PARTISIPASI perempuan dalam UMKM Indonesia mencapai 37 juta orang atau sebanyak 64,5% dari total UMKM di Indonesia, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021.
Anggota Komisi XI DPR RI Anis Byarwati mengatakan, partisipasi perempuan terhadap Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) mencapai lebih 60% dari 65 juta UMKM di Indonesia pada 2022.
Namun demikian, menurut Anis, usaha milik perempuan masih sulit untuk berkembang, apalagi untuk naik kelas.
“Para perempuan wirausaha masih menemui berbagai hambatan dalam menjalankan usahanya sehingga enggan untuk memperbesar skala usahanya,” ungkap Anis di Jakarta, Selasa (7/3/2023).
Anis menambahkan, padahal potensi perempuan berperan sebagai wirausaha cukup tinggi dan berkontribusi dalam penyerapan tenaga kerja.
“Perempuan cepat beradaptasi selama pandemi dengan beralih berjualan secara online. Dengan begitu, meskipun mengalami penurunan omset, para perempuan tersebut tidak sampai harus menutup usahanya,” tambahnya.
Baca Juga: Mendorong UMKM Menjadi Lincah dan Kolaboratif dengan Teknologi Cloud
Partisipasi Perempuan dalam UMKM Indonesia Capai 37 Juta Orang
Wakil Ketua BAKN DPR RI ini juga mengungkapkan perlu adanya basis data tunggal UMKM dan data yang berbasis jenis kelamin.
“Hal ini untuk memudahkan pemerintah maupun swasta dalam menargetkan bantuan atau program kepada perempuan wirausaha,” jelasnya.
Selain itu, peran aktif pemerintah pusat dan daerah dalam mengidentifikasi dan memetakan potensi UMKM perempuan sangat diperlukan.
Hal ini dapat dilakukan melalui bantuan teknis seperti kemudahan dan bantuan pendaftaran nomor induk usaha, pendampingan dalam mendapatkan sertifikat standar atau izin produk, memberikan pelatihan usaha yang disesuaikan dengan kebutuhan perempuan wirausaha, maupun penyediaan infrastruktur pendukung.
“Lembaga keuangan dapat menciptakan produk-produk yang disesuaikan dengan kebutuhan perempuan wirausaha, produk keuangan dengan syarat yang lebih mudah, dan agunan yang fleksibel,” tambahnya.
Di sisi lain, Kepala Bank Indonesia Perwakilan DKI Jakarta Dr. Arliana Abu Bakar mengatakan, UMKM Indonesia berkontribusi 61,07% terhadap PDB dan terbesar di ASEAN.
“UMKM memiliki peran strategis dalam perekonomian Indonesia dan berkontribusi terhadap PDB. Oleh karena itu, BI mendorong digitalisasi UMKM agar lebih berkembang,” kata Arliana.
Ia menambahkan, masalah yang dihadapi UMKM sebagian besar adalah pemasaran online.
“Masalahnya, 77,7% UMKM terkendala dalam pemasaran online. Dengan digitalisasi dan sosialisasi QRIS, kami membantu UMM untuk naik kelas,” jelasnya.
Dengan QRIS, Arliana menjelaskan, UMKM dapat membangun profil kredit usaha yang akan sangat membantu ketika mengajukan pembiayaan.
“Kami berharap UMKM dapat naik kelas. Oleh karena itu, kami siapkan subsistence untuk UMKM sebagai upaya mendorong ekspor dan mengurangi impor,” tutupnya.
Yayasan Shaliza Sinergi Indonesia menyelenggarakan Focus Group Discussion dengan tema Potensi Kemandirian Ekonomi Masyarakat sebagai Kontribusi Peningkatan Ekonomi Nasional.[ind]