KEPITING tapal kuda adalah hewan yang sudah hidup sejak 450-an juta tahun. Kepiting tapal kuda juga bisa disebut sebagai Horseshoe Crab yang merupakan hewan purba.
Salah satu keunikan dan yang membuat hewan ini mahal adalah darah biru yang dimilikinya. Kepiting tapal kuda ini bisa kamu temukan di sekitar pantai India, Vietnam, China, Kalimantan dan Jepang bagian selatan.
Hewan purba satu ini memiliki empat spesies berbeda. Tiga diantaranya yaitu kepiting tapal kuda tiga tulang belakang, kepitiing tapal kuda pesisir dan kepiting tapal kuda bakau
Kepiting purba ini mendadak viral karena mengungkapkan bahwa harga biru milik hewan ini sangat fantastis yaitu kisaran 734 juta per 3,7 liter.
Darah yang berwarna biru karena mengandung pigmen pernapasan berbasis tembaga atau hemosianin. Kepiting purba ini dinilai memiliki jasa yang besar bagi kehidupan manusia karena berperan dalam pembuatan vaksin dan obat-obatan.
Baca juga: Viral, Seorang Pria Bernama Putra Asal Bangka Barat Mirip Dengan Gibran Rakabuming Raka
Manfaat Darah Biru dari Kepiting Tapal Kuda Seharga 734 Juta Rupiah
Darah biru yang terkandung dalam tubuhnya mengandung sel kekebalan dan sangat sensitif terhadap bakteri yang beracun.
Dikutip dari berbagai sumber, sel darah kepiting ini untuk mengembangkan tes Limulus Amebosit Lisat (LAL) yang memeriksa kontaminasi pada vaksin baru.
LAL juga digunakan untuk mendeteksi patogen dalam obat-obatan yang sangat diperlukan. Itulah yang membuat darah biru kepiting ini sangat berjasa dalam membantu kehidupan manusia.
Sejumlah negara mengandalkan darah biru ini dalam tes. Lebih dari 100 vaksin sedang diuji oleh para ahli.
Darah biru ini sering kali dipanen dan digunakan para peneliti medis dan pembuatan obat serta perangkat medis untuk menguji kotoran berbahaya dalam vaksin, prostetik dan obat-obatan intravena.
Tidak hanya bermanfaat bagi manusia, tetapi kepiting ini juga memiliki manfaat untuk hewan lainnya. Telur hewan purba ini adalah sebagai cemilan yang bergizi bagi burung yang bermigrasi.
Hewan ini menghasilkan jutaan telur di pantai untuk memberi makan burung pantai, ikan dan satwa liar lainnya.
Cangkangnya yang keras dan besar itu berfungsi sebagai habitat mikro bagi banyak spesies lainnya. Meskipun dikembalikan setelah memanen darahnya dan hidup berdampingan dengan manusia, menjadi sulit bagi hewan purba satu ini.
Hewan purba ini juga sering digunakan sebagai umpan untuk memancing. Bahkan hewan ini di Asia menjadi salah satu korban dari dampak buruk polusi, naiknya permukaan air laut dan pekerjaan bangunan. [Din]