ABU Bakar Ash-Shiddiq selalu menjadi sosok teladan yang totalitas dalam berdakwah. Salah satu sumbangsih besar Abu Bakar dalam dakwah adalah membebaskan para budak dan orang-orang lemah dari kekuasaan majikan mereka yang kejam.
Dakwah Islam yang banyak menarik perhatian kalangan lemah ini berdampak pada siksaan, intimidasi, teror dan perlakuaan kasar kepada mereka untuk memaksa mereka berpaling dari keislaman.
Baca Juga: Abu Bakar Ash-Shiddiq Memborong Semua Amalan
Sumbangsih Abu Bakar Ash-Shiddiq dalam Membebaskan Para Budak
Kisah yang paling masyhur tentang Bilal yang disiksa oleh Umayyah bin Khalaf dengan siksaan yang sangat keji. Ia dipanggang di tengah gurun dan di bawah terik matahari setelah sebelumnya tidak diberi makan dan minum selama sehari semalam.
Belum lagi, ia ditindih sebongkah batu besar di atas dadanya yang saat itu terikat kedua tangannya dalam keadaan telentang.
Hingga datanglah Abu Bakar membebaskan Bilal dari siksaan pedih itu dengan membelinya seharga tujuh uqiyyah atau jika dirupiahkan hampir mencapai 134 juta.
Politik dan strategi dakwah Abu Bakar dalam membebaskan budak tidak berhenti sampai di sini. Banyak budak dan orang-orang lemah selain Bilal yang juga dibebaskan dari penyiksaan majikannya.
Di antaranya, Amir bin Fuhairah, Ummu Ubais, Zinnirah, An-Nahdiyyah dan puterinya dan lain sebagainya.
Ada kasih menarik saat Abu Bakar memerdekan An-Nahdiyyah dan puterinya. Kisah ini menjadi cerminan wajah Islam yang memberi kesempatan kepada siapapun baik orang lemah maupun kuat untuk mengutarakan pendapat.
An-Nahdiyyah dan puterinya adalah budak perempuan dari Bani Abd Ad-Dar. Suatu ketika, Abu Bakar, berpapasan dengan mereka berdua yang saat itu sedang disuruh oleh majikan mereka berdua untuk membawakan tepung miliknya.
Si majikan berkata kepada mereka berdua, “Aku bersumpah, sungguh aku tidak akan memerdekakan kamu berdua.”
Lalu Abu Bakar berkata, “Wahai Ummu Fulan, batalkanlah sumpahmu itu.” Lalu ia berkata, “Silahkan Anda yang membatalkannya, karena Andalah yang telah merusak mereka berdua, karena itu, merdekakanlah mereka berdua.”
Abu Bakar pun berkata, “Berapa harga keduanya?” Ia pun menjawab, “Sekian, sekian.” Abu Bakar berkata, “Baiklah, aku beli mereka berdua.”
Abu Bakar pun lantas berkata kepada mereka berdua, “Kembalikanlah tepungnya kepadanya.” Mereka berdua menjawab, “Bolehkah kami menyelesaikan terlebih dahulu, kemudian baru kami serahkan kepadanya?”
Abu Bakar pun berkata, “Itu terserah kamu berdua.”
Dari kisah ini kita bisa melihat sikap Abu Bakar, meskipun ia telah membebaskan kedua budak tersebut tapi ia tidak bersikap sebagai orang yang berkuasa atas mereka.
Islam menyamakan dan mensejajarkan antara Abu Bakar dan kedua budak perempuan itu, sehingga mereka berdua bisa berbicara kepada Abu Bakar seperti berbicara dengan orang yang sepadan, bukan seperti bicaranya bawahan kepada majikannya.
Demikianlah Islam menggerakkan Abu Bakar untuk berkontribusi besar terhadap kejayaan Islam di masa depan. Baginya para budak yang beriman itu lebih berharga daripada seluruh kaum musyrik di dunia.
Motivasi membumikan Islam ini menggerakkan Abu Bakar untuk membebaskan budak bahkan sejak sebelum turunnya syariat Islam yang memerintahkan untuk memerdekakan budak. [Ln]