ChanelMuslim.com- Ada yang janggal dari sekumpulan anak ayam yang bergerombol mengikuti induknya. Salah satu dari anak-anak itu berukuran lebih besar dan bersayap lebih lebar.
Ya, salah satu dari anak-anak ayam itu adalah anak burung elang yang tertetaskan induk ayam. Meski begitu, anak elang tidak merasa sebagai elang. Bahkan, ia tidak menyadari kalau dirinya bisa terbang sangat tinggi.
Anak elang hanya memahami bahwa dirinya anak ayam. Ia berjalan seperti anak ayam, mencicit seperti anak ayam, dan memakan makanan ayam.
Begitu pun dengan sang induk ayam. Ia tidak menduga kalau salah satu dari anak-anak itu adalah anak elang. Tidak heran jika apa yang ia ajarkan adalah tentang bagaimana menjadi seekor ayam.
“Yang kalian makan adalah beras, nasi, cacing dan serangga kecil,” ucap induk ayam kepada anak-anaknya.
“Musuh utama kalian adalah musang dan ular,” ungkap sang induk ayam, lagi.
Kata-kata itu selalu diucapkan induk ayam setiap hari. Begitu pun dalam perlakuan keseharian, apa yang diucapkan ditunjukkan dalam perilaku. Sehingga, jadilan sang anak elang suka nasi, beras,cacing, dan serangga kecil. Dan ia pun takut dengan musang dan ular.
Hari berganti hari, dan pekan pun berganti bulan. Anak-anak ayam itu mulai belajar mandiri. Termasuk, sang anak elang. Tapi, mereka tetap dalam satu keluarga ayam.
Suatu kali dalam sebuah perjalanan, seekor ular mengendap-endap akan memangsa anak-anak ayam yang sudah mulai besar. Begitu sang induk lengah, seekor anak ayam berteriak minta tolong, sementara sebagian tubuhnya sudah masuk ke mulut ular.
Bukannya tergerak untuk menolong, induk dan anak-anak ayam berlari kocar-kacir menyelamatkan diri. Sementara sang anak ayam malang itu terus minta tolong.
Di saat genting itulah, naluri elang muda itu muncul. Entah kenapa, ia merasa seperti mampu mengalahkan ular. Tapi rasa takut dengan ular yang sudah diajarkan sejak lahir kerap menghadangnya untuk melawan.
“Tolong! Tolong aku,” teriak anak ayam muda yang terus berusaha meronta di sisa tenaganya.
Ketika naluri elangnya mulai dominan, elang muda itu pun beranjak untuk menyelamatkan saudaranya. Matanya menatap tajam, paruhnya diruncingkan, dan kuku-kuku tajamnya keluar. Ia mulai berancang-ancang untuk melakukan serangan mendadak.
Saat itulah, tiba-tiba suara induk ayam berteriak begitu keras, “Anakku, mundur! Cepat lari. Ular bukan lawanmu. Kamu akan dimangsa seperti saudaramu. Ayo lari! Lari!”
Semua anggota keluarga ayam berlarian menjauhi ular. Termasuk elang muda yang ikut berlari bersama induk ayam. Ia berlari, bukan terbang.
**
Potensi atau kekuatan yang terpendam dalam diri seorang anak bisa muncul, bisa juga tidak. Semua tergantung pada pola asuh orang tua dan lingkungan.
Orang tua yang cerdas adalah yang selalu berusaha merangsang potensi anak-anak untuk keluar dan dominan. Bukan sebaliknya, memendam dan menguburnya bersama kebodohan dan kekerdilan jiwa orang tua. (muhammad nuh)