URGENSI kepedulian pemuda terhadap problematik umat ditulis oleh Rika Arlianti DM. ‘Mati satu tumbuh seribu’. Barangkali peribahasa tersebut sesuai dengan persoalan yang mendera umat Islam saat ini.
Bukan hanya di negeri ini saja, namun juga di negeri-negeri muslim lain yang masih menggenggam erat sistem kapitalisme sekuler.
Banyak pemuda mulai terjebak dalam berbagai kegiatan yang kontraproduktif dan kurang memiliki kualitas. Ketidakpedulian terhadap lingkungan sekitar, sehingga tidak ada semangat untuk ikut berkontribusi.
Padahal, ke depannya, negeri ini akan disibukkan dengan rekayasa sosial yang di dalamnya membutuhkan skill dan kemampuan para pemuda, khususnya di bidang teknologi dan informasi.
Ironisnya, generasi muda saat ini seolah memiliki dimensinya sendiri yang tak terhubung dengan berbagai permasalahan negeri.
Sikap kepeduliannya seolah menjadi barang langka. Sebagian pemuda Islam seolah asyik dengan dunia mereka sendiri (individualis).
Bahkan ada sekelumit pemuda yang rela membunuh karakternya sendiri demi mengejar eksistensi. ‘Cuek is the best’ jadi semboyan, sebab haus dicap keren dengan kepribadian dingin dan misterius. Sungguh dramatis.
Padahal pemuda selalu menjadi pemeran utama dalam setiap kisah perjuangan.
Urgensi Kepedulian Pemuda Terhadap Problematik Umat
Aksi nyata para pemuda selalu dinanti dalam mengurai dan memecahkan masalah dari setiap problematik yang menimpa negeri, khususnya umat Islam.
Lantas, bagaimana nasib suatu negeri jika pemudanya hanya mementingkan diri sendiri, memiliki mental yang lemah, dan menjadi generasi rebahan?
Oleh karena itu, harus ada upaya untuk menanamkan kesadaran para pemuda Islam tentang potensi yang dimiliki, agar mampu berkontribusi positif.
Baca Juga: Senang Berjumpa Pemuda Penerus Bangsa yang Cerdas, Aktif dan Beriman
Pemuda Islam adalah Bagian dari Tubuh Umat Muslim
عَنْ النُّعْمَانِ بْنِ بَشِيرٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وَتَرَاحُمِهِمْ وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Artinya: “Dari An Nu’man bin Basyir dia berkata, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: ‘Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, mengasihi, dan menyayangi bagaikan satu tubuh.
Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak boleh tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya)’“ (HR Muslim No: 4685).
Dari hadis di atas menjelaskan bahwa kaum mukmin merupakan satu tubuh yang saling terkait dan menyatu.
Oleh karena itu, kaum mukmin semestinya secara otomatis dapat merasakan penderitaan dan kesulitan yang dirasakan saudaranya yang lain.
Jika pemuda peduli dengan persoalan umat, sejatinya kepeduliannya adalah terhadap problem pemuda itu sendiri.
Karena pemuda termasuk dalam umat tersebut, terlebih di masa sekarang, dominan pemicu dari huru-hara yang terjadi, tiada lain ialah ulah pemuda.
Baca Juga: Mak-emak Pengajian dan Pemuda Berkendara Rubicon: Pergeseran Kelas Sosial di Indonesia
Peran Keluarga
Peran keluarga sangat dibutuhkan untuk membangunkan kesadaran dan memahamkan kepada pemuda tentang berbagai lika-liku kehidupan yang carut-marut tak keruan.
Membuka wawasan serta kepedulian pemuda agar tak hanya sibuk dengan urusan pribadi semata, mampu menepis sifat egoisme, serta tidak terpenjara oleh persoalan hati atau virus merah jambu yang akan menggiring pada kemaksiatan.
Pemuda adalah pilar pejuangan, agent of change atau agen perubahan. Sudah sepantasnya pemuda ambil peran, setidaknya dengan menunjukkan rasa kepeduliannya terhadap problematik umat yang marak terjadi sekarang.
Keluarga adalah orang terdekat bagi pemuda.
Ketika hari ini menjamur berbagai informasi serta virus-virus sekularisme di berbagai platform media sosial, maka keluarga menjadi salah satu benteng pertahanan bagi pemuda.
Sejatinya, keluarga diharapkan mampu membimbing pemuda untuk tidak berpikiran sempit setiap menghadapi masalah.
Tidak menjadikan bunuh diri, lari dari masalah (pecundang), dan sikap tidak peduli sebagai solusi paling jitu.
Pemuda harus belajar untuk tidak mengedepankan ego, namun mampu menganalisis langkah terukur yang harus dilakukan dalam proses penyelesaian masalah.
Keluarga harus menjalin komunikasi yang baik dengan pemuda, sembari menguatkan akidahnya untuk senantiasa terikat kepada Islam sebagai solusi dari berbagai permasalahan dalam kehidupan.
Jadi, penting bagi keluarga untuk mengenalkan pemuda pada lingkungan bernuansa Islam secara kaffah.
Memastikan fokus pada aktivitas islami sejak dini, serta rutin dan berkelanjutan menuntut ilmu agama.
Agar pemuda dapat berbaur dan tidak merasa asing dengan problematik umat, sehingga mampu merangsang sikap kepeduliannya.
Baca Juga: Kisah Pemuda TKI yang Berjodoh dengan Gadis Turki
Islam adalah Solusi
Mengapa harus Islam? Sebab Islam adalah risalah yang diturunkan langsung dari Allah Subhanahu wa Ta’ala melalui perantara malaikat Jibril.
Sang Pencipta manusia yang tentunya lebih memahami sifat manusia daripada manusia itu sendiri. Al-Qur’an pedomannya, yang isinya tidak ada keraguan di dalamnya, sebab berisikan firman-Nya.
Karena itu, solusi terbaik akan selalu datang dari Allah Subhanahu wa Ta’ala, dan dalam hal ini akan selalu hadir melalui Islam yang didakwahkan oleh Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wa sallam sebagai pelengkap dari ajaran-ajaran sebelumnya.
Olehnya itu, pemuda Islam harus dikuatkan pembinaan keislamannya agar memiliki kepedulian, juga keberanian untuk mengajak umat meninggalkan sistem kapitalisme sekuler liberal buatan manusia yang menyengsarakan.
Bagaimana tidak? Setiap pemecahan masalah yang ditawarkan selalu melahirkan masalah baru.
Pemuda muslim harus menjadi penggerak bagi perjuangan Islam untuk mengembalikan tata aturan yang berlandaskan Islam, sebab Islam adalah solusi dari segala bentuk problematik umat manusia.
Dengan demikian, seluruh manusia tak terkecuali pemuda, terbebas dari berbagai penderitaan dan kembali merasakan keberkahan dalam kehidupan. Wallahu a’lam bisshawab.[ind]