ChanelMuslim.com – Mencari perlindungan dalam Islam, kelompok keluarga Dalit dari desa Bhagana distrik Hisar memilih masuk Islam di Jantar Mantar New Delhi pada hari Sabtu lalu, menurut laporan surat kabar lokal Hindustan Times.
“Kami tidak merasa seperti menjadi bagian dari agama Hindu sama sekali. Orang-orang kasta atas di desa kami selalu memperlakukan kami seperti kami bukan manusia. Jadi apa gunanya kami memiliki agama seperti itu?” ujar Virendrar Bagoriya, Presiden Bhagana Kand Sangharesh Samiti.
Bagoriya menegaskan bahwa Maulvi Abdul Hanif dari masjid Qutab Minar menjadi orang yang mengislamkan mereka secara resmi.
Pemimpin dari keluarga Dalit biasanya memiliki keluhan diskriminasi terus menerus di antara suku-suku lainnya, dan Hindu nya mereka tidak membantu situasi ini.
Sementara berbicara dengan Hindustan Times melalui telepon dari New Delhi, pemimpin Dalit merasa diasingkan dari agama Hindu. Ditambah lagi kegagalan pemerintah distrik untuk menghilangkan kekhawatiran mereka dan sikap acuh tak acuh dari pemerintah negara bagian secara berturut-turut menyebabkan mereka dengan secara bulat lebih memilih mencari perlindungan dalam agama Islam.
Selama lebih dari tiga setengah tahun kelompok ini menyuarakan aspirasi merek kepada pemerintah daerah, memohon untuk adanya alokasi bantuan sesuai dengan skema pemerintah negara. Mereka juga meminta pemerintah melindungi mereka dari kekejaman kelompok kasta atas dalam ajaran Hindu.
Dalit atau Paria dalam sistem kasta di India adalah seorang yang biasanya diharamkan untuk disentuh, (untouchable), adalah orang yang tidak memiliki varna. Varna merujuk kepada keyakinan Hindu bahwa manusia pada umumnya diciptakan dari bagian-bagian tubuh yang berbeda-beda dari dewa Purusha. Kedudukan sosial mereka ditentukan dari bagian-bagian tubuh manakah mereka diciptakan, misalnya dengan siapa mereka dapat menikah dan pekerjaan apa yang dapat mereka lakukan.
Kaum Dalit berada di luar sistem varna dan secara historis telah dilarang untuk melakukan pekerjaan apapun kecuali pekerjaan-pekerjaan yang paling rendah.[1]Mereka juga dikenal sebagai kaum tak berkasta. Di antaranya termasuk para penyamak kulit (disebut chamar), petani-petani miskin dan para buruh yang tidak bertanah, pemulung sampah (disebut bhangi atau chura), para pekerja kerajinan di jalan-jalan, seniman-seniman rakyat, pencuci pakaian dhobi, dll.[af/onislam]