SUKU Uighur, mungkin tidak asing di telinga kita ketika mendengar nama suku tersebut. Bagaimana tidak, kita terus dihujani dengan kabar dan berita tentang Suku Uighur yang ditindas di wilayahnya sendiri.
Tapi tahukah kamu? Ternyata Suku Uighur merupakan leluhur turki utsmani. Sebuah bangsa muslim terbesar pada zamannya.
Sebelum berdirinya Turki Utsmani. Bangsa Turki masih belum mengenal Islam. Mereka terdiri dari beberapa suku yang menetap dari Asia Tengah hingga Siberia. Yang mencakup Mongolia, Kazakhstan Timur, Kirgizstan Timur, Xinjiang Uyghur (Cina), Manchuria Barat (Cina), dan Rusia Selatan.
Islamnya Bangsa Turki sudah sejak abad 9. Mereka dikenal dengan keahliannya dalam perang, pintar berdiplomasi. Mereka terdiri dari berbagai suku, salah satunya adalah Uighur.
Bahkan dari sumber-sumber Cina sendiri Suku Uighur merupakan keturunan langsun dari Hun. Nama Uighur sendiri sudah disebutkan sejak Dinasti Han (206 SM – 220 A.), Dinasti Wei (265-289 A.D.), Dinasti Tang (618-906 A.D.), dan Dinasti Sung (906-960).
Sumber-sumber Yunani, Iran, dan Cina kuno menempatkan Uighur dengan suku-suku mereka, dan sub-suku di daerah yang luas di antara tepi barat Sungai Kuning di timur, Turkistan Timur di barat, dan di padang rumput Mongolia di timur laut sejak awal 300 SM.
Berdasarkan dari sejarah ini bisa dikatakan Uighur merupakan salah satu leluhur dari Turki Utsmani. Karena pengaruh dari suku Uighur sendiri masih membekas hingga zaman Kekhalifahan.
Baca juga : Mahasiswa asal Uighur Ini Rela Diwafatkan Demi Ilmu Agama yang Diperjuangkan
Suku Uighur Leluhur Turki Utsmani
Dari Ilmu Bahasa dan Tulis
Meski yang mendirikan Turki Utsmani berasal dari Suku Kayi yaitu Osman Erthugul atau Osman Ghozi, tetapi peran suku Uighur sangatlah penting dalam pendirian Turki Utsmani.
Salah satunya dalam bahasa dan tulisan dari Turki Utsmani sendiri.
Skrip tulisan tersebut sebetulnya adalah penemuan dari Suku Kok Turk yang mereka adopsi saat perang melawan Invasi China.
Skrip ini digunakan selama hampir 800 tahun tidak hanya oleh orang-orang Uighur, tetapi juga oleh bangsa Turki lainnya, Mongol, dan oleh Manchu pada tahap awal pemerintahan mereka di Tiongkok.
Karena orang-orang Mongol tidak memiliki bahasa tertulis mereka sendiri, naskah Uighur diadopsi oleh Kerajaan Jheng His Khan, untuk semua jenis korespondensi
Surat Guyuk Khan (1246-1248) kepada Paus pada waktu itu ditulis dalam naskah Uighur. Kaum Uighur juga berperan dalam membentuk pemerintahan Mongol, yang dahsyat oleh standar apa pun.
Setelah memeluk Islam, orang Uighur mengadopsi aksara Arab dan kemudian digunakan Turki Ustmani
Kemampuan Perang
Begitu juga dengan kemampuan perang Turki itu sendiri. Kemampuan perang Turki diadopsi oleh suku Uighur yang merupakan keturunan Bangsa Hun yang terkenal dengan kemampuan perangnya.
Bangsa Hun yang terkenal saat itu adalah Attila yang melegenda yang merupakan raja terakhir dan paling berkuasa di Eropa.
Kekaisarannya membentang dari Eropa Tengah ke Laut Hitam dan dari Sungai Danube ke Laut Baltik.
Setelah wafatnya Attila, Bangsa Hun menyebar ke Asia Tengah dan menjadi cikal bakal Suku Uighur. Kemampuan itu berperang dari Bangsa Hun tidak pernah hilang dari Suku Uighur.
Suku Uighur sempat bergabung dengan beberapa suku di Asia Tengah untuk menahan invasi China saat itu pada 670 sampai 692 Masehi.
Pada tahun 744 M Uighur mendirikan negara Khaganat Uyghur, Ibukotanya Karabalgasun, di tepi Sungai Orkhun. Pendiri negara Uigur ini adalah Kutluk Bilge Kul Khagan.
Namun, suku Uighur baru memeluk Islam setelah berdirinya Kerajaan Kara-Khanid Khanate. Nama Kara-Khanid sendiri berasal dari nama rajanya Qara Khan Qarākhān, kata “Kara” berarti “hitam” dan juga ” pemberani “.
Raja ketiga dari Kerajaan tersebut, Satuq Bughra Khan Ghazi memeluk Islam, 934 M. Dia adalah penguasa Turki pertama yang memeluk Islam di Asia Tengah.
Pada tahun 999 M, Harun Bughra Khan, cucu dari kepala suku terpenting dari konfederasi Karluk, menduduki Bukhara, ibukota Samanid. Kota Samanid sendiri saat itu terbagi dua.
Pertama dimiliki oleh Dinasti Ghaznawi, yang memperoleh Khorasan dan Afghanistan, dan Kara-khanid, yang menerima Transoxania; Sungai Oxus menjadi batas antara dua kerajaan saingan.
Awal Mula Turki Utsmani
Dua Kerajaan Islam yang mengusai Samanid sendiri ternyata akan membentuk kerajaan baru yang lebih besar.
Sebelum Samanid terbagi dua, saat itu masih dikuasai oleh Dinasti Samaniah (Persia). Seljuk dari Suku Kayi bersama sukunya hidup berdampingan dengan Dinasti Samaniah.
Ketika diserang oleh Dinasti Ghaznawi, Mahmud dari Ghazni dan Harun Bughra Khan. Seljuk akhirnya merasa merdeka dan memperluas kekuasaanya hingga mendirikan Dinasti Seljuk.
Anaknya Tugril Bek berhasil mengalahkan Dinasti Gaznawiyah dan menguasai wilayah tersebut. Tugril Beq menduduki jabatan sultan dan secara resmi mendapat pengakuan dari Khalifah Abbasiyah saat itu.
Ia pun memperluas kekuasaannya dan mengalahkan Khara Khanid yang saat itu sedang terpecah kekuasaanya.
Khara Khanid akhirnya bergabung dengan Dinasti Seljuk pada abad ke 11. Pada tahun 1244, terjadi invasi Kara Khitan atau bangsa Mongol menyerang Khara Khanid.
Salah satu komandan militer ayah Osman, Ertughul melarikan diri dari tanah Kara-Khanid selama invasi Kara-Khitan (Mongol) menuju Anatolia.
Saat itu Anatolia dikuasai oleh Kesultanan Rum, Kayqubad I. Ertughul diberikan kekuasaan di sana hingga anaknya Osman mewarisi jabatannya. Berkat pengalamannya nanti, ia mendirikan Dinasti Turki Utsmani. [MRR]