SAHABAT Nabi shallallahu ‘alaihi wasalam merupakan generasi terbaik sepanjang sejarah. Ada lima kriteria dari mereka.
Allah subhanahu wata’ala menyebut generasi sahabat sebagai khairu ummah atau generasi terbaik. Generasi yang bersama Rasulullah telah mengubah dunia dari jahiliyah kepada cahaya Islam.
Setidaknya, ada lima kriteria dari mereka. Yaitu:
Satu, para pebisnis.
Salah satu kriteria sahabat Nabi adalah mereka yang berlatar belakang pebisnis. Mereka berprofesi sebagai pedagang atau pengusaha.
Di antara mereka ada Abu Bakar Ash-Shiddiq, Usman bin Affan, Abdurrahman bin Auf, Abbas bin Abdul Muthalib radhiyallahu ‘anhum, dan lainnya.
Menariknya, generasi pebisnis ini merupakan yang pertama kali bergabung dalam barisan dakwah Rasulullah. Seolah Allah memberikan pelajaran bahwa modal dakwah utama adalah kekuatan finansial.
Dua, para pendekar.
Kriteria lain dari sahabat Nabi adalah mereka yang berlatar belakang sebagai pendekar atau mereka yang terbiasa dengan bela diri dan kekuatan fisik.
Bisa dikatakan, kelompok ini merupakan barisan kedua dalam bergabung dengan Rasulullah setelah para pebisnis. Di antara mereka ada Umar bin Khaththab, Hamzah bin Abdul Muthalib, Khalid bin Walid, Saad bin Abi Waqas radhiyallahu ‘anhum, dan lainnya.
Sebagian besar mereka bergabung di saat periode akhir sebelum hijrah ke Madinah. Kecuali, Khalid bin Walid yang bergabung pasca Perang Uhud. Sementara Ali bin Abi Thalib baru terlihat keunggulannya di bidang ini setelah periode di Madinah.
Bergabungnya mereka di akhir periode Mekah seolah sebagai persiapan untuk pelaksanaan hijrah dari Mekah ke Madinah. Dan, sebagai panglima-panglima dalam perang pertama umat Islam.
Tiga, para ulama atau cendekiawan.
Tentu sosok utama cendekiawan adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam sendiri. Namun, ada sejumlah sahabat yang merupakan hasil kaderisasi khusus Nabi yang disiapkan untuk generasi berikutnya.
Mereka umumnya generasi kedua, atau putera-puteri para sahabat. Di antara mereka ada Abdullah bin Umar, Abdullah bin Abbas, Abdullah bin Mas’ud, Abdullah bin Amru bin Ash, dan Aisyah binti Abu Bakar, radhiyallahu ‘anhum.
Kriteria ulama inilah yang kemudian menjadi rujukan dalam pewarisan dakwah Islam. Mereka pakar di bidang Al-Qur’an, Hadis, fikih, bahasa, dan lainnya. Dari mereka juga terwariskan ratusan ribu hadis.
Empat, para shahabiyah.
Kriteria ini adalah para sahabat dari kalangan muslimah yang memang tidak dikenal secara umum. Hal ini karena mereka lebih fokus mendidik putera-puteri mereka di rumah.
Jangan heran jika sulit mendaptkan data tentang siapa istri Abu Bakar Ash-Shiddiq, istri Umar bin Khaththab, istri Abdurrahman bin Auf, istri Hamzah bin Abdul Muthalib, istri Mush’ab bin Umair, dan lain-lain.
Padahal, peran mereka dalam perjuangan dakwah tidak bisa dianggap remeh. Selain sebagai pendidik, mereka juga ikut berperan dalam jihad sebagai tenaga pembantu.
Lima, kriteria masyarakat biasa.
Meski disebut sebagai masyarakat biasa, bobot perjuangan mereka tidak bisa dianggap ringan. Merekalah para pasukan Islam atau mujahidin yang setia dalam jihad Islam bersama Rasulullah.
Dalam hal ibadah pun mereka sangat unggul. Mereka pernah bertanya kepada Nabi tentang besarnya pahala orang-orang kaya dari para sahabat.
“Betapa banyaknya pahala mereka yang kaya. Kami shalat, mereka juga shalat. Kami puasa, mereka juga puasa. Tapi, mereka bisa berinfak dengan kelebihan yang tidak kami miliki,” ucap mereka suatu kali kepada Nabi.
Dan Nabi mengajarkan kepada mereka bahwa tasbih, tahmid, tahlil, dan ibadah lainnya juga bernilai sedekah yang bisa mereka raih tanpa harus dengan uang yang tidak mereka miliki. [Mh]