ChanelMuslim.com – Kisah dakwah Nabi Nuh sangatlah panjang dan melelahkan. Namun, tidak banyak yang mengikuti ajarannya.
Nabi Nuh tidak berputusa asa terhadap sikap kaumnya yang menolak dakwahnya, ia terus mengajak mereka di malam dan siang hari, menasihati mereka secara rahasia dan terang-terangan.
Baca Juga: Kisah Nabi Nuh Menolak Mengusir Orang-orang Fakir
Kisah Dakwah Nabi Nuh
Beliau menjelaskan kepada mereka dengan lembut hakikat dakwah yang dibawanya, tetapi mereka tetap saja kafir, tetap sombong dan melampaui batas.
Mereka juga terus membantah Nabi Nuh dan keadaan itu berlangsung dalam waktu yang cukup lama. Mereka juga menyakiti Nabi Nuh, menghinanya, dan memerangi dakwahnya.
Nabi Nuh pun bersedih karena kaumnya tidak mau memenuhi ajakannya, bahkan sampai meminta agar disegerakan azab untuk mereka.
Akan tetapi, walau begitu, Nabi Nuh ‘alaihissalam tidak berputus asa, dia tetap berharap kiranya ada di antara mereka yang mau beriman.
Dilansir channel telegram Kisah-kisah Hikmah, hari demi hari berganti, bulan demi bulan berganti dan tahun pun berganti dengan tahun berikutnya, tetapi ajakan Beliau tidak membawa hasil.
Beliau berdakwah kepada kaumnya dalam waktu yang cukup lama, yaitu 950 tahun sebagaimana yang difirmankan Allah,
“Dan sesungguhnya Kami telah mengutus Nuh kepada kaumnya, maka ia tinggal di antara mereka seribu tahun kurang lima puluh tahun..” (QS. Al ‘Ankabut: 14)
Namun, sedikit sekali yang mau beriman kepadanya. Hingga akhirnya, Beliau mengadu kepada Allah seperti yang disebutkan dalam surah Nuh.
“Ya Tuhanku sesungguhnya aku telah menyeru kaumku malam dan siang,–Maka seruanku itu hanyalah menambah mereka lari. Dan sesungguhnya setiap kali aku menyeru mereka sehingga Engkau ampuni mereka.
Mereka memasukkan jari mereka ke dalam telinga dan menutupi bajunya dan mereka tetap (di atas sikapnya) dan menyombongkan diri dengan sangat.” (QS. Nuh: 5-7)
Nabi Nuh berkata, “Ya Tuhanku, janganlah Engkau biarkan seorang pun di antara orang-orang kafir itu tinggal di atas bumi. Sesungguhnya, jika Engkau biarkan mereka tinggal, niscaya mereka akan menyesatkan hamba-hamba-Mu, dan mereka tidak akan melahirkan selain anak yang berbuat maksiat lagi sangat kafir.” (QS. Nuh : 26-27)
Baca Juga: Inilah Masjid Kapal Bahtera Nabi Nuh, Masjid Terpopuler di Semarang
Allah Memerintahkan Membuat Kapal
Allah Subhanahu wa Ta’ala pun memerintahkan kepada Nabi Nuh untuk membuat kapal, dan mengajarkan kepadanya bagaimana membuatnya dengan baik.
Mulailah Nabi Nuh membuat kapal dengan dibantu orang-orang yang beriman kepadanya. Setiap kali, orang-orang kafir melewati Nuh dan pengikutnya, mereka menghina dan mengejeknya karena melihat beliau membuat kapal besar di gurun sahara yang tidak ada sungai dan laut.
Penghinaan mereka bertambah, ketika mereka tahu bahwa maksud Nabi Nuh ‘alaihissalam membuatnya adalah untuk menyelamatkan dirinya dan pengikutnya dari azab yang akan Allah timpakan kepada mereka.
Akhirnya, pembuatan kapal pun selesai. Nabi Nuh mengetahui bahwa banjir besar akan tiba, maka ia meminta kepada setiap mukmin dan mukminah untuk menaiki kapal tersebut, ia juga mengangkut setiap hewan, burung, dan hewan lainnya sepasang.
Hingga ketika Nabi Nuh ‘alaihissalam bersama pengikutnya telah berada di atas kapal, datanglah banjir besar. Langit mengucurkan hujannya dengan deras, mata air di bumi pun mulai memancarkan airnya dengan kuat,
Nuh pun berkata, “Dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Huud: 41)
Kapal pun mulai berlabuh dan mengapung di atas air. Ketika itu, Nabi Nuh melihat anaknya yang kafir, ia memanggilnya dan berkata, “Wahai anakku! Naiklah bersama kami dan janganlah kamu berada bersama orang-orang yang kafir.” (QS. Huud : 42)
Namun, anaknya menolak ajakannya dan berkata akan mencari perlindungan ke gunung yang dapat memeliharanya dari banjir besar.
Nuh berkata, “Tidak ada yang melindungi pada hari ini dari azab Allah selain Allah Yang Maha Penyayang.”
Gelombang pun menjadi penghalang antara keduanya. Kaum Nabi Nuh yang kafir saat melihat air membanjiri rumah mereka dan mengalir dengan derasnya, maka mereka merasa akan binasa, mereka pun segera mencari tempat-tempat tinggi untuk menyelamatkan diri.
Namun, sayang sekali, ternyata banjir itu telah mencapai puncak gunung. Allah Subhanahu wa Ta’ala membinasakan orang-orang kafir dan menyelamatkan Nabi Nuh dan para pengikutnya.
Nuh dan pengikutnya pun bersyukur kepada Allah atas keselamatan yang diberikan-Nya. [Cms]