ALLAHUMMA shalli ‘ala sayyidina Muhammad, wa ‘alaa alihi wa shahbihi ajma’in.
Tanggal 12 Rabiul Awal mengingatkan tentang kelahiran sosok mulia, teladan umat manusia: Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam.
Sebagian orang bertanya, kenapa harus memperingati kelahirannya, bukan kematiannya seperti yang lazim disebut haul.
Jawabannya sangat sederhana. Karena, tanggal kelahiran dan kematian Nabi Muhammad adalah sama-sama pada 12 Rabiul Awal.
Maulid bukan sekadar tentang kelahiran atau kematian baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Tapi tentang sebuah misi besar yang dihadiahkan untuk umat manusia dan alam semesta, yaitu dakwah Islam.
“Dan Kami tidak mengutus engkau (Muhammad) melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi seluruh alam.” (QS. 21: 107)
Bukan hanya untuk manusia, apalagi hanya untuk manusia di zamannya. Tapi untuk seluruh alam.
Rahmat merupakan ungkapan kasih dan sayang Allah subhanahu wata’ala untuk makhluk-makhluk-Nya. Dan eksistensi Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam sebagai penyempurna, khususnya melalui Al-Islam.
“…Pada hari ini, telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu…” (QS. Al-Maidah: 3)
Seluruh kehidupan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam, dari kelahiran hingga wafat beliau, merupakan episode pelajaran dan keteladanan yang begitu sempurna.
Itulah cahaya yang menerangi ruang-ruang dunia ini hingga zaman berakhir esok. Cahaya yang menuntun umat manusia dan alam semesta untuk selalu tunduk, patuh, dan dekat kepada Allah subhanahu wata’ala.
Dari perjalanan hidup Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, Allah turunkan Al-Qur’an dan hikmah. Dua hal yang akan tetap menjadi bekal hidup umat manusia.
Semua episod kehidupan beliau shallallahu ‘alaihi wasallam terbangun sedemikian rupa seperti miniatur kehidupan seluruh umat manusia hingga akhir zaman.
Episodnya bukan hanya tentang fikih ibadah. Bukan pula hanya tentang budi pekerti. Melainkan tentang segala hal yang terintegrasi menjadi kesatuan seluruh sisi hidup manusia: ibadah, akhlak, hukum, politik, ekonomi, budaya, pendidikan, hingga perang.
Nabi yang agung. Nabi yang mulia. Nabi yang kisah keteladanannya tak pernah habis untuk dikaji dan diteladani.
Sosok mulia yang jauh dari gemerlap hidup duniawi. Jika apa yang memukau tentang dunia ini adalah baik, maka Nabi shallallahu ‘alaihi wasallamlah yang akan pertama kali memilikinya.
Kenyataannya, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam hidup dalam kesederhanaan. Hingga pernah dalam satu bulan, dapur rumah beliau tidak berasap, alias tak memiliki makanan.
Beliau shallallahu ‘alaihi wasallam tidak mewariskan apa pun tentang dunia ini. Bahkan rumah beliau yang sekitar dua puluh meter persegi itu pun menjadi makam beliau. Dan akhirnya, menjadi bagian dari tempat mulia di dunia ini: masjid Allah subhanahu wata’ala.
Ya Allah, bimbing kami untuk selalu dekat dan memahami keteladan Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Kuatkan hati, fisik, dan jiwa kami untuk terus sabar meneladani jalan hidup beliau shallallahu ‘alaihi wasallam, hingga Engkau wafatkan kami.
Allahumma shalli ‘alaa sayyidina Muhammad. Wa ‘alaa alihi washahbihi ‘ajma’in. [Mh]