ChanelMuslim.com- Suami istri itu saling menyeimbangkan. Inputnya baik, outputnya juga akan baik. Jangan berharap output baik kalau inputnya kata-kata yang menyakitkan.
Interaksi suami istri selalu akan membuahkan hasil. Ada sakinah, mawaddah, dan rahmah. Ada ketenangan, cinta, dan kasih sayang.
Hasil berupa samawa itu bisa dibilang yang jangka panjang. Yang jangka pendeknya juga banyak. Antara lain, semangat untuk bekerja, semangat untuk berkreasi di rumah seperti olahan di dapur, semangat ibadah. Dan lainnya.
Namun dari semua interaksi itu, ada sejumlah ucapan pantangan yang baiknya dihindari. Karena ucapan atau kata-kata ini bisa merusak keharmonisan. Antara lain.
Jaga Rahasia Keluarga tentang Dia
Suami istri biasa membuka pembicaraan apa saja. Terlebih buat mereka yang tergolong pengantin baru. Atau setidaknya pasangan suami istri yang menikah di bawah dua tahun.
Pembicaraan bisa tentang masa lalu, tentang latar belakangan pendidikan, tentang pengalaman masih kecil, dan lainnya.
Namun jangan sekali-sekali tentang rahasia keluarga dalam hal ini apa yang pernah diungkapkan ayah, ibu, kakak adik, paman bibi, dan lainnya; tentang si dia. Biasanya ungkapan itu terlontar saat menimbang calon yang melamar.
Boleh jadi juga, berbagai ungkapan khusus yang dilontarkan keluarga besar itu saat dikunjungi pengantin baru. Karena belum mengenal lebih dalam, biasanya mereka akan membisikkan atau menyampaikan secara khusus tentang si dia.
Misalnya, komen-komen mereka yang bernada negatif. “Ganteng sih, tapi kok agak hitam ya!” Ada lagi yang komen tentang istri, “Cantik sih, tapi kok agak gembrot ya!” Dan lainnya.
Semua ungkapan khusus ini cukuplah menjadi rahasia keluarga besar dan sang anak. Jangan sekali-kali diceritakan ke suami atau istri. Meskipun suasananya dalam candaan atau santai.
Hal ini karena akan memunculkan perasaan tidak nyaman terhadap orang tua atau keluarga yang menyampaikan. Dan ketidaknyamanan ini akan terus bertahan hingga rentang tahunan. Bahkan mungkin seumur hidup.
Suatu saat, ketidaknyamanan ini akan berlanjut pada hubungan renggang antara suami atau istri dengan salah seorang dari keluarga besar.
Jadi, jangan terlalu jujur atau lebih tepatnya polos untuk menceritakan semua rahasia keluarga besar tentang si dia kepada dia. Lupakan saja dan tutup.
Kalau suami atau istri memancing bagaimana penilaian keluarga besar tentangnya, berikan informasi yang positif. Meskipun hal itu bersifat fiksi.
Hal fiksi ini bukan untuk mengelabui atau memperdaya. Tapi sebagai doa agar apa yang difiksikan memang akan menjadi fakta. [Mh]