• Tentang Kami
  • Iklan
  • Redaksi
  • Pedoman Media Siber
Jumat, 4 Juli, 2025
No Result
View All Result
FOKUS+
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah
Chanelmuslim.com
No Result
View All Result
Home Berita

Forum Dekan Ekonomi Muhammadiyah Nilai Ekonomi Indonesia 2016 Makin Rapuh

November 30, 2015
in Berita
67
SHARES
515
VIEWS
Share on FacebookShare on TwitterWhatsappTelegram
ADVERTISEMENT

image

ChanelMuslim.com – Akademisi Muhammadiyah yang tergabung dalam Forum Dekan Ekonomi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) menilai pada 2016 mendatang perekonomian Indonesia makin rapuh. Hal ini disebabkan ekonomi Indonesia yang masih terus akan diseret oleh ekonomi dunia. Pernyataan ini disampaikan oleh Mukhaer Pakkanna selaku juru bicara Forum Dekan Ekonomi PTM se Indonesia.
“Muhammadiyah menilai bahwa perekonomian 2016 masih akan terus diseret oleh dinamika ekonomi dunia. Maka itu, diperlukan strategi yang dilakukan oleh semua pihak khususnya pemangku kebijakan publik dalam mensikapi keadaan ekonomi Indonesia kedepan,” ujar Mukhaer menyampaikan hasil kajian  terhadap economic outlook 2016 yang dilakukan oleh Forum Dekan Ekonomi Perguruan Tinggi Muhammadiyah (PTM) se Indonesia pada tanggal 26 – 27 November 2015 di Universitas Muhammadiyah (UM) Pontianak- Kalimantan Barat,seperti dikutip dalam siaran pers yang diterima chanelmuslim.com, Minggu (29/11).
Dalam diskusi tersebut, disimpulkan bahwa empat kekuatan yang akan menyeret ekonomi nasional, yakni melemahnya pertumbuhan ekonomi dunia, ketidakpastian kebijakan the Federal Reserve AS, melemahnya daya serap pasar dunia, termasuk Tiongkok, dan kondisi geo-politik global yang makin tidak menentu.  
“Dalam kondisi seperti itu, posisi perekonomian Indonesia makin rapuh. Untuk menghindari kerapuhan pada 2016 itu, direkomendasikan beberapa langkah, ” ujarnya lagi.
Langkah-langkah tersebut yaitu, pertama, penguatan basis produksi dan konsumsi nasional. Dalam penguatan produksi, pemerintah diharapkan bisa fokus mengembangkan produksi berbasis substitusi impor yang lebih berorientasi padat karya dan memiliki kandungan lokal tinggi. Pilihan jenis produksi paling layak sebagai prioritas adalah sektor pertanian dan perikanan, terutama dalam rangka penguatan kedaulatan pangan.
Lebih lanjut, Mukhaer menerangkan bahwa di data Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan proporsi impor produk-produk barang modal, bahan baku dan bahan penolong secara bersama-sama mencapai 90 persen dari total impor Indonesia. 
“Sayangnya, sampai saat ini pemerintah belum benar-benar terbukti serius mengupayakan pengurangan kebergantungan terhadap produk-produk barang modal, bahan baku dan bahan penolong dari luar negeri,” akunya.
Kedua, penguatan basis pasar dalam negeri. Muhammadiyah menilai, perlu mengamankan pasar dalam negeri dari gangguan impor, memperluas pasar dan pusat distribusi, kepastian peredaran barang, serta memberikan peluang sebesar-besarnya bagi wirausaha nasional dalam memasok kebutuhan pasar dalam negeri, termasuk promosi penggunaan produk dalam negeri.
“Ketiga, berkenan akses kredit usaha, maka di tengah ketidakpastian ekonomi pada tahun 2016, diperlukan pemihakan pada pembiayaan pada usaha kecil dan mikro. Peningkatan akses kredit pada jenis usaha ini dianggap sangat penting di tengah pelemahan ekonomi dunia dan nasional yang secara umum masih ditopang oleh kinerja korporasi-korporasi besar,” terangnya lagi.
Forum Dekan Ekonomi PTM juga berkesimpulan bahwa pengucuran kredit ke sektor pertanian, perdagangan, ekonomi kreatif, industri padat karya, dinilai dapat menciptakan geliat kegiatan ekonomi masyarakat menengah ke bawah dan menjaga daya beli.  
‘Data membuktikan, total Dana Pihak Ketiga (DPK) perbankan nasional yang jumlahnya sekitar Rp5.104 triliun hingga September 2015, seharusnya tidak hanya dilokasikan kepada sektor korporasi besar. Porsi kredit ke sektor korporasi besar jumlahnya mencapai 85%. 
‘Hal ini sensitif terhadap pertumbuhan PDB yang tinggi. Karenanya, perlu adanya alokasi ke sektor yang sensitif terhadap perluasan kesempatan kerja yang diperankan oleh usaha kecil dan mikro,”Mukhaer mengakhiri. (jwt)

Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM Dapatkan Informasi Terupdate Terbaru Melalui Saluran CMM
Previous Post

Wawancara Eksklusif Bersama Irna Mutiara

Next Post

Pemerintah Ubah Nama Korpri Jadi Korps ASN

Next Post

Pemerintah Ubah Nama Korpri Jadi Korps ASN

Peperangan Besar dan Penaklukan Konstantinopel

Peperangan Besar dan Penaklukan Konstantinopel

Cotton Candy ala Ghaida Tsuraya

.:: TERPOPULER

Chanelmuslim.com

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga

Navigate Site

  • IKLAN
  • TENTANG KAMI
  • PEDOMAN MEDIA SIBER
  • REDAKSI
  • LOWONGAN KERJA

Follow Us

No Result
View All Result
  • Home
  • Jendela Hati
    • Thinking Skills
    • Quotes Mam Fifi
  • Keluarga
    • Suami Istri
    • Parenting
    • Tumbuh Kembang
  • Pranikah
  • Lifestyle
    • Figur
    • Fashion
    • Healthy
    • Kecantikan
    • Masak
    • Resensi
    • Tips
    • Wisata
  • Berita
    • Berita
    • Editorial
    • Fokus +
    • Sekolah
    • JISc News
    • Info
  • Khazanah
    • Khazanah
    • Quran Hadis
    • Nasihat
    • Ustazah
    • Kisah
    • Umroh
  • Konsultasi
    • Hukum
    • Syariah

© 1997 - 2022 ChanelMuslim - Media Pendidikan dan Keluarga