MANUSIA memang makhluk yang pandai menunda. Membaca pengalaman orang-orang dari seluruh dunia tentang penundaan yang mereka lakukan, membuat kita tertawa sendiri.
Betapa manusia memang mahluk yang pandai menunda.
Seorang lelaki mengaku bahwa ia berencana untuk mengecat dinding rumahnya yang baru. Namun ia tunda rencana tersebut sehari atau dua hari.
Tanpa terasa, dua belas tahun berlalu dinding tersebut belum juga dicat, dalam keadaan kaleng cat dan kuas masih teronggok di lantai.
Ada pula seorang guru yang menunda-nunda untuk menilai kertas-kertas tugas yang dikumpulkan dari muridnya di kelas.
Berbulan-bulan lamanya hingga sang guru terpaksa berbohong dengan mengatakan kertas tugas mereka hilang sebelum sempat dinilai.
Begitu pula dengan sepasang suami istri yang baru menikah, lalu menuliskan di sebuah papan tulis hal-hal apa saja yang akan mereka kerjakan.
Ternyata 25 tahun kemudian mereka mendapati papan tulis itu di sudut garasi rumah, dengan dua puluh daftar pekerjaan yang belum mereka kerjakan satupun.
Baca juga: Tafsir Surat Al-Alaq Ayat 6 dan 7, Manusia Benar-Benar Melampaui Batas
Manusia Makhluk yang Pandai Menunda
Begitulah sifat dari sebuah penundaan. Kita merasa hanya menundanya sejenak, padahal kenyataannya waktu sudah berjalan terlalu jauh.
Seorang ahli di bidang psikologi, Prof. Piers Steel, mengatakan 95 persen manusia suka menunda dari level yang paling ringan hingga level yang paling kronis.
Ia tulis pendapat ini dalam bukunya The Procrastination Equation.
Hati-hati dengan sifat menunda. Islam sudah mendidik kita dalam banyak kesempatan untuk mengerjakan ibadah pada waktunya.
Misalnya shalat, kita tidak bisa menunda sesuka hati. Setiap waktu shalat harus ditunaikan sebelum waktu shalat berikutnya datang.
Puasa juga demikian, apabila bulan Ramadan tiba maka kita tak bisa menundanya untuk dikerjakan pada bulan Syawal atau bulan lain.
Begitu pula ibadah haji. Semua ini membuktikan Islam mengajarkan umatnya agar jangan menunda.
Penundaan menunjukkan bahwa kita kurang menghargai diri sendiri. Jika sesuatu itu penting namun tidak segera kita lakukan, itu artinya kita tidak menghargai lagi apa yang akan terjadi pada diri kita nanti.
Padahal, tak akan ada orang lain yang menghargai kita melebihi diri sendiri.
Kita menganggap menunda hanya masalah waktu. Memindahkan kewajiban yang harusnya dilakukan pada waktu sekarang kepada waktu yang akan datang.
Justru di sinilah masalah yang paling fatal. Karena waktu adalah harta manusia yang paling berharga.
Membuang waktu saat ini secara sia-sia merupakan kerugian yang besar.
Hal ini juga menyebabkan waktu yang akan datang menjadi terlalu banyak muatan, terlalu berlebih dengan kewajiban karena ditumpuk dengan yang sebelumnya.
Akibatnya, waktu yang akan datang juga menjadi tidak produktif. Rugi dua kali.
Maka belajarlah untuk menghentikan kebiasaan menunda ini. Mulailah untuk menghargai diri sendiri, dan menghargai nikmat waktu yang Allah anugerahkan kepada kita. Salam Bertumbuh.[ind]
Sumber: https://t.me/semangatsubuh