Reaksi ekstrem terhadap input sensorik adalah tanda Sensory Processing Disorder (SPD). SPD sering terjadi pada anak autis, ADHD dan gangguan lainnya, tetapi juga dapat berdiri sendiri.
Sebagai contoh, saat Bunda memberi si kecil permainan sensori seperti sebuah adonan yang memiliki tekstur yang belum mereka kenal sebelumnya. Kemudian Bunda meletakkan adonan tersebut di tangan si kecil, namun mereka justru melemparnya dan menangis dengan kencang sambil berteriak.
Dilansir dari Baby Sparks, saat ini tidak ada statistik pasti tentang prevalensinya, tetapi beberapa penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 1 dari 20 anak kecil mungkin menderita SPD.
Baca Juga: Bermain Pasir Baik Untuk Perkembangan Sensorik Si Kecil
Mengenal Sensory Processing Disorder, Reaksi Berlebihan Terhadap Input Sensori
SPD adalah suatu kondisi yang mempengaruhi cara otak memproses informasi yang datang melalui indera.
Seorang anak dengan SPD mungkin terlalu sensitif (hipersensitif) terhadap input sensorik, menyebabkan mereka berteriak dan menangis ketika musik terasa terlalu keras, misalnya.
Beberapa anak lain kurang peka (hiposensitif) terhadap masukan sensorik. Anak-anak ini mendambakan masukan sensorik, dan mungkin terlibat dalam perilaku seperti membenturkan kepala atau mencari sensasi.
Dan ada pula anak yang memiliki campuran gejala hipersensitif dan hiposensitif.
Anak-anak yang hipersensitif seringkali memiliki keengganan yang kuat terhadap tekstur dan makanan tertentu, membuat segalanya mulai dari waktu mandi hingga waktu makan malam menjadi sulit.
Anak-anak yang hiposensitif dapat berpartisipasi dalam perilaku berbahaya, seperti memakan benda-benda yang tidak dapat dimakan, untuk memenuhi kebutuhan sensorik mereka.
Umumnya anak-anak dengan SPS ini sering mengamuk dan tidak bisa dihibur.
SPD bisa sulit didiagnosis, karena gejalanya sering tumpang tindih dengan perilaku umum bayi dan balita. Kuncinya adalah memperhatikan apakah perilaku itu sering dan berkelanjutan.
Beriku ini beberapa tanda yang mungkin bisa Bunda perhatikan pada si kecil antara lain:
- Lambat merangkak, berjalan, atau berlari
- Tidak sadar ketika terluka, atau tidak tampak kesakitan
- Bertindak sangat kesakitan dengan benjolan kecil atau goresan
- Memiliki masalah makan, seperti tersedak, mencoba memakan benda-benda yang tidak dapat dimakan, atau menghindari tekstur, rasa, atau suhu tertentu.
- Menolak pelukan
- Terus-menerus perlu disentuh dan dipeluk
- Membenturkan kepala, menggaruk kulit, atau melakukan perilaku lain yang dapat menyebabkan rasa sakit
- Menghindari tekstur tertentu, seperti sesuatu yang lengket atau bergelombang
- Tidak suka terhadap pakaian (terasa gatal/tidak nyaman/sakit saat menggunakan pakaian atau jenis pakaian tertentu)
- Sering berjalan atau berlari ke sesuatu
- Membuat ulah ketika waktunya pindah ke aktivitas baru
- Takut berayun, meluncur, atau menggunakan peralatan bermain lainnya
- Menangis atau menjerit saat mendengar musik atau berbicara keras, atau merasa lampu terlalu terang
- Tidak bisa duduk diam
Jika si kecil menunjukkan beberapa gejala ini secara sering dan terus-menerus, penting untuk berbicara dengan dokter anak atau ahli terapi okupasi anak ya, Bunda! [Ln]