TAK ada yang abadi di dunia ini. Pada masanya, yang hidup akan mati, dan semua yang ada akan musnah. Kecuali, Allah subhanahu wata’ala.
Sering kita mendengar kabar kematian. Ada yang datang dari teman dekat, tetangga, kerabat, keluarga besar, dan lainnya. Tapi, jarang ada yang membayangkan bahwa kita pun akan seperti mereka.
Sering juga kita mendengar kabar kehilangan, khususnya dari orang terdekat. Ada yang hilang karena dicuri, tercecer di jalan, terlupa entah di mana, dan lainnya. Tapi, jarang yang membayangkan bahwa hal serupa juga akan terjadi pada milik kita.
Pernah juga terjadi, hari ini kita mendengar kabar kematian orang dekat. Sementara, hari esoknya ada kabar kelahiran. Kematian, kelahiran, ada dan hilang, seperti sebuah pemandangan biasa.
Sekali lagi, hal yang dianggap biasa itu kadang menjadikan diri kita tak mengira kalau kematian juga akan datang menjemput. Hari ini atau esok hari.
Ada tiga hal yang Allah sampaikan yang ujungnya bahwa semua akan ada akhirnya.
“Kullu nafsin dzaaiqatul maut.” Tiap yang bernyawa akan mati.
“Kullu man ‘alaiha faan.” Semua yang ada di bumi akan binasa.
“Kullu syai-in haalikun illa wajhah” Semua akan binasa kecuali Allah subhanahu wata’ala.
Bahkan dalam skala besar, Allah juga berfirman, “Walikulli ummatin ajal.” Setiap umat memiliki ajal (batas waktu). Dan jika datang ajalnya, mereka tidak dapat mengundurkan sesaat pun, tak dapat juga memajukannya.
Siapalah kita di antara milyaran umat manusia. Jangankan kita sendiri, ratusan bahkan ribuan orang seperti kita yang mati, tak akan berdampak pada keadaan hidup di dunia ini.
Boleh jadi, kematian yang akan kita alami bukan menjadi arti untuk orang lain. Melainkan oleh diri kita sendiri. Tapi, lagi-lagi kita tak pernah membayangkan kalau itu akan terjadi.
Ada sebagian orang yang menanti-nanti kapan ajalnya akan datang. Tapi, penantian itu tidak sejenak seperti yang dibayangkan. Karena ia masih hidup dalam jangka waktu yang lama.
Tapi, tidak sedikit mereka yang tidak pernah membayangkan kalau ia akan mati. Hidup bagi mereka seperti tak berujung. Lama dan masih akan sangat lama. Tapi beberapa menit kemudian, ia tiba-tiba mati.
Kalau saja tentang akhir ini ada jadwalnya, mungkin hidup ini akan bergulir tidak seperti yang kita alami saat ini. Itulah rahasia. Siapa pun tidak ada yang tahu kapan akhirnya, kecuali Allah subhanahu wata’ala.
Pertanyaan sederhana yang mungkin sepatutnya ada dalam diri kita: bekal apa yang sudah kita siapkan untuk kematian esok.
Sekali lagi, kita tidak pernah tahu kapan dan seperti apa akhir dari riwayat hidup kita. Sebagaimana kita pun tidak pernah tahu kapan dan bagaimana akhir dari dunia ini.
Namun yang harus ada dalam hati dan pikiran kita adalah semua pasti akan ada akhirnya. Hari ini atau esok. Jangan tunggu esok jika ‘bekalnya’ bisa disiapkan hari ini. [Mh]