JANGAN menilai orang hanya dari luarnya. Karena apa yang diperlihatkan kadang tidak sebagus dalamnya.
Dalam kehidupan sehari-hari, umumnya orang tertuju pada tampak luar seseorang. Mungkin dari cara bicaranya, busananya, dan lainnya.
Padahal tidak semua yang terlihat bagus dari luar, bagus pula apa yang di dalamnya. Butuh waktu untuk menguji isi dalam diri seseorang.
Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu pernah menjelaskan bahwa dirinya tidak bisa menilai orang dari apa yang terlihat. Butuh waktu beberapa hari dalam perjalanan atau safar bersama untuk melihat watak asli seseorang.
Dalam safar di mana ada saatnya peserta lelah, lapar, bingung, dan hal yang alami lainnya; maka di situlah akan terlihat watak asli seseorang.
Dalam sudut pandang yang berbeda, Ali bin Abi Thalib radhiyallahu ‘anhu pernah mengatakan, “Perhatikanlah apa yang diucapkan seseorang, bukan siapa yang mengucapkannya.”
Poinnya hampir sama, yaitu tidak terjebak atau terpedaya dengan tampilan luar seseorang. Tapi lebih memperhatikan isi atau hujjah yang disampaikan. Karena di situlah akan terlihat mutu dan watak asli seseorang.
Mungkin saja pakaiannya sederhana, tidak punya jabatan, namanya tidak terkenal, dan lainnya; tapi justru dari orang inilah ada hujjah atau isi penyampaian yang bermutu.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak memandang dari rupa kalian, juga tidak dari harta kalian, akan tetapi Allah memandang dari hati dan amal kalian.” (HR. Muslim)
Inilah puncak dari sebuah penilaian yang hakiki. Yaitu, pada hati dan amal. Hampir semua kitab hadis selalu mengawali bahasannya pada tema tentang niat. Yaitu hadis yang diriwayatkan oleh Amirul Mukminin, Umar bin Khaththab radhiyallahu ‘anhu.
Jadi, mungkin saja seseorang bisa memanipulasi orang di sekitar melalui tampilan, jabatan, harta, dan cara bicara. Tapi Allah subhanahu wata’ala Maha Tahu isi hati seseorang.
Sekali lagi, jangan buru-buru terpukau dengan luarnya, sebelum memastikan isi dalamnya.
Dalam buah berduri yang sangat manis dan lezat, pelajaran tentang hal ini bisa berhubungan. Yaitu, pada buah durian.
Entah siapa yang pertama kali mencicipi buah durian. Karena dialah orang pertama yang tidak tertipu dengan tampilan luar durian. Karena setelah dibuka, isinya begitu manis dan lezat.
Sebaliknya, ada buah bernama latin ricinus communis atau biasa disebut dengan jarak kepyar. Warnanya merah merona dan bentuknya seperti buah rambutan.
Meski tampak luarnya begitu menggoda, tapi dalamnya sangat mematikan. Inilah buah yang paling beracun di dunia.
Cobalah belajar untuk menangkap apa yang di dalam diri seseorang. Bukan buru-buru terpesona dengan keadaan luarnya. [Mh]