PERBEDAAN itu sunnatullah. Begitu pun berbeda dalam penafsiran.
Selepas Perang Khandaq, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam kembali ke rumah. Namun selang beberapa jam, Malaikat Jibril memerintahkan Nabi untuk berangkat jihad ke permukiman Yahudi Bani Quraizhah.
Nabi tidak jadi beristirahat. Beliau langsung memerintahkan para sahabat untuk siap berangkat ke wilayah sebelah utara Madinah ini. Selepas shalat Zuhur berjamaah, mereka pun siap berangkat.
Sedemikian mendesaknya keberangkatan ini, bahkan Rasulullah mengatakan, “Janganlah seorang di antara kalian yang shalat Ashar kecuali di lokasi Bani Quraizhah.” (HR. Bukhari)
Namun, perjalanan ternyata cukup lama. Para sahabat mendapati waktu yang sudah sangat sore, sementara mereka belum juga tiba di lokasi.
Akhirnya, para sahabat terpecah dalam dua pendapat. Satu berpendapat tetap shalat Ashar di lokasi tujuan meskipun nantinya sudah masuk waktu Magrib. Sebagian sahabat lain berpendapat untuk melaksanakan shalat di perjalanan.
Dua kelompok sahabat ini pun melaksanakan pendapat mereka masing-masing. Ada yang shalat Asharnya di lokasi meskipun nantinya sudah masuk waktu Magrib. Ada yang shalat Ashar di perjalanan, meskipun itu menyalahi perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam.
Khawatir hal itu disalahkan Nabi, mereka pun akhirnya menanyakan apa yang mereka alami itu ke Nabi. Tapi, Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam tidak menyalahkan dan tidak pula membenarkan.
Bani Quraizhah akhirnya menyerah setelah dikepung lebih dari 20 hari. Mereka dihukum karena telah berkhianat dalam Perang Khandaq dan ikut memerangi umat Islam di Madinah bersama kaum musyrik Quraisy.
**
Perbedaan hal lumrah dalam fikih Islam. Karena itu, yang utama dari perbedaan adalah tidak saling menyalahkan. Karena semua pihak memiliki dalil yang kuat.
Ciri seorang mukmin seperti yang digambarkan dalam Surah Al-Maidah ayat 54 adalah merendahkan diri terhadap sesama mukmin, dan meninggikan diri (izzah) terhadap orang kafir.
Cintai dan hormati saudara seiman meskipun tidak sama dalam tafsiran fikihnya. Sekali lagi, jangan pernah merendahkan mereka apalagi menyalahkan. [Mh]