ChanelMuslim.com – Din Syamsuddin dalam sambutannya pada acara lokakarya Prakarsa Lintas Agama untuk Hutan Tropis yang digagas Interfaith Rainforest Initiative di Auditorium Manggala Wanabakti, Jakarta, Kamis – Jumat (30-31/1) menjelaskan bagaimana pembabatan hutan yang terus menerus terjadi adalah akibat hutan yang dijadikan sekadar objek kepuasan.
“Pembabatan hutan terjadi karena banyak dari para pelaku yang menjadikan hutan sebagai objek, mereka tidak menjadikan hutan sebagai subjek penyelamat bumi,” jelas Din Syamsuddin.
Din Syamsuddin menganggap betapa pentingnya semua pihak, baik organisasi, suku maupun agama untuk bekerja sama melindungi hutan.
“Dalam Agama Islam, kita diminta untuk menjaga alam, saya yakin dalam semua ajaran agama juga begitu. Namun kita harus mengedepankan dialog-dialog yang baik, usaha ini merupakan usaha demi negara, bukan hanya demi kepentingan sendiri-sendiri,” ujar Din.
Namun tentunya, ini merupakan dilema besar Indonesia, Kalimantan dan Papua terkenal dengan sebutan paru-paru dunianya. Namun sepertinya, sebutan paru-paru dunia tersebut perlahan menghilang. Sebentar lagi, ibukota akan berpindah tempat di Kalimantan timur. Belum lagi pembukaan kebun sawit secara besar besaran yang dilakukan Pemerintah.
Din Syamsuddin menjelaskan bahwa pembukaan lahan untuk sawit akan menjadi baik jika dikelola dengan baik. Tapi dapat berdampak sangat buruk jika dikelola bukan dari pemerintah melainkan dari pihak swasta, yang kadang pihak swasta terlalu mengeksploitasi lahan secara besar-besaran.
“Pengelolaan kebun sawit, ada baiknya dipegang pemerintah langsung dan tentunya tujuan utamanya adalah kebaikan, tanpa merusak lingkungan ekosistem hutan,” jelas Din Syamsuddin.
Din Syamsuddin lalu menjelaskan bahwa beberapa lembaga akan terus berupaya menyadarkan kepada semua orang betapa pentingnya menjaga kelestarian hutan, salah satunya menertibkan buku Khotbah Jumat yang bertema keselamatan lingkungan.
Pada tahun 1960-an, hutan menutupi hampir seluruh Indonesia. Namun, pada periode 1990an terjadi pengalihan fungsi besar-besaran untuk perkebunan. Pada periode ini, tingkat penggundulan hutan Indonesia mencapai peringkat kedua setelah Brazil, yang menyebabkan semakin besarnya kawasan hutan yang hilang pada beberapa dekade.
Dikutip pada sebuah jurnal yang berjudul “Primary Forest Cover Loss In Indonesia Over 2000-20012” menjelaskan pada tahun 2017, Indonesia telah kehilangan 15 persen tutupan hutannya dibandingkan tahun 2000, sebagian besar kerusakan terjadi di hutan alami. Antara tahun 2000 dan 2012, sebanyak 43 persen hutan gambut Indonesia musnah. Sumatera mengalami kehilangan yang sangat parah bahkan Kalimantan serta Papua terkena dampak dari tren hilangnya lahan hutan.
Pada event Prakasa Lintas Agama Mengenai Perlindungan Hutan Tropis, Hayu Prabiwo selaku ketua menjelaskan betapa pentingnya menjaga alam sehingga tidak terjadi dampak yang lebih besar di masa depan seperti yang terjadi saat ini.
“Dampak dari kurangnya hutan tropis sudah bisa dilihat, bagaimana begitu banyaknya Kekurangan. Bahkan boleh jadi ke depannya efek besarnya yaitu kekurangan pangan,” katanya.[ind/Amanji]