir itu. (QS. Al-Mu`minun: 117)
Sebagimana menyembah Allah semata adalah kewajiban seluruh makhluk terutama manusia, maka disembah, ditaati dan tidak disekutukan adalah hak Allah subhahahu wa ta’ala atas makhluk-Nya.
Ketika manusia telah memegang teguh tauhid uluhiyyah ini, maka ia berhak terbebas dari azab.
Semua Nabi dan Rasul diutus oleh Allah untuk menyampaikan tauhid uluhiyyah, sebagaimana dalama surah An-Nahl ayat 36:
وَلَقَدْ بَعَثْنَا فِى كُلِّ أُمَّةٍ رَّسُولًا أَنِ ٱعْبُدُوا۟ ٱللَّهَ وَٱجْتَنِبُوا۟ ٱلطَّٰغُوتَ ۖ فَمِنْهُم مَّنْ هَدَى ٱللَّهُ وَمِنْهُم مَّنْ حَقَّتْ عَلَيْهِ ٱلضَّلَٰلَةُ ۚ فَسِيرُوا۟ فِى ٱلْأَرْضِ فَٱنظُرُوا۟ كَيْفَ كَانَ عَٰقِبَةُ ٱلْمُكَذِّبِينَ
Artinya: Dan sungguhnya Kami telah mengutus rasul pada tiap-tiap umat (untuk menyerukan): “Sembahlah Allah (saja), dan jauhilah Thaghut itu”, maka di antara umat itu ada orang-orang yang diberi petunjuk oleh Allah dan ada pula di antaranya orang-orang yang telah pasti kesesatan baginya. Maka berjalanlah kamu dimuka bumi dan perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan (rasul-rasul).
Banyak kaum para Nabi dan Rasul yang membangkang terhadap tauhid uluhiyyah ini. Mereka mungkin percaya bahwa Allah Maha Pencipta, Maha Pemberi Rezeki, Maha Mengatur, dan Maha Kuasa namun saat diminta untuk beribadah mereka enggan atau bahkan mereka membutuhkan perantara berupa patung atau benda-benda lainnya untuk menyembah Allah.
Tak sedikit dari mereka yang pada akhirnya menghina, merendahkan, menyiksa bahkan membunuh para utusan Allah tersebut karena apa yang disampaikan kepada mereka bertentangan dengan ajaran nenek moyangnya atau bertentangan dengan hawa nafsunya.
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tauhid uluhiyyah adalah mengesakan Allah dan mengkhususkan-Nya dalam beribadah tanpa menyekutukan-Nya dengan apapun dan siapapun. [Ln]