HANTU itu bernama era digital. Saat ini, dunia dikuasai oleh digital. Itu berlaku untuk semua kalangan. Mulai dari anak-anak hingga orangtua. Semua keranjingan digital.
Tujuan dari era digital ini sebenarnya sangat sederhana dan terdengar mulia, membuat segala hal menjadi lebih praktis.
Maka menjadi suatu hal yang sepertinya lumrah saja jika kita bergantung pada teknologi digital. Mulai dari bangun tidur hingga berangkat ke tempat tidur.
Sejak bangun tidur, kita sudah akrab dengan gadget. Awalnya hanya untuk melihat penunjuk waktu, tapi selanjutnya malah membuka aplikasi whatsapp untuk melihat pesan-pesan yang masuk.
Setelah itu, buka aplikasi facebook untuk sekadar mengucapkan sapa pagi. Ketika anak-anak bangun, kita suguhi mereka tontonan anak-anak lewat aplikasi youtube.
Setelah anak-anak selesai mandi, sudah wangi dan rapi, ambil foto atau membuat video mereka kemudian meng-uploadnya di aplikasi Instagram dan Instastory.
Tibalah jadwal keluar rumah, kita gunakan Waze atau Google Maps untuk mencari lokasi tujuan. Oh jangan lupa pesan makan siang via aplikasi Go Food.
Lalu berkomunikasi dengan pasangan via video call. Ketika waktu lebih senggang dan anak-anak sudah beristirahat, ada kesempatan untuk cek email, timeline Instagram, Facebook atau Path.
Para ayah ditambah dengan membaca berita via portal berita.
Apa ada yang salah dengan kebiasaan-kebiasaan di atas?
Baca Juga: 5 Tips Menjadi Keluarga Digital yang Beriman dan Bertakwa di Awal Tahun Baru
Hantu Itu Bernama Era Digital
Pertanyaan besar yang muncul kemudian, kapan kita mempunyai waktu khusus bersama keluarga tanpa gadget, tanpa teknologi digital? Apa perlu kegiatan tanpa gadget dan teknologi digital itu?
Yang mengkhawatirkan dari era teknologi digital ini adalah semakin tergerusnya perkara empati, interaksi dan integritas manusia.
Yang muncul kemudian manusia-manusia yang berpikir dan bertindak seperti robot, cerdas dan cekatan tapi kehilangan hati dan jiwa.
Tidak sedikit keluarga yang tinggal satu atap namun minim komunikasi. Bahkan media-media pembelajaran serta pengasuhan diberikan kepada teknologi digital.
Mereka merasa nyaman dengan komunikasi satu arah lewat gadget. Maka banyak anak yang kemudian mengalami speech delay dan kesulitan dalam kemampuan mereka bersosialisasi.
Ketergantungan pada teknologi digital berimbas pada hubungan antar personal keluarga yang tidak harmonis dan tumbuh kembang anak.
Agar bisa bertahan menghadapi era digital, orangtua membekali anak dengan pendidikan akhlak yang baik dan kemampuan untuk bersikap fleksibel dan adaptif.
Pada era digital ini, penguasaan teknologi menjadi suatu hal yang penting. Karena setiap hari teknologi mengalami kemajuan.
Hidup kita tak lepas dari teknologi digital ini. Mulai dari penguasaan arus informasi, komunikasi bahkan transportasi menggunakan manajemen berbasis digital.
Namun dalam pendidikan dasar anak usia dini, pemberian gadget tidak dianjurkan. Perkuat karakter mereka dengan latihan-latihan yang diajarkan oleh Rasulullah.
Perkuat tauhid mereka, perkuat kebutuhan mereka pada Allah lewat latihan ibadah seperti shalat dan tilawah al qur’an.
Perkenalkan rasulullah lewat kisah-kisah yang menginspirasi. Ketika sudah tiba masanya mereka belajar teknologi, latih mereka untuk menguasai teknologi untuk sebesar-besarnya kemaslahatan umat di dunia.
Keluarga memerlukan momen-momen yang hangat dan penuh pembelajaran. Keluarga memerlukan teladan nyata bukan satu sosok digital yang tidak bisa meraba dan memeluk.
Ayah Bunda, perbanyaklah waktu untuk bercengkrama bersama keluarga.
Sungguh suatu pengalaman yang menghangatkan jiwa saat anak-anak kita kelak mengingat momen shalat subuh berjamaah, makan bersama, atau piknik di hutan kota.
Suatu hubungan tanpa ada interupsi dari sebuah teknologi bernama digital. [Maya Agustiana/ind]