COVID 19 di Cina kian menggila. Korban terus berjatuhan. Pertanyaannya, bukankah Cina pelopor produsen vaksin covid nomor wahid?
Ada seorang teman yang dikenal anti vaksin tiba-tiba sudah punya sertifikat vaksin satu dan dua. Saya terheran.
“Ini asli atau palsu?” ucap saya serius.
“Astagfirullah, ya asli lah!” jawabnya lebih serius.
Ia pun menjelaskan kenapa begitu nyaman ikutan vaksin satu dan dua. Selain karena kebutuhan untuk transportasi umum, sang teman meyakini bahwa vaksin yang ia pilih sangat aman karena buatan Cina.
“Dari mana amannya?” tanya saya lagi begitu penasaran.
Menurut perkiraannya, vaksin Cina yang ia pilih ‘paling-paling’ cuma berisi air mineral alias vaksin abal-abal. Karena itulah ia pilih, dan dalam versinya menjadi sangat aman.
Saya tercenung dengan obrolan ringan yang terasa berat itu. “Apa iya seperti itu?” batin saya masih penasaran.
Belakangan tersiar kabar dari mulut ke mulut bahwa vaksin buatan Cina tidak bereaksi ke pasien. Tidak ada meriang, panas tubuh, pusing, mual, dan lainnya. Pokoknya adem-adem aja alias tanpa reaksi apa pun.
Sementara vaksi-vaksin lain yang bukan buatan Cina memberikan reaksi khas di tubuh pasien. Seperti meriang, pusing, mual, dan reaksi lain yang sudah dianggap wajar dalam dunia medis.
Gelombang Covid Baru di Cina
Dua bulan belakangan ini dunia digemparkan dengan gelombang baru Covid 19 di Cina. Dunia medsos diramaikan dengan video tentang keadaan warga Cina yang histeris karena lockdown oleh pemerintah.
Bahkan ada stasiun televisi yang menayangkan foto-foto keadaan warga Cina yang mondar-mandir di rumah sakit. Ada sejumlah tenaga medis lengkap dengan busana khasnya dan antrian ambulan yang seperti tidak pernah berhenti.
Pemerintah Cina pun mengakui kalau negaranya sedang dilanda gelombang baru Covid 19. Mereka juga mengakui kalau warganya menolak dengan kebijakan lockdown yang dilakukan pemerintah.
Siapa pun yang masih punya akal waras akan bertanya-tanya, “Lha, bukankah Cina yang dianggap sukses sebagai pelopor produsen vaksin Covid 19? Kenapa justru mereka sendiri yang kini kewalahan?”
Bahkan dikabarkan, pemerintah Cina kini sudah membeli vaksin dari luar negaranya. Antara lain vaksin produksi fpizer dan lainnya.
Dari pikiran yang waras pula, akhirnya orang menganggap bahwa produksi vaksin Cina selama ini hanya kualitas abal-abal alias vaksin palsu.
Dan yang menjadi korban vaksin abal-abal itu bukan negara lain yang sudah terlanjur ‘terjebak’ dengan jebakan utang Cina. Justru, warganya sendiri yang kini menjadi korban. Cina bisa dibilang kena karma karena vaksin abal-abalnya.
Berbeda dengan sejumlah negara yang tekun membuat vaksin sendiri karena tidak mau menggunakan vaksin asal Cina, India lebih memilih dengan cara pengobatan.
Menariknya, cara ini lebih efektif dan mujarab memutus mata rantai penyebaran virus Covid-19.
Bagi siapa pun yang sudah terlanjur menggunakan vaksin buatan Cina, tak ada salahnya mengkombinasi dengan vaksi buatan negara lain yang memiliki track record medis yang lebih baik.
Atau, seperti yang dilakukan India, dengan memberikan obat yang memadai. Mungkin tak perlu obat yang sintetis. Karena bukankah nenek moyang bangsa ini kaya dengan khazanah obat-obatan tradisional yang murah dan aman. [Mh]